Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina dituding sebagai salah satu penyebab melemahnya ekspor kayu lapis (plywood) Indonesia. Pengurus Bidang Pemasaran dan Hubungan Internasional Asosiasi Panel Kayu Indonesia (Apkindo) Gunawan Salim mengatakan, anjloknya nilai ekspor kayu lapis dipengaruhi beberapa faktor.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Untuk pasar AS, selain karena adanya perang dagang dengan Cina yang menyebabkan permintaan turun, impor plywood AS pada akhir tahun lalu terbilang berlebihan. “Kalau tidak salah dalam volume itu 505.000 m3 [ekspor kayu lapis ke AS tahun lalu]. Sekarang enggak nyampe 50 persen dari itu,” ujar Gunawan saat dihubungi Bisnis, Rabu 18 September 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sementara itu, penurunan ekspor kayu lapis ke Jepang lebih kepada demografi penduduk di negara tersebut. Gunawan menjelaskan, warga usia muda lebih sedikit dibandingkan dengan usia tua.
Akibatnya, kebutuhan akan pembangunan rumah pun tidak tinggi. Lagi pula, Jepang mulai membangkitkan industri kayu lapisnya sendiri dengan dukungan yang besar dari pemerintah. “Hampir 53 persen kebutuhan produksi plywood dalam negerinya terpenuhi,” katanya.
Di tengah ekspor yang lesu pasca perang dagang ini, Apkindo tetap optimis nilainya naik pada akhir tahun 2019. Pelaku industri kehutanan akan berupaya dengan berbagai cara untuk meningkatkannya. Salah satunya dengan aktif ekspor ke pasar ekspor baru seperti Afrika.
BISNIS