Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Investasi sekaligus Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan ekonomi global sedang mengalami masa yang tidak menguntungkan. Hal tersebut turut mengancam perekonomian Indonesia.
“Ekonomi global sedang mengalami suasana yang sangat tidak menguntungkan. Dalam bahasa saya, ekonomi global saat ini gelap. Jangan artikan gelap dalam maksud politik, ini gelap yang sesungguhnya,” ucap Bahlil dikutip dari siaran YouTube Kementerian Investasi - BKPM, pada Rabu sore, 5 Oktober 2022.
Hal tersebut disampaikan Bahlil dalam kegiatan Orasi Ilmiah bertajuk Transformasi Ekonomi Melalui Hilirisasi dengan Kearifan Lokal yang dilaksanakan di Balai Purnomo Prawiro, Univesitas Indonesia.
Baca juga: Bahlil Singgung Krisis Ekonomi di Inggris dan Lonjakan Inflasi di AS: Jika Tidak Waspada ...
Dalam kegelapan ekonomi global itu, kata Bahlil, setidaknya terdapat empat fase yang dilalui Indonesia. Pada tahun 2017, 2018, hingga akhir 2019, terjadi perang dagang antara Cina dan Amerika Serikat. Melalui hal tersebut terlihat fundamental ekonomi global di dua benua yang mengalami gejolak.
Bahlil pun menyebut sebelum perang antara kedua pihak ini mereda, telah muncul masalah baru lagi, yakni pandemi Covid-19. “Belum selesai mengalami perang, muncul covid-19 melanda hampir semua dunia. Terjadi krisis kesehatan yang berdampak pada masalah ekonomi dan sosial. Tahun 2020, hampir semua negara pertumbuhan ekonominya negatif, termasuk Indonesia,” ujarnya.
Memasuki tahun 2021, semua negara terus berpikir bagaimana mengendalikan Covid-19 dan memulihkan ekonomi. Sayangnya, sebelum pemulihan ekonomi ini terealisasi, muncul perang antara Rusia dan Ukraina.
Selanjutnya: "Krisis pangan mulai di depan mata."
“Di sini titik masuknya Indonesia alami dampak yang luar biasa. Krisis pangan mulai di depan mata,” ucap Bahlil. Ia turut menyebut harga minyak tahun 2022 melonjak hingga US$ 30 per barel.
Ia menyebutkan pertumbuhan ekonomi global berdampak sangat luar biasa. "Ini yang saya maksud gelap," tuturnya.
Selain itu, ada fase yang belum terjadi tapi ia berharap tidak perlu terjadi. "Kita harus berdoa jangan sampai terjadi, yaitu ketegangan antara Cina dan Taiwan. Kalo ini sampai terjadi, saya tidak tahu lagi apa yang akan terjadi pada dunia,” ucap Bahlil.
Atas dasar inilah mengapa Bahlil menyebut ekonomi global sedang dalam keadaan gelap. “Tidak ada satu orang pun yang bisa meramal ekonomi ini, baik akademisi, praktisi, maupun ilmu dari langit.
Meskipun demikian, di semester pertama tahun 2022, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih mencapai 5,44 persen dengan inflasi terjaga di bawah 5 persen. Jika dibandingkan dengan negara lain yang tergabung dalam G20, Bahlil menyebut bahwa perekonomian Indonesia masih jauh lebih baik.
DEFARA DHANYA PARAMITHA
Baca: Ancaman Resesi Global 2023, Gibran Sebut Masalah Ketahanan Pangan PR Utama
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini