Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Malang - Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menjadi satu-satunya perguruan tinggi swasta Indonesia yang mendapatkan lisensi penyelenggara tes kemampuan berbahasa Inggris atau TKBI.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Lisensi TKBI diberikan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) kepada UMM pada Rabu, 11 Agustus 2021. Lisensi TKBI didapat UMM berkat pengembangan yang inovatif dan konsisten alat tes kecakapan berbahasa Inggris buatan UMM yang bernama Test of Academic English Proficiency alias TAEP.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Alhamdulillah, dengan lisensi ini, UMM jadi satu-satunya universitas swasta yang mendapatkan hak penyelenggaraan TKBI,” kata Masduki, Kepala Lembaga Pengembangan Bahasa UMM kepada Tempo, Jumat, 20 Agustus 2021.
Masduki menjelaskan ada lima kriteria yang mampu dipenuhi UMM dalam pengembangan TAEP sehingga diganjar lisensi TKBI oleh Kemendikbudristek, yaitu sistem penilaian atau scoring untuk menentukan hasil tes; pengembangan sistem yang konsisten dan berkesinambungan; sistem yang sudah diujicobakan; kerja sama dengan pihak ketiga sebagai pengguna sistem tes; serta adanya tim ahli dalam pengembangan TAEP.
Menurut Masduki, penyelenggaraan tes di UMM bertujuan untuk memudahkan masyarakat mengikuti tes kemampuan berbahasa Inggris dengan biaya murah, tapi mendapatkan hasil bermutu tinggi dan kompetitif setara internasional, tiada kalah dari lembaga bahasa sejenis kepunyaan negara lain yang buka cabang di Indonesia.
“Selain menghemat biaya dengan menggunakan tes bahasa Inggris di dalam negeri, masyarakat juga turut berpartisipasi dalam mengurangi pelarian modal atau capital flight ke luar negeri,” ujar Masduki, dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UMM.
Masduki menerangkan, pengembangan TAEP dilatarbelakangi oleh meningkatnya penggunaan bahasa Inggris di Indonesia. Di era global, penutur bahasa Inggris kini bukan lagi didominasi oleh penutur asli atau native speaker, melainkan juga digunakan secara masif oleh penutur dari kalangan asing atau non-native speaker.
Secara praktikal, di Indonesia dan kawasan regional Asia umumnya pembelajar bahasa Inggris seringkali memakai bahasa Inggris dengan sesama non-native speaker dan jarang sekali digunakan dengan penutur asli. Dengan kalimat lain, pembelajar dan pengajar bahasa Inggris-nya sama-sama non-native speaker.
“Setelah tamat belajar pun orang Indonesia tidak mesti menggunakan bahasa Inggris untuk berkomunikasi dengan native speaker, tapi komunikasinya lebih banyak dengan non-native speaker,” ujar Masduki.
Fenomena itulah yang mendorong Lembaga Pengembangan Bahasa UMM, atau populer dengan nama Language Center UMM, menciptakan TAEP pada 2012 sebagai alat ukur pengujian kemahiran berbahasa Inggris yang sesuai dengan konteks Indonesia dan regional Asia.
TAEP diberlakukan di UMM sejak 2012 dan tiga tahun kemudian (2015) dipatenkan oleh Direktorat Jenderal Hak Atas Kekayaan Intelektual (Ditjen HAKI) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. TAEP disusun sendiri oleh tim UMM sehingga terhindar dari penggunaan ilegal TOEFL dan IELTS.
Perlu diketahui, TOEFL adalah kepanjangan Test of English as a Foreign Languange (Tes Bahasa Inggris sebagai Bahasa Asing) yang dibuat oleh ETS (Educational Testing Service), sebuah lembaga bahasa di Amerika Serikat. Makanya, boleh dikata, TOEFL adalah ujian kemampuan berbahasa Inggris dengan logat Amerika untuk semua peserta tes di seluruh dunia. Umumnya, tes TOEFL diminta oleh universitas di Amerika Serikat dan Kanada.
Sedangkan IELTS adalah uji coba kemampuan bahasa Inggris yang diselenggarakan bersama oleh Universitas Cambridge, British Council dan IDP Education Australia. Bahasa Inggris yang digunakan pada tes IELTS adalah bahasa Inggris Britania atau British. Umumnya, sertifikat IELTS diterima oleh institusi di Australia, Inggris, dan Selandia Baru.
Keunggulan TAEP dibandingkan tes lain terletak pada bagian mendengar (listening) dan membaca (reading). Pada bagian listening, sampel suara penutur tidak hanya diambil dari penutur asli seperti Amerika dan Inggris, melainkan juga dari bukan penutur asli, sebagaimana bahasa Inggris yang digunakan di Indonesia, Malaysia, Jepang, Cina, Korea Selatan, India, Arab, dan negara Asia lainnya, sehingga percakapan dalam audio terdengar lebih nyata sesuai konteks yang ada.
“Dengan demikian, nada dan pelafalannya berbeda-beda sesuai asal negara penutur. Itu sesuai dengan status bahasa Inggris sebagai bahasa global, tidak hanya milik Amerika atau Inggris. Jadi TAEP memang lebih globish (global English),” kata Masduki, yang juga mengajar di Program Pascasarjana UMM.
Sedangkan pada bagian reading, konten teks menggunakan diskursus budaya lokal Indonesia dan Asia dengan porsi yang lebih banyak. Dengan itu, kata Masduki, budaya Indonesia dan Asia mewarnai konten reading passage pada TAEP.
Selain itu, nilai tambah bagi TAEP adalah kecepatan analisis skor hasil tes. Peserta tes bisa melihat nilainya secara online 7 menit setelah tes selesai dikerjakan. Hasil tes dijamin tinggi dan akurat. Masduki menggaransi, semua peserta tes yang mendapatkan nilai tinggi, apabila dites lagi dengan TOEFL dan IELTS maupun alat tes lain, hasilnya pasti tinggi pula.
Peserta peserta tes pun bisa mendapatkan sertifikat elektronik atau e-certificate dalam tempo 1 jam seusai tes. Sertifikat digital ini bisa sangat susah dipalsukan. Para pengguna TAEP dapat mengecek skor hasil tes dan sertifikat di laman TAEP Score Reports, yaitu https://taep.umm.ac.id/certification/.
“Validitas nilai tes pun bisa dilakukan kapan dan di mana pun di dunia ini. Mahasiswa UMM pernah mengikuti beasiswa Erasmus Mundus di Eropa dan hanya melampirkan dokumen TAEP tanpa disertai TOEFL atau IELTS, tetap diakui oleh Komisi Eropa. Artinya, sertifikat TAEP sudah bisa disetarakan dengan TOEFL dan IELTS,” kata Masduki.
Selain digunakan oleh mahasiswa dan alumni UMM, sejak 2016 TAEP telah dipakai oleh kalangan luar UMM. Dalam hal kerja sama dengan pihak ketiga, misalnya, TAEP juga sudah digunakan oleh perguruan tinggi swasta lain seperti Yayasan Muslim Al-Azhar BSD (Bumi Serpong Damai), Universitas Kuningan dan Politeknik Kediri, serta perusahaan modal dalam negeri dan perusahaan modal asing.
Masduki mencontohkan Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Indonesia, dan PT Pertamina Trans Kontinental pernah memakai TAEP untuk menyeleksi calon karyawan pada 2018 dan 2019.
Ke depan, TAEP dikembangkan sebagai penyelenggara TKBI lokal berskala global sehingga bisa jadi alternatif alat ukur kemampuan berbahasa Inggris di dunia, sekaligus disiapkan untuk membebaskan bangsa Indonesia dari dominasi lembaga asing penyedia tes bahasa Inggris yang berbiaya mahal.
Baca:
Mahasiswa UMM Rancang Radar Detektor Kapal Pencuri Ikan