Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ekonomi

Deflasi Lima Bulan Beruntun, Bagaimana Dampaknya ke Kredit Macet Perbankan?

Meskipun deflasi terjadi lima beruntun di Indonesia, angka kredit macet atau Non Performing Loan (NPL) di perbankan masih cukup terjaga.

11 Oktober 2024 | 12.57 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Manajemen PT Bank Central Asia Tbk. atau BCA dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. angkat bicara soal deflasi dan rasio kredit macet atau NPL di perbankan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA, Hera F. Haryn, menyebutkan angka NPL dari BCA ada di angka 2,2 persen pada semester I 2024. Angka itu masih di bawah NPL industri yang ada di kisaran 2,34 persen per Mei 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"NPL BCA juga berada pada level managable," ujar Hera ketika dihubungi pada Rabu, 09 September 2024.

Hera juga menyebutkan, secara umum, kualitas kredit BCA masih terjaga baik. Hal ini menurutnya tercermin dari Loan at Risk (LAR) perseroan yang berada di level yang relatif rendah bila dibandingkan dengan industri.

"LAR BCA tercatat sebesar 6,4 persen pada semester I 2024, membaik dibandingkan tahun lalu sebesar 9 persen," ucap Hera. 

Hal serupa juga dirasakan oleh Bank Mandiri. VP Head of Macroeconomic & Financial Research Bank Mandiri, Dian Ayu Yustina, menyebutkan rasio NPL di industri perbankan masih terjaga dengan stabil hingga saat ini. 

"Sampai saat ini rasio NPL perbankan secara umum masih terjaga stabil," ucap Dian atau akrab disapa Diyu tersebut ketika dihubungi pada Rabu, 9 Oktober 2024.

Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Aviliani, juga mengatakan bahwa tren NPL masih stabil, bahkan menunjukkan penurunan. Ia juga menyebutkan, sektor perbankan masih mencatatkan pertumbuhan kredit yang cukup tinggi. 

Pertumbuhan kredit tersebut, menurut Avilia, banyak didukung dari sektor oleh kredit investasi sebesar 13,1 persen. Kemudian disusul kredit konsumsi sebesar 10,8 persen dan kredit modal kerja sebesar 10,75 persen. Meskipun positif, capaian tersebut masih terhitung melambat. 

"Tren ini menunjukkan pelambatan dibandingkan dengan bulan sebelumnya," ujar Aviliani ketika dihubungi pada Kamis, 10 Oktober 2024.

Di lain sisi, Aviliani juga mencatat ada tren pelambatan dalam pertumbuhan kredit UMKM. Dari pertumbuhan 5,1 persen year on year (yoy) pada Juli 2024, menjadi hanya 4,3 persen yoy pada Agustus 2024. Ia juga menambahkan soal adanya kenaikan angka kredit macet UMKM dimana NPL UMKM naik 4,05 persen yoy pada Agustus 2024.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus