Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Digital

Setelah Gaza dan Rafah Muncul All Eyes on Papua, Ini Makna Hashtag di Media Sosial

Pakar media dari Unair, Irfan Wahyudi, menyebut pemakaian hashtag All Eyes on Papua sebagai bentuk perlawanan masa kini.

5 Juni 2024 | 04.00 WIB

All Eyes on Papua. Foto: Instagram
Perbesar
All Eyes on Papua. Foto: Instagram

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Beberapa waktu lalu viral di media sosial X--dulu Twitter--dan Instagram tema atau hashtag All Eyes on Papua. Sebelumnya All Eyes juga viral setelah dipakai untuk mengecam serangan Israel ke kamp pengungsian Palestina di Rafah, kota sebelah selatan Jalur Gaza. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Dengan munculnya pergolakan di media sosial dalam bentuk hashtag, penyampaian pesan dan opini publik lebih mudah untuk dijangkau dan tersebar ke banyak pengguna media sosial. Pakar media dari Universitas Airlangga (Unair), Irfan Wahyudi, menyebutnya sebagai bentuk perlawanan masa kini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Hashtag, kata dia, adalah produk kultural yang sebenarnya bagian dari teknologi komunikasi. "Hashtag menjadi penanda tentang urgensi dari sebuah isu dan mempermudah pencarian informasi yang sedang hangat di media sosial," kata Irfan saat dihubungi, Selasa 4 Juni 2024.

Dosen Ilmu Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Unair, ini menilai pemakaian hashtag All Eyes on Gaza, All Eyes on Rafah, dan yang terkini All Eyes on Papua hadir sebagai upaya pengguna media sosial menyuarakan keresahan yang dihadapi. Pengguna hashtag secara tidak langsung menjadi partisipan dan turut mengambil peran untuk pesan di media sosial bisa tercapai ke khalayak ramai.

Hashtag juga dipakai untuk penanda organisasi atau individu yang mendukung sebuah isu. Pada konteks All Eyes on Papua dan All Eyes on Rafah, menurut Irfan, setiap pengguna yang memakai hashtag tersebut di laman media sosial maupun profil akunnya, bisa dianggap sebagai kelompok yang mendukung.

"Sedangkan kelompok kontranya, juga bisa mengambil peran dengan menghadirkan hashtag tandingan," katanya sambil menambahkan, "Jadi seperti inilah media sosial berperan dalam mengatur isu dan pola pergerakan di masa sekarang." 

Merujuk pada perkembangan media sosial dan banyak pengguna sudah aktif memakainya sekarang, Irfan memprediksi penggunaan hashtag akan semakin optimal untuk setiap isu bisa didengar. Bagi pengguna yang tertarik pada isu tersebut, bisa dipastikan akan mengalokasikan waktunya untuk mencari informasi perihal hashtag yang sedang viral.

"Dengan hashtag sebagai penanda eksistensi, maka cara ini bisa disebut juga sebagai bentuk pergerakan aktivisme," ucap Irfan, seraya menambahkan, "Jangan lupa, bahwa aktivisme itu adalah bagian dari eksistensi."

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus