Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Gibran Akui Ada Food Estate yang Gagal: Tapi Ada yang Berhasil, Sudah Panen di Gunung Mas..

Cawapres nomor urut dua Gibran Rakabuming Raka menanggapi berbagai kritik terhadap program food estate.

21 Januari 2024 | 22.10 WIB

Cawapres nomor urut 02 Gibran Rakabuming Raka (kiri) dan Cawapres nomor urut 01, Muhaimin Iskandar saat mengikuti debat Cawapres ke empat di JCC, Senayan, Jakarta, Minggu, 21 Januari 2024. Debat kali ini bertema Pembangunan Berkelanjutan, Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup, Energi, Pangan Agraria, Masyarakat Adat dan Desa. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Perbesar
Cawapres nomor urut 02 Gibran Rakabuming Raka (kiri) dan Cawapres nomor urut 01, Muhaimin Iskandar saat mengikuti debat Cawapres ke empat di JCC, Senayan, Jakarta, Minggu, 21 Januari 2024. Debat kali ini bertema Pembangunan Berkelanjutan, Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup, Energi, Pangan Agraria, Masyarakat Adat dan Desa. TEMPO/ Febri Angga Palguna

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Calon wakil presiden nomor urut dua Gibran Rakabuming Raka menanggapi berbagai kritik terhadap program food estate alias lumbung pangan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

"Saya tegaskan sekali lagi Pak, (food estate) memang ada yang gagal, tapi ada yang berhasil, juga yang sudah panen," ujar Gibran dalam Debat Cawapres pada Ahad malam, 21 Januari 2024 yang dipantau secara daring di YouTube Tempodotco.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dia pun mencontohkan food estate di Gunung Mas Kalimantan Tengah. Gibran mengklaim, proyek tersebut sudah panen jagung dan singkong,

"Intinya adalah warga jangan diberikan narasi-narasi yang menakutkan, kita harus optimis Pak! Bapak-bapak ini adalah calon-calon pemimpin, harus optimis," tutur Gibran. 

Putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi) ini menyampaikan bahwa food estate adalah program jangka panjang. Sehingga tidak bisa dinilai keberhasilannya lewat sekali, dua kali, atau bahkan tiga kali panen. 

"Panen pertama, kedua, ketiga itu pasti tidak pernah 100 persen, ini yang petani pasti paham," ucap Gibran. "Baru nanti panen keenam, ketujuh, kedelapan baru akan kelihatan seperti apa hasilnya."

Benarkah klaim Gibran tersebut?

Soal food estate di Gunung Mas Kalimantan Tengah sebelumnya dikritik keras oleh Greenpeace Indonesia. Pasalnya di lapangan ditemukan tanaman jagung dalam polybag di lahan food estate tersebut.

Selanjutnya: Greenpeace mengunggah video pendek ihwal ...

Greenpeace mengunggah video pendek ihwal hal tersebut di media sosial X pada Kamis, 21 Desember 2023. "Proyek food estate kebun singkong Kemenhan yang gagal di Gunung Mas, Kalteng, kini diambil alih Kementan dengan mengganti singkong menjadi jagung. Sekilas jagungnya tumbuh subur, tapi ada sesuatu yang kita semua perlu tahu.  Apa itu? Simak video ini," tulis organisasai kampanye lingkungan tersebut dalam keterangannya.

Dalam video berdurasi 1 menit 40 detik itu, Greenpeace mengatakan bahwa pemerintah mencoba menepis kegagalan food estate kebun singkong. Caranya, mengganti tanaman singkong yang gagal tumbuh dengan tanaman jagung.

Greenpeace juga menyebut Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengunjungi proyek food estate Gunung Mas, Kalimantan Tengah, pada Senin, 11 Desember 2023 dan menunjukkan tanaman jagung sebagai pengganti singkong.

"Saat kami, Greenpeace Indonesia, Walhi Kalteng, LBH Palangkaraya, dan Save Our Borneo datang ke sana pada 2 Desember lalu, kami menemukan bahwa jagung tersebut ditanam di polybag. Bukan langsung di tanah food estate," kata Greenpeace.

Greenpeace menuding hal itu menunjukkan bahwa lahan food estate yang sudah dihancurkan hutannya tidak bisa dipakai untuk menanam secara langsung.  Walhasil, menurut Greenpeace, ketika tanaman singkong Kemenhan gagal, datanglah tanaman jagung Kementan dalam balutan polybag sebagai penyelamat.

"Kalau cuma menanam jagung dalam polybag, ya bikin saja polybag di lahan parkir gedung Kementerian. Ngapain harus hancurin hutan Indonesia?" ujar Greenpeace. 

AMELIA RAHIMA SARI | RIRI RAHAYU

Amelia Rahima Sari

Alumnus Antropologi Universitas Airlangga ini mengawali karire jurnalistik di Tempo sejak 2021 lewat program magang plus selama setahun. Amel, begitu ia disapa, kembali ke Tempo pada 2023 sebagai reporter. Pernah meliput isu ekonomi bisnis, politik, dan kini tengah menjadi awak redaksi hukum kriminal. Ia menjadi juara 1 lomba menulis artikel antropologi Universitas Udayana pada 2020. Artikel yang menjuarai ajang tersebut lalu terbit di buku "Rekam Jejak Budaya Rempah di Nusantara".

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus