Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ekonomi

Ini Alasan Pengusaha Benny Laos Terjun ke Politik

Calon Gubernur Maluku Utara, Benny Laos, tewas dalam kebakaran kapal ketika mengisi BBM di Pelabuhan Regional Bobong, Kabupaten Pulau Taliabu

14 Oktober 2024 | 11.14 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Calon Gubernur Maluku Utara, Benny Laos, tewas dalam kebakaran kapal ketika mengisi BBM di Pelabuhan Regional Bobong, Kabupaten Pulau Taliabu, Sabtu, 12 Oktober 2024. Polisi masih menyelidiki penyebab kebakaran, yang menewaskan lima orang dan meluka belasan orang itu.

Kepolisian Daerah Maluku Utara meminta masyarakat tidak berspekulasi soal insiden terbakarnya speedboat yang menewaskan Benny dalam usia 52 tahun itu. 

“Kami akan menggunakan pendekatan scientific crime investigation untuk mencari tahu penyebab insiden ini. Itulah yang akan menjadi pedoman kami," kata Kabid Humas Polda Maluku Utara Komisaris Besar Bambang Suharyono dalam konferensi pers pada Minggu 13 Oktober 2024. "Kami berharap semua elemen masyarakat untuk bersabar dan tidak berspekulasi serta tetap menjaga ketertiban dan keamanan."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Benny adalah pengusaha terkemuka di Maluku Utara. Ia memiliki sejumlah bisnis dari kontraktor bangunan, pengelolaan hutan, tambang sampai kapal. Speedboat Bela 72 yang terbakar adalah salah satu kapalnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Memulai usahanya dengan modal menggadaikan kalung emas ibunya untuk mengerjakan proyek konstruksi, bisnis Benny dengan cepat berkembang. Kerusuhan etnis di Ambon dan Ternate, sempat membuat dirinya pindah ke Manado. Namun bisnisnya jalan terus dan akhirnya ia mengalihkan pusat kendalinya dengan membuka kantor di Jakarta pada 2009.

Ia masuk dalam Daftar 40 Pengusaha Muda Inspiratif Indonesia (40 Inspirational Indonesia Young Business Leaders) versi HIPMI tahun 2012.

Karena aktif di HIPMI, KNPI, IMI (Ikatan Motor Indonesia), serta Kadin Maluku Utara maupun pusat, ia banyak bergaul dengan berbagai kalangan. Tidak hanya pengusaha, tapi juga birokrat dan politisi. Benny kemudian dipinang sejumlah parpol untuk maju pilkada.

“Ada suatu keinginan di dalam diri saya untuk selalu berusaha agar terjadi pembauran dengan sesama. Dengan teman-teman kita. Saudara-saudara kita. Jadi, di sana saya menemukan ada sebuah refleksi kehidupan. Di situ kita bisa belajar, lalu kita bisa saling mengisi dan saling berbagi. Karena buat saya, apa guna kita punya segalanya jika kita tidak punya sahabat punya sahabat," katanya tentang alasan terjun ke dunia politik seperti ditulis dalam biografinya "Jalan Hidup Benny Laos".

Pada 2017, ia maju pemilihan Bupati Morotai. Pasangan Benny - Asrun Padoma, yang diusung PDIP, Golkar, Gerindra, Demokrat, PKB, dan Nasdem memperoleh suara sebanyak 19.070 atau 49.74%.

Masa jabatannya berakhir pada 2022. Ia kemudian maju Pemilihan Gubernur Maluku Utara berpasangan dengan Sarbin Sehe, diusung koalisi 8 partai antara lain Nasdem, Demokrat, PKB, PAN, dan PPP. 

"Dari banyaknya pertimbangan yang membuat kegalauan, namun rasa cinta saya untuk masyarakat Maluku Utara membawa saya berani maju memulai langkah ini. Dengan demikian saya dan istri  Sherly Tjoanda sepakat, kami wakafkan diri kami untuk Provinsi Maluku Utara," kata Benny dalam acara syukuran setelah mendaftar ke KPUD Maluku Utara seperti dikutip dari Instagramnya, 31 Agustus 2024.

Meninggalnya Benny, membuat delapan partai koalisi pendukungnya mencalonkan Sherly untuk menggantikan almarhum dalam Pilkada Maluku Utara.

"Hasil rapat diikuti delapan pimpinan partai koalisi telah sepakat untuk mendorong Sherly Tjoanda, merupakan istri mendiang Benny Laos, menggantikan suaminya sebagai calon gubernur Malut berpasangan dengan Sarbin Sehe," kata Muksin Amrin, Juru Bicara pasangan calon Benny-Sarbin, seperti dikutip Antara, Ahad, 13 Oktober 2024.

Ia mengatakan, Sherly diusulkan agar perjuangan mendiang suaminya untuk mensejahterakan masyarakat bisa terwujud. Namun sejauh ini, belum ada pernyataan dari Sherly yang tengah berduka dan menyiapkan pemakaman mendiang suaminya.

Siapa Sherly Tjoanda

Sherly adalah perempuan keturunan Ambon yang dinikahi Benny pada 2005. Ketika kerusuhan di Ambon pada 1999, Sherly dan keluarganya pindah ke Denpasar, Bali. Mereka dikenalkan oleh rekanan bisnis Benny yang juga tante Sherly. 

Sherly kuliah di Jurusan International Business di Universitas Petra, Surabaya. Ia mengikuti program double degree sehingga sempat mengenyam satu tahun di 
Inholland University, Belanda.

Ketika perusahaan membuka cabang di kantor Jakarta, Sherly mulai membantu suaminya mengelola perusahaan yang diberi nama Bela Gorup, kepanjangan dari nama Benny Laos.

Tentang kecelakaan yang menimpa Benny, Sherly mengatakan bahwa ia
sempat melarang suaminya berkunjung ke Kabupaten Pulau Taliabu. Alasannya, ia melihat semua infrastruktur di sana masih terbatas.

Aksesnya pun masih sulit. Namun Benny Laos tetap ngotot untuk ke Taliabu. "Saya sudah bilang jangan datang di Taliabu, semuanya terbatas di sana, tapi Bapak (Benny) tetap ngotot mau datang, mau lihat, mau ketemu langsung," kata Sherly dalam video yang diterima Tempo Minggu 13 Oktober 2024.

Sherly juga mengeluhkan fasilitas kesehatan di Kabupaten Pulau Taliabu. Sebabnya penanganan pertama untuk Benny Laos saat insiden terjadi pada Sabtu 12 Oktober 2024, dinilai tak maksimal karena terkendala fasilitas.

Sherly Tjoanda mengatakan, fasilitas kesehatan di Kabupaten Taliabu sangat tidak layak. Obat yang digunakan untuk pertolongan pertama habis. Alat bantu pernapasan dan detak jantung tidak memadai. Ia pun harus menahan sakit akibat luka bakar selama 24 jam.

“Ini fasilitas kesehatan sangat tidak layak, air port (bandara) tidak ada, alat-alat di rumah sakit masih terbatas,” kata Sherly.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus