Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menunggu waktu pulang sore itu, Onis Wiyanti, 49 bercengkerama dengan rekan kerjanya di dapur Sanrah Food, Serpong, Tangerang Selatan, Rabu, 24 Mei 2023. Hari itu semestinya Elis–panggilan Onis, bisa mengemas sambal yang diproduksi sejak pagi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sayangnya, pihak penyedia kemasan sambal berhalangan datang. “Padahal sambalnya sudah siap, tapi jadinya tidak bisa dikemas hari ini,” tutur Onis saat ditemui di dapur Sanrah Food, Rabu lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Onis adalah satu dari tujuh pegawai Sanrah Food, usaha yang dirintis Lina Santika Rahmania sejak tujuh tahun silam. Onis merupakan pegawai pertama Lina yang sejak awal membantu untuk memproduksi sambal dan bebek beku yang jadi menu andalan Usaha Mikro Kecil dan Menengah asal Serpong, Tangerang Selatan itu.
Setahun bekerja bersama Lina, suami Onis, Ade, ikut bergabung. Pasangan suami istri itu kini sama-sama bekerja di dapur untuk mengolah sambal dan berbagai menu masakan beku yang kian bertambah jenisnya.
Adalah mimpi Lina, untuk bisa menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang-orang yang tinggal di sekitar tempat usahanya berdiri. Tujuh tahun Sanrah Food berjalan, kini Lina sudah punya tujuh pegawai, termasuk Onis dan Ade. Onis bersyukur bisa bekerja di Sanrah Food lantaran dekat dengan rumah dan sekolah anak bungsunya. “Kalau ada perlu misal rapat sekolah bisa izin lalu balik lagi ke dapur,” tutur Onis.
Onis dan Ade juga tinggal berjalan kaki dari rumah mereka ke tempat bekerja. Kepada para pegawainya, Lina kerap memberikan bantuan kalau sewaktu-waktu ada yang mendadak perlu pinjaman. “Ada yang pinjam buat beli laptop anaknya sekolah, saya kasih pinjaman buat dicicil,” kata Lina.
Saat pandemi, usaha Lina melesat, permintaan produk dari penjualan daring dan reseller bertambah. Lina pun menambah beberapa tenaga pekerja untuk membantunya di dapur. Mantan pegawai di perusahaan farmasi itu bersyukur, bisnis yang ia rintis perlahan bisa bermanfaat dan memberi peluang kerja kepada warga sekitar.
“Kan usaha, bisnis ini harus berkah ya, alhamdulillah pelan-pelan bisa melibatkan warga sekitar,” tutur Lina. Beberapa pekerja yang diminta membantu usahanya saat pandemi ia bayar berdasarkan hitungan jam tiap harinya. “Ada yang akhirnya tetap, ada yang memang diminta bantuan harian saja,” kata Lina.
Bisnis Lina sudah dikenal di berbagai festival dan bazar makanan dan UMKM. Bahkan dua tahun berturut-turut, pada 2021 dan 2022, produknya ada di jajaran 250 UMKM terbaik se-Indonesia di ajang Brilianpreneur–event tahunan BRI untuk menampilkan hasil karya produk-produk terbaik Usaha Menengah Kecil dan Mikro (UMKM).
Lina juga tak pelit ilmu untuk mengajarkan keahlian membuat sambal lewat pelatihan wirausaha yang rutin ia adakan. Ia juga kerap membagikan pengalaman dan tips mengelola bisnis kecil rumahan seperti yang dirintisnya sejak 2015.
“Banyak orang mau coba berwirausaha, tapi enggak tahu cara mulainya. Saya rutin berbagi lewat pelatihan-pelatihan seperti itu,” tutur Lina. “Kalau ada yang mau belajar juga saya persilakan datang ke sini, belajar di sini,” ujar Lina yang mengaku tiap harinya rumahnya sering disambangi banyak orang.
Pengembangan bisnis dan cara Lina membagikan ilmu berwirausaha diapresiasi pihak BRI. Relationship Account Manager BRI Serpong, Tangerang Selatan, Muhammad Nugroho menyebut pihaknya mendukung pengembangan bisnis salah satunya lewat pemberian pinjaman modal KUR yang mudah. BRI, menurut Muhammad, juga memfasilitasi pelaku UMKM lewat sejumlah bazaar yang cukup rutin diadakan juga memberikan pelatihan-pelatihan untuk menunjang pengembangan usaha.
Menurut Muhammad, BRI memberikan KUR tanpa agunan kepada Sanrah Food lantaran bukan hanya berkembang tapi juga berdampak ke UMKM lain. Lina, menurut Muhammad juga bersedia memberi rekomendasi kepada pelaku UMKM yang hendak mengajukan pinjaman KUR. “Karena tanpa agunan, biasanya kami juga cek siapa yang kasih rekomendasi, selain memastikan persyaratan lain terpenuhi,” kata Muhammad.