Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk. atau BCA Jahja Setiaatmadja mengungkapkan alasan pihaknya kembali memangkas suku bunga simpanan hingga mencapai level 3,95 persen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Jahja menyatakan penurunan suku bunga deposito dilakukan sebagai upaya perusahaan mengantisipasi sikap Bank Indoensia yang diperkirakan kembali menurunkan suku bunga acuannya. "Kami antisipasi suku bunga BI yang bisa turun," ucapnya ketika dihubungi, Rabu, 17 Juni 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Lebih jauh, Jahja menjelaskan, penurunan bunga deposito bukan baru kali ini dan tidak dilakukan secara mendadak. "Sebelumnya 4 persen menjadi 3,95 persen. Penurunannya masih sangat sedikit," katanya.
Berdasarkan laporan presentasi perseroan, suku bunga deposito BCA Per Mei 2020 tercatat pada level 4 persen. Namun sebelumnya, pada Desember 2019, suku bunga deposito BCA masih bertengger di level 4,5 persen.
Jahja juga menjelaskan penurunan bunga deposito dikarenakan perseroan berupaya menekan biaya bunga (cost of fund) yang harus dibayarkan bank kepada deposan.
Selama setahun terakhir, biaya bunga BCA memang terlihat turun. Per Maret 2020, biaya bunga BCA berada pada level 1,7 persen, atau lebih rendah ketimbang periode yang sama tahun lalu tercatat sebesar 2,04 persen.
Meski suku bunga deposito turun, Jahja tetap optimistis produk simpanan tersebut tetap diminati oleh masyarakat. Bila dibandingkan dengan obligasi misalnya, deposito tetap dianggap merupakan instrumen investasi yang lebih likuid dan bersifat jangka pendek, sehingga dapat dengan mudah dicairkan.
Terlebih di tengah masa pandemi Covid-19, bank swasta dengan aset terbesar di Tanah air ini tetap mencatatkan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) di kisaran 6 persen-7 persen. Pertumbuhan DPK tersebut pun dinilai merupakan bentuk kepercayaan nasabah pada BCA.
Selama kuartal I tahun 2020, DPK Bank BCA tercatat tumbuh 16,8 persen secara tahunan (yoy) menjadi Rp 741,02 triliun. Komponen dana murah masih mendominasi himpunan DPK perseroan.
Sementara dana murah perseroan tercatat tumbuh 17,3 persen yoy menjadi Rp 568,526 triliun. Sementara simpanan berjangka tumbuh 15,1 persen yoy menjadi Rp 171,71 triliun.
BISNIS