Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - WhatsApp mengungkapkan bahwa perusahaan spyware asal Israel, Paragon Solutions, telah meretas sejumlah pengguna di lebih dari 12 negara. Para korban yang menjadi target termasuk jurnalis dan masyarakat sipil.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pejabat WhatsApp mengkonfirmasi bahwa sekitar 90 pengguna terdeteksi menjadi sasaran peretasan, meskipun mereka tidak mengungkapkan secara spesifik siapa yang menjadi target. Mereka juga menyatakan bahwa para korban berasal dari berbagai negara, termasuk beberapa orang di Eropa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Pengguna WhatsApp telah dikirimkan dokumen elektronik berbahaya yang tidak memerlukan interaksi pengguna untuk membahayakan targetnya, sebuah peretasan yang disebut zero-click hack,” kata pejabat tersebut, dikutip dari Reuters, Selasa, 4 Februari 2025. Teknik itu merupakan jenis peretasan yang sangat sulit dideteksi.
WhatsApp kemudian mengirim surat perintah penghentian kepada Paragon setelah peretasan tersebut terdeteksi dan melaporkan masalah ini kepada kelompok pengawas internet Citizen Lab. Meskipun WhatsApp tidak merinci cara mereka memastikan bahwa Paragon bertanggung jawab, mereka mengungkapkan bahwa penegak hukum dan mitra industri telah diberitahu mengenai peristiwa ini.
Peneliti Citizen Lab John Scott-Railton menyebut penemuan spyware Paragon ini sebagai pengingat bahwa spyware komersial masih berkembang dan semakin banyak disalahgunakan. “Penemuan Paragon spyware yang menargetkan pengguna WhatsApp adalah pengingat bahwa spyware militer terus berkembang, dan seiring dengan itu, kita terus melihat pola penyalahgunaan yang sudah familiar,” katanya.
Spyware seperti yang dijual Paragon banyak digunakan oleh pemerintah untuk tujuan pengawasan. Sering software ini ditemukan pada perangkat jurnalis, aktivis, dan politisi oposisi, menimbulkan kekhawatiran tentang penyalahgunaan teknologi ini.
Paragon, yang baru-baru ini diakuisisi oleh kelompok investasi AE Industrial Partners, sebelumnya mencoba memposisikan diri sebagai perusahaan spyware yang lebih etis dengan menyatakan hanya menjual produk mereka kepada pemerintah di negara demokrasi yang stabil. Namun, penemuan baru ini menunjukkan bahwa praktik mereka mungkin lebih bermasalah daripada yang diperkirakan sebelumnya.