Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Bisnis Kaesang Bangkrut, Ini Analisis Penyebabnya

Bisnis putra Presiden Joko Widodo atau Jokowi, Kaesang Pangarep bangkrut. Ini analisis dugaan penyebab tumbangnya bisnis Kaesang.

22 September 2023 | 11.17 WIB

Kaesang Pangarep bersama istri berswafoto bersama relawan dan warga Depok, Selasa, 25 Juli 2023. TEMPO/Ricky Juliansyah
Perbesar
Kaesang Pangarep bersama istri berswafoto bersama relawan dan warga Depok, Selasa, 25 Juli 2023. TEMPO/Ricky Juliansyah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Pakar marketing Yuswohady membeberkan dugaan penyebab tutupnya sejumlah bisnis putra Presiden Joko Widodo (Jokowi) Kaesang Pangarep. Sebagian besar bisnis Kaesang yang merugi adalah bisnis yang bergerak di bidang food and beverage (FnB) atau bisnis makanan dan minuman. Seperti Goola, Siap Mas, dan Ternakopi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Menurut Yuswohady, bisnis makanan dan minuman memang rentan. Bisnis ini mudah naik daun tapi juga gampang merosot. "Food and beverage itu memang banyak faktor hype-nya," kata Yuswohady saat dihubungi Tempo pada Kamis malam, 21 September 2023. "Saat launching bisa heboh, tapi setelah waktu tertentu biasanya enggak heboh lagi terus turun, turun, dan turun."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut dia, bisnis FnB memang memiliki risiko lebih tinggi dibanding bisnis di sektor lain. Alasannya, bisnis makanan dan minuman sangat dipengaruhi oleh faktor tren di masyarakat yang kerap berubah.

"Kebetulan yang dirintis Kaesang itu selalu makanan, yang saya bilangnya FOMO (fear of missing out/takut ketinggalan)," ujar Managing Patner Inventure tersebut.

Faktor kedua yang diduga menjadi sebab ruginya bisnis Kaesang adalah ketergantungan bisnis tersebut pada gaya kekinian. Menurut Yuswohady, kebanyakan publik figur yang berbisnis, termasuk Kaesang, menjual kuliner tradisional yang dikemas dengan konsep kekinian. Konsep ini akan bagus di awal, tapi mesti terus kreatif untuk setiap waktu berubah mengikuti perkembangan. Jika tidak “Setelah hype-nya lewat, biasanya terjun bebas," tutur dia.

Sedangkan faktor ketiga adalah konsistensi. Menurut Yuswohady, untuk menjalankan bisnis dibutuhkan fokus dan konsistensi. Biasanya, para pesohor justru kurang dalam hal ini, perhatian mereka terhadap bisnis kerap kali terpecah karena kesibukan lain atau mendapatkan banyak tawaran dan peluang lain di luar bisnis tersebut. 

"Umumnya seperti itu, saat satu bisnis yang dibangun belum kuat justru perhatian beralih ke hal lain karena menganggap ada tawaran atau peluang baru,” kata Yuswohady. “Mau masuk ke politik lah, banyak job lah, banyak peluang di depannya. Sehingga dia justru kehilangan fokus dengan bisnis yang dirintis.”

 

 

 

 

 

Amelia Rahima Sari

Alumnus Antropologi Universitas Airlangga ini mengawali karire jurnalistik di Tempo sejak 2021 lewat program magang plus selama setahun. Amel, begitu ia disapa, kembali ke Tempo pada 2023 sebagai reporter. Pernah meliput isu ekonomi bisnis, politik, dan kini tengah menjadi awak redaksi hukum kriminal. Ia menjadi juara 1 lomba menulis artikel antropologi Universitas Udayana pada 2020. Artikel yang menjuarai ajang tersebut lalu terbit di buku "Rekam Jejak Budaya Rempah di Nusantara".

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus