Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi merespons soal kenaikan harga telur yang terjadi belakangan ini. Ia mengatakan pemerintah akan terus menggenjot penyaluran bantuan sosial atau bansos telur dan daging ayam kepada 1,4 juta Keluarga Risiko Stunting (KRS).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Upaya ini selain untuk menurunkan angka stunting juga dalam rangka pengendalian harga telur dan daging ayam di tingkat konsumen," ujar Arief, dikutip melalui keterangannya pada Ahad, 21 Mei 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) menunjukkan, harga telur di tingkat nasional hingga Jumat, 19 Mei 2023 di kisaran Rp 31.600 per kilogram. Angka tersebut naik ketimbang sebulan sebelumnya di Rp Rp29.850 per kilogram. Sedangkan bila dibandingkan dengan Mei 2022, harga telur ayam di angka Rp 27 ribuan per kilogram.
Lebih jauh Arief menjelaskan, program bansos telur dan daging ayam ini bakal memberikan banyak dampak positif bagi ekosistem perunggasan nasional. Sebab tujuan utama program ini adalah untuk menurunkan angka stunting, namun dengan melibatkan mitra peternak mandiri kecil sebagai penyuplai produk.
Karena itu, ia menilai penyaluran bansos ini juga akan turut berkontribusi menjaga stabilitas harga jual telur dan daging ayam di tingkat peternak.Selain itu, ia menyatakan pendistribusian telur dan daging ayam secara gratis ini juga dipersiapkan untuk menekan lonjakan harga telur dan daging ayam di tingkat konsumen guna pengendalian inflasi.
Arief memastikan pihaknya akan terus mendorong Holding BUMN Pangan ID FOOD untuk mempercepat penyaluran bansos telur. Sehingga, tahap pertama bisa segera rampung dan bisa segera memasuki tahap kedua dan ketiga.
"Percepatan pendistribusian itu sangat penting, karena dengan pendistribusian yang semakin cepat dan intens, peluang untuk mengintervensi keseimbangan dan stabilitas harga telur dan daging ayam di tingkat konsumen semakin besar," ujarnya.
Percepatan distribusi yang akan dilakukan, tutur Arief, di antaranya melalui peningkatan fasilitasi distribusi stok telur dan daging ayam dari sentra produksi ke provinsi atau daerah yang terbatas stoknya.
Selanjutnya: Arief juga meminta ID FOOD menambah dan ...
Selain itu, Arief meminta ID FOOD menambah dan meningkatkan kerja sama kemitraan dengan peternak mandiri kecil. Dengan demikian, stok pendistribusian aman dan pendistribusian melalui PT POS bisa dipercepat.
Selain mempercepat distribusi, ia mengaku pengawasan juga menjadi prioritas. Pasalnya, pengawasan yang baik akan sangat mendukung kelancaran program ini. Bapanas pun bekerja sama dengan Satgas Pangan Polri dan pemerintah daerah dalam hal pengawasan di lapangan.
Sementara itu, Direktur Utama ID FOOD Frans Marganda Tambunan mengatakan pihaknya sudah memulai penyaluran ke Provinsi Sulawesi Barat dan Nusa Tenggara Timur mulai pekan ketiga Mei ini.
“Kami akan mengejar realisasi distribusi di tujuh provinsi tersebut sesuai jumlah KRS dan tenggat waktu yang ditetapkan oleh Badan Pangan Nasional,” ujar Frans.
Untuk menjaga kelancaran pendistribusian, ia akan terus mengevaluasi dan berkoordinasi dengan semua stakeholder yang terlibat dalam kegiatan penyaluran di lapangan seperti Berdikari, Rajawali Nusindo, PT POS, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Badan Pangan Nasional, Satgas Pangan dan pemerintah daerah setempat.
Adapun bantuan pangan telur dan daging ayam untuk penanganan stunting ini akan disalurkan selama tiga tahap dalam tiga bulan ke depan. Sasaran penerima sebanyak 1,4 juta KRS untuk setiap tahapan. Data KRS yang digunakan berdasarkan data dari BKKBN. Setiap KRS dalam tiap periode penyaluran akan mendapatkan bantuan berupa daging ayam ukuran 1 ekor berupa karkas dengan ukuran sekitar 0,9-1,1 kg dan 1 tray telur ayam atau sebanyak 10 butir.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini