Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM Nurul Ichwan mengatakan Indonesia masih akan menghadapi tantangan dalam menarik investasi. Salah satu faktornya, kata dia, karena semakin banyak negara yang berusaha menarik kembali investor mereka ke wilayah masing-masing.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Negara-negara yang dulu mempromosikan globalisasi sekarang mempromosikan deglobalisasi. Jadi semua negara ini cenderung mengundang investornya untuk kembali ke negara mereka,” kata Nurul dalam acara UOB Editor’s Circle di Hotel Kempinski, Jakarta pada Selasa, 12 September 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Nurul mencontohkan aktor-aktor besar dunia internasional seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa yang saat ini sedang gencar menggaungkan deglobalisasi. Meskipun begitu, dia percaya Indonesia masih akan mampu menarik investor dari luar ke Tanah Air karena memiliki keunggulan kompetitif, khususnya sumber daya alam.
“Misalnya kalau kita bicara kendaraan listrik, siapa pun yang menjadi produsen pasti akan datang ke Indonesia,” ujar Nurul. Hal ini, menurut dia, karena Indonesia memiliki cadangan nikel yang lebih besar dibandingkan negara-negara lain. Hal inilah yang kemudian memberikan keunggulan kompetitif bagi Indonesia dibandingkan negara atau kawasan lain.
Selain sumber daya alam, Indonesia juga memiliki keunggulan kompetitif dalam bidang ekonomi digital, terutama di kawasan Asia Tenggara. Hal ini diungkapkan Managing Director UOB Sam Cheong Chwee dalam acara yang sama.
“Saya percaya keunggulan yang dimiliki Indonesia secara kompetitif dalam sektor ekonomi digital akan tetap bertahan kuat,” kata Sam Cheong.
Berdasarkan jajak pendapat yang dilakukan UOB di negara-negara Asia Tenggara dan Cina, Indonesia menempati posisi pertama untuk penerapan teknologi digital dalam bisnis. Menurut statistik tersebut, 93 persen bisnis di Indonesia telah menerapkan teknologi digital dengan derajat yang berbeda-beda dalam operasi mereka. Sementara itu, Thailand berada di posisi kedua dengan 92 persen dan Cina di posisi ketiga dengan 90 persen.
Berdasarkan tingkat kesuksesan digitalisasi, Indonesia juga menempati posisi pertama dengan 90 persen penggunanya merasa teknologi digital membawa keuntungan bagi bisnis mereka. Dibandingkan Indonesia, Thailand yang berada di posisi kedua melaporkan tingkat kesuksesan 83 persen. Sementara itu di posisi ketiga terdapat Vietnam dengan 73 persen.
Oleh karena itu, Sam Cheong pun optimistis Indonesia akan mampu menarik investasi lebih besar lagi, termasuk investasi asing langsung atau foreign direct investment (FDI) di bidang ekonomi digital. “Kami melihat sebenarnya semakin banyak FDI yang masuk ke dalam tren tersebut,” kata Sam Cheong.
SULTAN ABDURRAHMAN
Pilihan Editor: Begini Sistem Baru Gaji Tunggal PNS Tanpa Tunjangan pada 2024