Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Cerita CEO Sayurbox, Pernah Hampir Tutup pada 2017 karena Tak Dapat Pendanaan

CEO SayurBox Amanda Susanti Cole bercerita tentang jatuh-bangunnya bisnis perusahaan rintisannya di bidang penjualan produk pangan selama 2017-2020.

1 Desember 2020 | 14.02 WIB

Amanda Cole adalaha satu dari 17 generasi milenial RI yang masuk daftar berprestasi Forbes.
Perbesar
Amanda Cole adalaha satu dari 17 generasi milenial RI yang masuk daftar berprestasi Forbes.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - CEO SayurBox Amanda Susanti Cole bercerita tentang jatuh-bangunnya bisnis perusahaan rintisan yang bergerak di bidang penjualan produk pangan itu selama 2017 hingga 2020. Amanda mengatakan entitasnya sempat hampir tutup karena nihil pendanaan atau funding.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

“Tahun 2017 kami menghadapi keterbatasan dana sampai bisnis mau tutup. Kami waktu itu mempertimbangkan apakah bertahan atau mulai bisnis baru,” kata Amanda dalam acara Tempo Media Week 2020 yang ditayangkan secara virtual, Senin petang, 30 November 2020.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Amanda mengatakan tahun itu merupakan etape pertama SyurBox merintis usaha sebagai entitas bisnis. Bisnis dimulai dengan tujuan memutus mata rantai penjualan produk-produk sayuran di level petani. Dengan begitu, petani akan memperoleh imbal hasil yang lebih besar.

Pada awal penjualannya, SayurBox hanya memasarkan produk secara terbatas melalui WhatsApp dan Instagram. Segmennya pun terbatas untuk konsumen sayur-sayur organik.
Sementara itu pada 2018, perusahaan rintisan ini telah berkembang dengan menambah produk konvensional serta bekerja sama dengan usaha kecil.

Namun, lagi-lagi SayurBox menghadapi tantangan. “Kami sudah menyediakan aplikasi. Tapi aplikasi kami down dan customer marah-marah,” kata Amanda.

Setahun kemudian, SayurBox mulai berkembang dan menjangkau pasar yang lebih luas. Produk yang dijual di aplikasi pun bertambah, seperti daging dan makanan siap santap. SayurBox juga membangun infrastruktur logistik.

Seiring dengan perubahannya, Amanda mengakui makin banyak tantangan yang dihadapi. “Kami makin banyak tekanan dari investor. Makin banyak SKU, makin kompleks. Kami juga kehilangan lumayan banyak tim,” ujar Amanda.

Sementara itu pada 2020, SayurBox mengalami kemajuan pesat. Pandemi membuat masyarakat beralih ke pembelian bahan-bahan dasar secara online. SayurBox pun kebanjiran pesanan.

Lantaran belum siap memperoleh order dengan kapasitas besar, sistem SayurBox sempat bermasalah. Selama sepekan manajemen memutuskan untuk menghentikan pemesanan. “Kami memikirkan bagaimana beradaptasi dengan cepat. Jadi kami belajar dari pandemi,” katanya.

Selepas itu, kata Amanda, perusahaan makin memperlebar cakupannya. SayurBox kini membuka kerja sama dengan ribuan mitra petani. Ia menjamin stabilitas order pun meningkat signifikan.

Francisca Christy Rosana

Lulus dari Universitas Gadjah Mada jurusan Sastra Indonesia pada 2014, ia bergabung dengan Tempo pada 2015. Kini meliput isu politik untuk desk Nasional dan salah satu host siniar Bocor Alus Politik di YouTube Tempodotco. Ia meliput kunjungan apostolik Paus Fransiskus ke beberapa negara, termasuk Indonesia, pada 2024 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus