Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Komoditas Kopi Sumbang Surplus Neraca Perdagangan

Neraca perdagangan Indonesia hingga Agustus 2020 surplus kendati volume ekspor anjlok

9 Oktober 2020 | 21.28 WIB

Pekerja mengumpulkan biji kopi arabika saat panen raya di areal perkebunan kopi arabika Afdeling Gebugan PT Perkebunan Nusantara IX, Bergas Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Kamis, 25 Juli 2019. Biji kopi kering jenis robusta dan arabica Indonesia juga telah menembus pasar ekspor ke Italia. ANTARA/Aji Styawan
Perbesar
Pekerja mengumpulkan biji kopi arabika saat panen raya di areal perkebunan kopi arabika Afdeling Gebugan PT Perkebunan Nusantara IX, Bergas Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Kamis, 25 Juli 2019. Biji kopi kering jenis robusta dan arabica Indonesia juga telah menembus pasar ekspor ke Italia. ANTARA/Aji Styawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, BANDUNG - Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional, Kementerian Dalam Negeri, Kasan mengatakan neraca perdagangan Indonesia hingga Agustus 2020 surplus kendati volume ekspor anjlok.  “Sampai Agustus ini, secara nilai (ekspor) turun. Tapi kita neracanya surplus. Sampai Agustus kita US$ 11 miliar surplusnya,” kata dia, setelah melepas ekspor kopi Java Preanger ke Australia bersama Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, di Gedung Negara Pakuan, Bandung, Jumat, 9 Oktober 2020. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Kasan mengatakan, surplus neraca perdagangan saat ini hanya kalah oleh surplus serupa yang dibukukan Indonesia pada tahun 2011. “Jadi ini pencapaian terbesar setelah 2011. Tahun 2011 itu kita surplusnya lebih dari US$ 20 miliar," kata dia. Kasan mengatakan neraca perdagangan akhir tahun ini akan surplus. “Cuma growth ekspornya kemungkinan masih negatif. Tahun 2021 perkiraan semua ekonomi mulai pulih,” kata dia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kasan mengatakan, ekspor yang dibukukan hingga Agustus 2020 ini tumbuh negatif. Penurunan tersebut lebih banyak dipengaruhi oleh permintaan yang melemah. “Kan negara di sana pada lockdown, permintaan dia stop, gak mau terima dulu karena Covid dan sebagainya,” kata Kasan.  

Kasan mengatakan, komoditi non-migas menjadi penyumbang terbesar. Salah satunya kopi, makanan,minuman, perhiasan, alas kaki, besi baja hingga tanaman hias. Produk ekspor dengan HS kode Coffe Bean total ekspor yang dibukukan sudah mendekati 3 miliar Dollar AS. “Di antaranya kopi instan, atau kopi olahan itu yang doiminan. Tapi sisanya yang fresh,” kata dia.

Kopi olahan mengambil porsi 40 persen dari ekspor kopi Indonesia. Sementara kopi yang masuk kategori fresh tersebut beragam. Mulai dari biji kopi, bubuk kopi, hingga roasted. “Di negara maju seperti Uni Eropa, Amerika, Australia dia lebih cenderung menikmati fresh Coffee. Salah satu yang fresh Coffee ini specialty Coffee,” kata Kasan.

  

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan, peluang ekspor pangan yang terbuka di masa pandemi global. “Pemulihan ekonomi, kebangkitan ekonomi salah satunya, pintu berjualan ekspor sudah terbuka lagi. Dan kita meyakini dari beberapa kali proses ekspor, kebanyakan pangan. Menunjukkan pangan ini tumbuh. Kemarin kita ekspor ubi ke Hongkong, Alhamdulillah,” kata dia, Jumat, 9 Oktober 2020.

Ridwan Kamil mengatakan, ekspor kopi yang dilepas hari ini, Jumat, 9 Oktober 2020, volumenya menembus 16 ton. Dia mengklaim, ekspor Indonesia asal Jawa Barat yang tertinggi. “Yang kedua adalah Jawa Timur. Kita dari 16 persen pasar ekspor selama hari ini, itu datang dari provinsi Jawa Barat,” kata dia.

AHMAD FIKRI

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus