Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Inflasi Bisa Tembus 7 Persen karena Kenaikan Harga BBM

Kenaikan harga BBM jenis Pertalite yang sebesar 30,72 persen berkontribusi terhadap inflasi sebesar 0,99 persen.

4 September 2022 | 12.01 WIB

Sepeda motor mengisi BBM Pertamax di SPBU Jalan Ahmad Yani, Bandung, setelah BBM Pertalite di beberapa SPBU habis, Kamis, 1 September 2022. Antrean kendaraan terutama sepeda motor terus terjadi kendati pemerintah belum menaikkan harga BBM subsidi. TEMPO/Prima Mulia
Perbesar
Sepeda motor mengisi BBM Pertamax di SPBU Jalan Ahmad Yani, Bandung, setelah BBM Pertalite di beberapa SPBU habis, Kamis, 1 September 2022. Antrean kendaraan terutama sepeda motor terus terjadi kendati pemerintah belum menaikkan harga BBM subsidi. TEMPO/Prima Mulia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Inflasi diperkirakan menembus 6-7 persen pada akhir tahun setelah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Kemarin, pemerintah menaikkan harga BBM untuk jenis Pertalite, Solar, dan Pertamax. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

"Secara keseluruhan, jika pemerintah menaikkan Pertalite menjadi Rp 10 ribu, Solar menjadi Rp 6.800, dan Pertamax menjadi Rp 14.500, ada tambahan inflasi sekitar 2,2 persen," kata ekonom PT Bank Permata (BNLI) Tbk., Josua Pardede, seperti dikutip Bisnis, Ahad, 4 September 2022. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ia menyebut kenaikan harga BBM jenis Pertalite yang sebesar 30,72 persen berkontribusi terhadap inflasi sebesar 0,99 persen. Untuk dampak tidak langsung, Josua memprediksi akan sebesar setengah dari direct impact atau sekitar 0,50 persen. 

Sementara itu, harga Solar yang naik menjadi Rp 6.800 per liter atau naik 32,04 persen, direct impact terhadap inflasi diperkirakan sekitar 0,05 persen. Adapun indirect impact-nya sekitar 0,5 persen.

Lalu, kenaikan harga Pertamax sebesar Rp 2.000 turut mendorong tambahan inflasi sebesar 0,15 persen. Sedangkan direct impact-nya sebesar 0,1 persen. 

Di samping itu, dampak kenaikan harga BBM yang diikuti dengan rentetan inflasi dan potensi kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia diprediksi bakal memperlambat pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV 2022. Meski, ia melihat pertumbuhan ekonomi masih berkisar 5 persen. 

Adapun untuk 2023, ia memprediksi pertumbuhan ekonomi prediksi cenderung melambat di kisaran 4,8 persen hingga 4,9 persen. 

Kenaikan harga BBM ditolak buruh.... 

Buruh Ancam Demo 

Serikat buruh sebelumnya menolak kenaikan harga BBM. Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), Said Iqbal, menghawatirkan kenaikan harga bensin memicu terjadinya ledakan pemutusan hubungan (PHK).

Sebab, menurutnya, terkereknya harga BBM akan disertai peningkatan ongkos energi industri. Di sisi lain, ia melihat ada ketidaksesuaian kebijakan kenaikan harga BBM saat tren harga minyak dunia cenderung turun.

“Buruh juga menolak kenaikan BBM karena dilakukan di tengah turunnya harga minyak dunia,” kata Said.

Said menegaskan buruh menolak kenaikan harga BBM karena bakal menurunkan daya beli masyarakat. Saat ini, kata dia, daya beli sudah merosot 30 persen dan bisa anjlok lagi menjadi 50 persen karena rentetan kenaikan harga barang.

Kenaikan harga BBM juga dianggap berpengaruh terhadap inflasi. Saat inflasi melambung, upah buruh tidak kunjung naik. Menteri Ketenagakerjaan. kata dia, bahkan telah mengumumkan bahwa pemerintah akan kembali menerapkan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2021 untuk menghitung kenaikan UMK 2023. Itu artinya, tahun depan kemungkinan besaran upah buruh tidak akan berubah.

BISNIS | RIRI RAHAYU

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus