Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pada 28 Agustus 2020, Presiden Joko Widodo, Erick Thohir, dan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwana X meresmikan Yogyakarta International Airport (YIA) di Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pembangunan bandara baru ini tentu mempengaruhi bandara lain di Sleman, Yogyakarta, yakni Bandara Adisutjipto.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hanya melayani penerbangan domestik secara terbatas
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pandu Purnama, General Manager Bandar Udara Adisutjipto, menjelaskan bahwa Bandara Adisutjipto sudah memindahkan alur keberangkatan ke Terminal Internasional atau Terminal B ke Yogyakarta International Airport sejak awal 2020.
Saat itu, Terminal A juga tidak beroperasi. Terminal A yang tidak beroperasi ini dimanfaatkan untuk menjadi area publik dan UMKM yang bernama Titik Lawas Adisutjipto atau TILAS. Namun kemudian, Terminal A mulai kembali beroperasi pada bulan Februari 2022.
Mulai Februari ini kami mengoperasikan kembali Terminal A Bandara Adisutjipto untuk keberangkatan penumpang. Langkah ini kami harap dapat lebih mengakomodir kenaikan permintaan perjalanan udara,” kata Pandu Purnama pada Rabu, 2 Februari 2022.
Pengaktifan kembali Terminal A Bandara Adisutjipto dilakukan setelah Terminal B, terminal yang difokuskan untuk penerbangan internasional, telah berpindah ke Yogyakarta International Airport. “Jadi, Terminal A di Bandara Adisutjipto kini memiliki area yang lebih luas dan kapasitas ruang tunggu yang lebih besar. Sehingga, lebih nyaman bagi para pengguna jasa penerbangan domestik,” katanya.
Sejarah Bandara Adisutjipto
Menurut laman resmi Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Jawa Tengah, Bandara Adisutjipto dahulu bernama Bandara Maguwo. Nama Maguwo diambil dari nama desa tempat bandara itu berdiri.
Bandara ini dibangun sejak 1940 dan digunakan oleh Militaire Luchtvaart pada tahun 1942. Pada 1959, Bandara ini kemudian dijadikan Akademi Angkatan Udara Republik Indonesia. Kemudian pada 1964, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara meresmikan bandara ini menjadi bandara gabungan sipil dan militer.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.