Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Analis Minta Investor Perhatikan Kebijakan BI dan Kredit Perbankan

Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) Mino meminta para investor untuk memperhatikan kebijakan Bank Indonesia (BI) terkait suku bunga acuan.

22 Mei 2023 | 16.31 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) Mino meminta para investor untuk memperhatikan kebijakan Bank Indonesia (BI) terkait suku bunga acuan dan data pertumbuhan kredit perbankan pada pekan ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Keputusan BI menjadi perhatian investor. Seiring cukup stabilnya nilai tukar rupiah terhadap dolar dan inflasi yang cenderung turun, diprediksi akan membuat Bank Indonesia kembali mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75 persen," ujar Mino sebagaimana keterangan resmi di Jakarta, Senin, 22 Mei 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Terkait data pertumbuhan kredit perbankan, ia menyebut kredit perbankan tumbuh 9,93 persen year on year (yoy) pada Maret 2023 atau lebih rendah dibandingkan 10, 64 persen (yoy) pada Februari 2023.

"Pertumbuhan kredit tersebut ditopang oleh naiknya kredit investasi yang tumbuh 11,40 persen (yoy) dan kredit modal kerja serta konsumsi yang masing-masing tumbuh 9,52 persen dan 9,20 persen (yoy)." jelas Mino.

Ia menyebut para investor juga perlu memperhatikan sentimen dari mancanegara, di antaranya, perkembangan harga komoditas, perkembangan perundingan batas atas utang Amerika Serikat (AS), dan Federal Open Market Committee (FOMC) Minutes.

Selanjutnya: Sepanjang pekan lalu, Mino menjelaskan....

Sepanjang pekan lalu, Mino menjelaskan terdapat tiga sentimen negatif yang membuat IHSG berada di zona merah, di antaranya, kembali berlanjutnya pelemahan sebagian besar harga komoditas, melambatnya kenaikan harga properti residensial, serta ketidakpastian terkait plafon utang di AS.

"Sebagian besar harga komoditas pada perdagangan pekan lalu kembali melemah dipicu oleh beberapa faktor, antara lain data ekonomi China yang lebih rendah dari ekspektasi, ketidakpastian debt ceiling (plafon utang) di AS, dan menguatnya nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama lainnya," ujar Mino.

Sementara itu, sentimen positif yang menjaga IHSG pada pekan lalu, di antaranya kembali surplusnya neraca perdagangan, yang sebesar US$ 3,94 miliar pada April 2023 atau meningkat dari sebelumnya sebesar US$ 2,83 miliar.

Selain itu, terjadi aksi beli investor asing senilai Rp 0,4 triliun di pasar reguler, setelah sebelumnya dalam dua minggu berturut-turut asing mencatatkan aksi jual bersih.

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus