Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Analis Minta Investor Perhatikan Kebijakan BI dan Kredit Perbankan

Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) Mino meminta para investor untuk memperhatikan kebijakan Bank Indonesia (BI) terkait suku bunga acuan.

22 Mei 2023 | 16.31 WIB

Karyawan melintas di area perkantoran Bank Indonesia, Jakarta, Selasa, 31 Mei 2022. Gubernur BI, Perry Warjiyo mengatakan, potensi inflasi yang melebihi perkiraan ini didorong oleh kenaikan harga-harga komoditas global yang kemudian mempengaruhi pergerakan harga di dalam negeri. TEMPO/Tony Hartawan
Perbesar
Karyawan melintas di area perkantoran Bank Indonesia, Jakarta, Selasa, 31 Mei 2022. Gubernur BI, Perry Warjiyo mengatakan, potensi inflasi yang melebihi perkiraan ini didorong oleh kenaikan harga-harga komoditas global yang kemudian mempengaruhi pergerakan harga di dalam negeri. TEMPO/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) Mino meminta para investor untuk memperhatikan kebijakan Bank Indonesia (BI) terkait suku bunga acuan dan data pertumbuhan kredit perbankan pada pekan ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

"Keputusan BI menjadi perhatian investor. Seiring cukup stabilnya nilai tukar rupiah terhadap dolar dan inflasi yang cenderung turun, diprediksi akan membuat Bank Indonesia kembali mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75 persen," ujar Mino sebagaimana keterangan resmi di Jakarta, Senin, 22 Mei 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Terkait data pertumbuhan kredit perbankan, ia menyebut kredit perbankan tumbuh 9,93 persen year on year (yoy) pada Maret 2023 atau lebih rendah dibandingkan 10, 64 persen (yoy) pada Februari 2023.

"Pertumbuhan kredit tersebut ditopang oleh naiknya kredit investasi yang tumbuh 11,40 persen (yoy) dan kredit modal kerja serta konsumsi yang masing-masing tumbuh 9,52 persen dan 9,20 persen (yoy)." jelas Mino.

Ia menyebut para investor juga perlu memperhatikan sentimen dari mancanegara, di antaranya, perkembangan harga komoditas, perkembangan perundingan batas atas utang Amerika Serikat (AS), dan Federal Open Market Committee (FOMC) Minutes.

Selanjutnya: Sepanjang pekan lalu, Mino menjelaskan....

Sepanjang pekan lalu, Mino menjelaskan terdapat tiga sentimen negatif yang membuat IHSG berada di zona merah, di antaranya, kembali berlanjutnya pelemahan sebagian besar harga komoditas, melambatnya kenaikan harga properti residensial, serta ketidakpastian terkait plafon utang di AS.

"Sebagian besar harga komoditas pada perdagangan pekan lalu kembali melemah dipicu oleh beberapa faktor, antara lain data ekonomi China yang lebih rendah dari ekspektasi, ketidakpastian debt ceiling (plafon utang) di AS, dan menguatnya nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama lainnya," ujar Mino.

Sementara itu, sentimen positif yang menjaga IHSG pada pekan lalu, di antaranya kembali surplusnya neraca perdagangan, yang sebesar US$ 3,94 miliar pada April 2023 atau meningkat dari sebelumnya sebesar US$ 2,83 miliar.

Selain itu, terjadi aksi beli investor asing senilai Rp 0,4 triliun di pasar reguler, setelah sebelumnya dalam dua minggu berturut-turut asing mencatatkan aksi jual bersih.

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus