Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Kampus Bina Nusantara (Binus) Bekasi Gatot Soepriyanto menyoroti perihal kecurangan keuangan perusahaan dengan menggunakan kecerdasan artifisial (AI).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Konteks risiko berbagai kecurangan karena AI, bisa dibagi ke dalam beberapa kuadran. Bagaimana dampak kerugian keuangannya, kemudian ada tingkat kesulitan untuk mengalahkan atau mendeteksi AI tersebut,” kata Gatot saat menyampaikan orasi ilmiah ketika dikukuhkan menjadi guru besar tetap ke-32 di Auditorium Binus Anggrek, Jakarta Barat pada Rabu, 4 September 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gatot menuturkan, kuadran pertama adalah phishing made AI, dengan rincian tak terlalu mendapatkan keuntungan dan mudah dikalahkan. Kemudian, kata dia, ada rekayasa sosial otomatis dan penipuan pembayaran faktur. “Ada yang lebih sulit dikalahkan tapi dampak keuangannya lebih rendah, orang yang terbiasa mencuri,” katanya.
Menurut dia, perusahaan perlu beradaptasi dengan melakukan strategi yang berfokus mengalahkan AI-driven financial fraud di kuadran. Gatot menuturkan, penting juga bagi perusahaan untuk mendeteksi kecurangan secara otomatis. “Beberapa strategi dimunculkan, termasuk ada alat deteksi AI yang canggih,“ ujar Gatot.
Gatot menuturkan, perusahaan juga perlu mengurangi risiko dengan melakukan analisa perilaku berkelanjutan untuk menangani potensi kecurangan. “Perusahaan bisa fokus strategi yang proaktif dengan melakukan banyak pengecekan keamanan email, pelatihan karyawan, dan keamanan rutin berkelanjutan,” kata dia.
Menurut dia, kecurangan bisa muncul karena adanya kesempatan, tekanan, dan pembelaan diri. Namun, penting bagi perusahaan untuk menekankan etika terhadap SDM dalam tata kelola AI.
“Bukan AI, bukan teknologi yang kerap berbohong. Tapi memang orangnya atau people behind the system yang biasanya kerap bermasalah termasuk juga sistemnya. Oleh karena itu penting berfokus ke sumber daya manusia, untuk menjadi garda terdepan pencegahan kecurangan berbasis AI,” tutur Gatot.
Melansir situs resmi Binus, Gatot bergabung sebagai dosen di Binus pada tahun 2008. Dedikasi dan kapabilitasnya dalam bidang akademik membuatnya dipercaya menjabat berbagai posisi di Binus. Mulai dari Head of Program, Head of Department, Dean of Faculty, hingga Campus Director.
Dari sisi pendidikan Gatot menyelesaikan studi S1 di Jurusan Akuntansi Universitas Gadjah Mada (UGM), lulus dengan predikat cum laude; S2 di Program Master of Business in Accounting, Monash University, Australia dengan predikat Highest Achieving Graduates (Lulusan Terbaik) dan studi Doktor (S3) Akuntansi di Monash University, Australia. Studi S2 dan S3 Gatot disponsori Beasiswa dari Australia Awards yang diberikan Pemerintah Australia.
Selain itu, Gatot juga melengkapi kompetensinya dengan mendapatkan sertifikasi profesi seperti: Chartered Accountant (CA) dari Indonesia, Certified Practising Accountant (CPA) dari Australia dan Certified Fraud Examiner (CFE) dari Amerika Serikat.