Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia merekomendasikan investor untuk bertransaksi aktif jangka pendek pada saham-saham berfundamental kuat. Di samping itu, investor juga harus memperhatikan kondisi makroekonomi serta pergerakan pasar saham global yang volatilitasnya sedang tinggi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Head of Investment Solution Mirae Asset, Roger MM menyebut salah satu caranya adalah dengan memantau laporan keuangan emiten di bursa terkait kuartal II 2024. "Investor juga bisa memanfaatkan momentum, mengoleksi saham berfundamental kuat ketika pasar terkoreksi,” ujarnya dalam keterangan resmi, dikutip Jumat, 9 Agustus 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Untuk saham berfundamental kuat, Mirae Asset masih merekomendasikan sembilan saham pilihan seperti ACES, ASII, BBRI, BBCA, BMRI, CPIN, MAPI, MYOR, dan TLKM. Roger memprediksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga tahun ini berada di level 7.585.
Roger menuturkan, saat ini volatilitas yang tinggi ditunjukkan dari pergerakan hebat di hampir seluruh pasar saham dunia. Pergerakan pasar saham global tersebut terutama di beberapa negara acuan dalam sepekan terakhir. “Pergerakan itu juga terkait dengan ketidakpastian ketika ada ancaman resesi di AS, sehingga membuat mata uang dolar AS dan harga emas dunia meningkat,” katanya.
Untuk menghindari ancaman resesi tersebut, The Fed diperkirakan akan menurunkan suku bunga acuannya sebesar 25 sampai 50 basis poin pada September. Secara total, bank sentral diperkirakan akan memangkasnya maksimal 125 basis poin hingga akhir tahun ini.
Menurut Roger, faktor lain yang akan memengaruhi kondisi perekonomian dan pasar saham global adalah potensi ketidakpastian jika Donald Trump menjadi presiden, perlambatan ekonomi AS dan Cina, serta tensi geopolitik terutama di Timur Tengah.
Meskipun mengalami volatilitas yang tinggi di tingkat global, namun Roger meyakini kondisi makroekonomi dan pasar modal domestik masih akan kondusif. Dia memperkirakan Bank Indonedia (BI) memiliki ruang penurunan suku bunga acuan atau BI rate hingga 50 basis poin pada akhir tahun menjadi 5,75 persen dari posisi saat ini 6,25 persen.