Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) melaporkan kabar soal data nasabah yang bocor ke Bursa Efek Indonesia. Kelompok peretas Bjorka pada beberapa hari lalu mengklaim timnya telah memiliki akses 890 ribu akses dan 4,9 juta database milik BCA.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kami sampaikan bahwa informasi tersebut tidak benar. Kami memastikan bahwa data nasabah BCA tetap aman,” kata Sekretaris Perusahaan BBCA Raymon Yonarto kepada Bursa Efek Indonesia pada Senin, 10 Februari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Raymon mengatakan perusahaan secara konsisten menghimbau masyarakat agar berhati-hati terhadap oknum yang mengatasnamakan BCA dan aneka modus penipuan. Nasabah, kata dia, juga diingatkan agar tak membagikan data pribadi perbankan yang bersifat rahasia seperti BCA ID, password, One Time Password (OTP), dan personal identification number (PIN), kepada siapa pun. “Nasabah juga diharapkan mengubah PIN dan password secara berkala,” kata dia.
Selain itu, Raymon menyebut perusahaan juga selalu mengamankan data. Caranya, dengan melapisi standar keamanan serta mitigasi risiko yang diperlukan untuk menjaga transaksi digital nasabah.
Data nasabah Bank Central Asia atau BCA menjadi target kelompok peretas Bjorka. Kelompok tersebut mengklaim memiliki akses 890 ribu akses dan 4,9 juta database milik BCA.
Peringatan tersebut diunggah oleh akun X (Twitter) @bjorkanesiaa yang juga menyebutkan akun X resmi BCA. “@BankBCA sebuah kejutan bagi perbankan di Indonesia, jika mereka tidak segera merespons hal ini maka Bank BCA akan mengalami pelanggaran data (pembobolan) besar-besaran,” demikian tertulis dalam akun Bjorka, Rabu, 5 Februari 2025.
Bjorka juga menyatakan kemungkinan beberapa perbankan besar Indonesia kemungkinan menjadi target ransomware atau peretasan sistem oleh beberapa kelompok hacker. Sehingga meminta perbankan dan nasabah untuk waspada. “Kami Bjorka akan selalu menginformasikan kepada Anda jika negara Anda sedang dipantau oleh Ransomware Group, dan mereka memprioritaskan perbankan.”
Pilihan Editor: Pemangkasan Anggaran ala Prabowo Dinilai Tak Akan Berhasil selama Kabinet Gemuk Dipertahankan