Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Verihubs, perusahaan teknologi asal Indonesia, kini menghadirkan ‘Deepfake Detection’ untuk mengatasi tantangan keamanan di era digital. Teknologi ini memanfaatkan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dan deep learning untuk mendeteksi konten deepfake dalam bentuk foto atau video yang dapat digunakan untuk penipuan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Deepfake adalah teknologi AI yang dikenal melalui pendekatan deep learning atau pembelajaran mendalam,” kata Verihubs dalam keterangan tertulis, yang dikutip Kamis, 12 Desember 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Deepfake bekerja dengan menganalisis dan mempelajari data dalam jumlah besar untuk menciptakan rekayasa visual atau audio yang menyerupai peristiwa nyata, namun sebenarnya palsu. “Video atau foto hiper-realistis yang dihasilkan mampu menduplikasi ekspresi wajah, perilaku, suara, dan pola bicara seseorang, sehingga tampak sangat autentik dan sulit dibedakan dari aslinya,” tulis Verihubs.
Verihubs mengembangkan teknologi deteksi deepfake yang menggunakan pendekatan modern dalam pembelajaran mesin dan AI. “Teknologi ini dirancang oleh tim ahli dengan menggunakan pendekatan modern dalam pembelajaran mesin (machine learning) dan AI, sehingga mampu mencapai tingkat keberhasilan mendekati 100 persen dalam mendeteksi konten deepfake berbentuk foto atau video.”
Keunggulan dari Verihubs Deepfake Detection tidak hanya terletak pada akurasinya yang tinggi, tapi juga pada fleksibilitasnya untuk diintegrasikan ke berbagai sektor, seperti fintech, perbankan, dan e-commerce.
Deepfake Detection milik Verihubs ini setidaknya punya tiga fungsi. Pertama, meminimalkan risiko penipuan dengan mengidentifikasi upaya manipulasi sebelum kerugian terjadi. Kedua, meningkatkan kepercayaan pelanggan dengan memberikan rasa aman kepada pengguna layanan. Ketiga, melindungi data dan transaksi dengan mencegah akses tidak sah yang dapat mengakibatkan kebocoran data atau kerugian finansial.