Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - CEO SayurBox Amanda Susanti Cole bercerita tentang jatuh-bangunnya bisnis perusahaan rintisan yang bergerak di bidang penjualan produk pangan itu selama 2017 hingga 2020. Amanda mengatakan entitasnya sempat hampir tutup karena nihil pendanaan atau funding.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Tahun 2017 kami menghadapi keterbatasan dana sampai bisnis mau tutup. Kami waktu itu mempertimbangkan apakah bertahan atau mulai bisnis baru,” kata Amanda dalam acara Tempo Media Week 2020 yang ditayangkan secara virtual, Senin petang, 30 November 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Amanda mengatakan tahun itu merupakan etape pertama SyurBox merintis usaha sebagai entitas bisnis. Bisnis dimulai dengan tujuan memutus mata rantai penjualan produk-produk sayuran di level petani. Dengan begitu, petani akan memperoleh imbal hasil yang lebih besar.
Pada awal penjualannya, SayurBox hanya memasarkan produk secara terbatas melalui WhatsApp dan Instagram. Segmennya pun terbatas untuk konsumen sayur-sayur organik.
Sementara itu pada 2018, perusahaan rintisan ini telah berkembang dengan menambah produk konvensional serta bekerja sama dengan usaha kecil.
Namun, lagi-lagi SayurBox menghadapi tantangan. “Kami sudah menyediakan aplikasi. Tapi aplikasi kami down dan customer marah-marah,” kata Amanda.
Setahun kemudian, SayurBox mulai berkembang dan menjangkau pasar yang lebih luas. Produk yang dijual di aplikasi pun bertambah, seperti daging dan makanan siap santap. SayurBox juga membangun infrastruktur logistik.
Seiring dengan perubahannya, Amanda mengakui makin banyak tantangan yang dihadapi. “Kami makin banyak tekanan dari investor. Makin banyak SKU, makin kompleks. Kami juga kehilangan lumayan banyak tim,” ujar Amanda.
Sementara itu pada 2020, SayurBox mengalami kemajuan pesat. Pandemi membuat masyarakat beralih ke pembelian bahan-bahan dasar secara online. SayurBox pun kebanjiran pesanan.
Lantaran belum siap memperoleh order dengan kapasitas besar, sistem SayurBox sempat bermasalah. Selama sepekan manajemen memutuskan untuk menghentikan pemesanan. “Kami memikirkan bagaimana beradaptasi dengan cepat. Jadi kami belajar dari pandemi,” katanya.
Selepas itu, kata Amanda, perusahaan makin memperlebar cakupannya. SayurBox kini membuka kerja sama dengan ribuan mitra petani. Ia menjamin stabilitas order pun meningkat signifikan.