Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Tak mudah merintis kosmetik halal, itu yang dialami pendiri Wardah, Nurhayati Subakat. Menurut Nurhayati, cara membuat kosmetika belum ada ilmunya secara khusus di perguruan tinggi. Ia memakai ilmu farmasi dan pengalamannya bekerja di perusahaan kosmetik untuk membangun industri kosmetik lokal dan berlabel halal.
Baca juga: 4 Tren Makeup Wardah 2017 dari Kecantikan Lokal
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dirintis sejak 1985, pabriknya kini mekar dengan 11 ribu karyawan setelah nyaris bangkrut akibat kebakaran. Perempuan kelahiran Padang Panjang 1950 itu menjadi lulusan terbaik Farmasi ITB 1975 serta Apoteker ITB 1976.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Namun prestasi itu yang sempat diberitakan koran lokal tidak memudahkannya langsung mendapat pekerjaan. Hingga kemudian ia mendapat pekerjaan di sebuah perusahaan kosmetika multinasional.
“Saya berkesempatan mempelajari bidang quality control dan research and development,” katanya di Bandung, Jumat 5 April 2019. Hari itu ia mendapat gelar doktor kehormatan dan tercatat sebagai wanita pertama yang menerimanya di ITB.
Nurhayati mengatakan industri kosmetika sebetulnya masih dalam ruang lingkup industri farmasi namun masih jarang disentuh para apoteker. Pada 1985 ia mendirikan PT Pusaka Tradisi Ibu. Produk pertamanya untuk perawatan rambut di salon dengan harga terjangkau berlabel Putri. Lima tahun berjalan, tempat usahanya kebakaran.
Dokumen administrasi ikut hangus sehingga sulit menagih piutang. Sementara kondisi keuangan tergerus oleh utang usaha. Nyaris bangkrut dan memilih tutup, Nurhayati memutuskan bangkit lagi karena memikirkan nasib karyawan dan utang ke mitra bisnis.
Dari kredit ke bank, ia membuat kosmetika halal pada 1995 berlabel Wardah hingga tekena imbas krisis moneter 1998. “Tantangannya jumlah pengguna kosmetik masih rendah dan antusiasme produk halal masih minim,” ujar ibu beranak tiga dengan tujuh cucu itu.
Perusahaannya kemudian berganti nama menjadi PT Paragon Technology & Innovation pada 2011 sampai sekarang. Merekrut generasi muda, mereka ikut dilibatkan dalam perencanaan strategis perusahaan dan dinilai paham tren. Kemunculan fenomena pemakai hijab (hijabers) ikut mendongkrak penghasilan. Dua produk baru untuk anak muda dimunculkan lewat Make Over dan Emina.
Menurut Nurhayati, kini Wardah mendominasi pasar kosmetik di Indonesia. Data Euromonitor 2016 mencatat label itu di peringkat enam sebagai global fastest growing brand. Ulasan Harvard Business Review menilai kosmetik lokal itu meningkatkan pangsa pasar dua kali lipat karena berani mengambil peluang segmentasi halal.
Kosmetik Wardah yang telah menjadi bagian dari gaya hidup dan identitas diri, perkembangan teknologinya sangat dinamis. Inovasi yang mereka kembangkan seperti maskara halal yang tembus air tapi bisa bertahan lama. Pengembangan inovasinya kini disokong 78 orang peneliti. Berjumlah total 11 ribu karyawan, 135 juta produk mengalir per tahun untuk menguasai 30 persen pasar kosmetik nasional.