Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Analisa Dosen Teknik Mengenai Penyebab Jembatan Widang Ambruk

Pakar struktur jembatan dari Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, Bantot Sutrisno, mengatakan Jembatan Widang ambruk dikarenakan kurangnya pemelihar

18 April 2018 | 08.37 WIB

Petugas mengevakuasi truk di lokasi jembatan Widang yang runtuh, Tuban, Jawa Timur, 17 April 2018. Peristiwa ini melukai tiga korban lainnya, sementara tiga truk dan sebuah sepeda motor masuk ke Bengawan Solo. ANTARA/Aguk Sudarmojo
Perbesar
Petugas mengevakuasi truk di lokasi jembatan Widang yang runtuh, Tuban, Jawa Timur, 17 April 2018. Peristiwa ini melukai tiga korban lainnya, sementara tiga truk dan sebuah sepeda motor masuk ke Bengawan Solo. ANTARA/Aguk Sudarmojo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Pakar struktur jembatan dari Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, Bantot Sutrisno, menganalisa Jembatan Widang ambruk dikarenakan kurangnya pemeliharaan. Jembatan yang berada di perbatasan wilayah Lamongan - Tuban, Jawa Timur, ini ambrol pada Selasa, 17 April 2018 pukul 11.05 WIB. Tiga truk dan satu sepeda motor tercebur Sungai Bengawan Solo dan seorang meninggal.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

"Jembatan membutuhkan pemeliharaan, perawatan agar memiliki umur sesuai dengan yang direncanakan. Apabila perawatan dan pemelirahaan kurang, maka akan berdampak pada kinerja pada jembatan. Akibatnya bisa ambrol," kata dosen teknik tersebut Selasa, 17 April 2018.

Baca: Jembatan Widang Ambruk, Begini Upaya Evakuasi Korban Meninggal

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Bantot, selain pemeliharaan kemungkinan yang menyebabkan ambrolnya jembatan adalah akibat kelebihan beban. Banyak jembatan mendapat beban melampaui kapasitas. "Kendaraan mengangkut beban muatan berlebih dampaknya pada jembatan mempercepat kerusakan. Di sini pentingnya ada jembatan timbang," katanya. 

Dalam peristiwa Jembatan Babat ambuk, dua orang pengemudi truk meninggal dunia setelah terjebak di dalam truk yang tercebur di Bengawan Solo. Youtube

Bantot lantas mengilustrasikan seutas kawat ketika diberi tekukan pertama memiliki kekuatan yang kuat, kemudian ditekuk kedua masih kuat. Apabila diberi gaya tekukan yang sering dan besar, maka kawat akan sendirinya putus. Itulah baja memiliki sifat kelelahan apabila diberikan beban berulang dengan kekuatan yang luar biasa.

"Beban yang lain bisa juga angin. Walaupun pelan, frekuensi angin bisa juga suatu yang disebut resonansi pada jembatan walaupun kemungkinan kecil yang di Tuban. Efek ini bisa lama-lama membesar, bisa membuat ketidakstabilan dan runtuh," ujar pria yang juga Wakil Dekan Fakultas Teknik itu.

Untuk mengantisipasi kejadian serupa, kata Bantot, perlu adanya pengamatan jembatan secara periodik sehingga bisa mengetahui penurunan atau pergeseran walaupun hanya 1 sentimeter.  "Ini menunjukkan sebagai peringatan bahwa pondasi terjadi penurunan atau miring."

Setelah dilakukan pengecekan dan perawatan, Bantot melanjutkan, dari situ akan diketahui kira-kira apa yang harus dilakukan. "Jika yang disebut bantalan tujuannya agar jembatan bisa mengamodasi itu ada sendi roll. Tidak hanya sendi roll tapi menggunakan elastomerik. Kalau karet sudah mati harus dilakukan penggantian karena tidak bisa selamanya memiliki elastisitas bagus," kata dia.

Petugas bersama warga mengevakuasi sepeda motor yang tercebur dalam kejadian runtuhnya Jembatan Widang, di Tuban, Jawa Timur, 17 April 2018. Sisi barat jembatan itu runtuh sekitar 50 meter dan mengakibatkan satu pengemudi truk meninggal dunia. ANTARA/Aguk Sudarmojo

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menduga ambrolnya Jembatan Widang karena kelebihan beban. "Dari data-data yang ada, kemungkinan terbesar adalah akibat beban berlebih yang menyebabkan keruntuhan tersebut, " kata Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian PUPR, Arie Setiadi Moewanto di Jakarta, Selasa petang, 17 April 2018.

Menurut Arie, pada saat kejadian sekitar pukul 11.05 WIB, melintas satu dump truck mengangkut limbah smelter dan dua truk muatan penuh pasir serta satu sepeda motor. "Namun, untuk memastikan dan melakukan investigasi, kami mengirim tim ahli dan independen dari Puslitbang Jalan dan Jembatan," katanya.

Arie menjelaskan, tim tersebut akan melakukan pemeriksaan struktur dan kondisi jembatan untuk kemudian menganalisa apakah perlu dilakukan penggantian menyeluruh atau membuat jembatan baru atau hanya mengganti bentangnya saja. "Di jembatan itu ada lima bentang dengan masing-masing bentang panjangnya 260 meter dan mudah-mudahan pilarnya tidak rusak".

Jika pilarnya tidak rusak, kata Arie, maka hanya diperlukan penggantian bentangnya saja dan pemerintah punya stok sehingga sebelum Lebaran diharapkan perbaikannya sudah selesai.

 

Arie mengatakan bahwa seluruh jembatan di jalur jalan nasioal didisain untuk bisa menanggung beban maksimum 45 ton. "Data yang ada selama ini, di seluruh jembatan nasional, dilewati oleh truk yang sekitar 60 persen, bermuatan lebih. Akibat Jembatan Widang ambruk kepolisian setempat merekasaya lalu lintas dengan mengarahkan kendaraan ke jalur alternatif.

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus