Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - PT Bank Permata Tbk. (BNLI) membukukan laba bersih Rp2,24 triliun pada kuartal III/2022 atau melesat 123 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy) yakni Rp1 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, dikutip hari ini, pendapatan bunga bersih atau net interest income (NII) menjadi penopang laba perseroan dengan realisasi mencapai Rp6,66 triliun atau tumbuh 13 persen secara yoy.
NII dari emiten bank berkode saham BNLI tersebut dikontribusikan oleh pendapatan bunga yang tumbuh 4 persen yoy menjadi Rp9,3 triliun, diikuti dengan susutnya beban bunga sebesar 12 persen yoy sehingga mencapai Rp2,62 triliun.
Direktur Utama Bank Permata Meliza M. Rusli mengungkapkan bahwa sampai dengang akhir September 2022, perseroan mampu membukukan kinerja keuangan secara sehat dan solid berkat penerapan strategi dan pertumbuhan kredit yang sehat.
“Hal ini tidak lepas dari kontribusi bersama dalam menerapkan strategi perusahaan, menjaga pertumbuhan dan profitabilitas berkelanjutan melalui pertumbuhan kredit sehat, serta manajemen risiko, dan prinsip kehati-hatian serta governance yang baik,” ujar Meliza dalam keterangan tertulis yang diterima Bisnis, Senin 31 Oktober 2022.
Baca Juga: Bank Permata Umumkan Pengunduran Diri Direktur Risiko Suwatchai Songwanich
Per kuartal III/2022, BNLI tercatat membukukan penyaluran kredit sebesar Rp135,7 triliun atau tumbuh 9,2 persen yoy. Kenaikan ini didorong oleh kredit korporasi dan kredit pemilikan rumah (KPR) masing-masing sebesar 9,2 persen dan 19,1 persen.
Sejalan dengan hal ini, rasio intermediasi makroprudensial (RIM) perseroan juga semakin baik menjadi 83 persen dari sebelumnya berada di level 69 persen pada akhir 2021.
Prinsip kehati-hatian dalam menyalurkan kredit juga terus dilakukan, tecermin dari rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) gross terjaga pada level 3,09 persen. Posisi ini jauh lebih baik dibandingkan capaian September 2021 yang berada pada posisi 3,3 persen.
Dari sisi pendanaan, simpanan nasabah sedikit menurun atau -1,2 persen yoy. Hal ini sejalan dengan strategi BNLI untuk menurunkan dana mahal atau deposito dan terus memfokuskan pertumbuhan giro dan tabungan (current account savings account/CASA).
Sampai dengan kuartal III/2022, CASA perseroan tumbuh 10,6 persen yoy menjadi Rp95,8 triliun. Giro tercatat tumbuh 10,2 persen yoy diikuti dengan realisasi tabungan yang turut meningkat 11,1 persen yoy.
Dengan demikian, rasio CASA perseroan naik menjadi 59,3 persen atau lebih tinggi dibandingkan dengan posisi akhir Desember 2021 sebesar 54,0 persen. Hal ini membuat posisi likuiditas BNLI terjaga untuk mendukung penyaluran kredit dengan suku bunga kompetitif.
Di sisi lain, Bank Permata juga tetap menerapkan manajemen biaya operasional secara
optimal terlihat dari rasio Beban Operasional dibandingkan Pendapatan Operasional (BOPO) menjadi sebesar 73,4 persen. Posisi ini turun dibandingkan September 2021 yang mencapai 88,3 persen.
“Saatnya meneruskan komitmen kami untuk tetap menjadi mitra terpercaya nasabah dan menjadi universal bank yaitu dengan menyediakan produk dan layanan bagi berbagai segmen serta untuk semua generasi,” ungkap Meliza.
BISNIS
Baca: Bunga Turun, Bank Permata Yakin Penyaluran KPR Bisa Tumbuh 30 Persen
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini