Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia atau Aprindo memproyeksikan pertumbuhan bisnis retail menurun, dari 5,3 persen pada 2023 menjadi 4,8 persen pada tahun ini.
Alfamart menutup 300-400 gerai tahun ini. Kenaikan biaya perpanjangan sewa yang drastis menjadi penyebab utama. Bahkan kenaikannya mencapai 10 kali lipat dibanding pada lima tahun lalu.
Kementerian Perindustrian menyatakan akan mengkaji pemberian insentif khusus untuk sektor retail.
TAHUN ini masih menjadi periode yang menantang bagi sektor retail. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia atau Aprindo memproyeksikan pertumbuhan bisnis retail menurun, dari 5,3 persen pada 2023 menjadi 4,8 persen pada tahun ini.
Penyebabnya beragam, dari pelemahan daya beli hingga kenaikan suku bunga. Imbasnya, ratusan gerai perusahaan retail raksasa bertumbangan. Teranyar, Corporate Affairs Director PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk Solihin mengatakan Alfamart menutup 300-400 gerai pada tahun ini.
Menurut Solihin, kenaikan biaya perpanjangan sewa yang drastis menjadi penyebab utama. Bahkan kenaikannya mencapai 10 kali lipat dibanding pada lima tahun lalu. Ia mencontohkan, pada 2019, tarif sewa hanya Rp 40-50 juta per tahun. Sedangkan tahun ini biaya sewa bisa mencapai Rp 500 juta per tahun.
Tidak sebandingnya kenaikan biaya sewa dengan pendapatan membuat pemilik toko memilih menutup gerainya. Kendati demikian, Solihin menilai penutupan toko di lokasi dengan biaya sewa yang terlalu tinggi merupakan strategi untuk menjaga profitabilitas. "Seperti penyakit usus buntu, usus yang terinfeksi dipotong supaya bisa sehat," ujar Solihin kepada Tempo pada Selasa, 17 Desember 2024.
Meskipun banyak gerai yang tutup, Solihin menuturkan jumlah toko Alfamart yang buka masih lebih banyak, yaitu 884 gerai. Tak sedikit juga pemilik toko yang tutup membuka kembali gerai di lokasi yang strategis. Menurut Solihin, Alfamart harus tetap berekspansi agar omzet tidak turun. Adapun saat paparan publik pada Mei 2024, Alfamart menargetkan pembukaan 1.000 gerai baru pada tahun ini. Gerai-gerai baru tersebut difokuskan di luar Pulau Jawa.
Solihin yakin strategi ekspansi membuat kinerja Alfamart tetap meningkat. Melansir laporan keuangan di Bursa Efek Indonesia, Alfamart (AMRT) mencatatkan laba Rp 2,39 triliun hingga akhir kuartal III 2024. Angka ini tumbuh 9,52 persen dibanding periode yang sama pada 2023 yang sebesar Rp 2,19 triliun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di sisi lain, Solihin, yang juga menjabat Ketua Umum Aprindo, tak menampik bahwa pelemahan daya beli masyarakat berpengaruh signifikan terhadap sektor retail. Hal ini ditunjukkan dengan perubahan pola belanja masyarakat. Kini konsumen cenderung memilih produk dengan harga terjangkau, bahkan mengurangi jumlah barang yang dibeli.
Badan Pusat Statistik mencatat konsumsi rumah tangga pada kuartal III 2024 sebesar 4,91 persen atau tumbuh melambat dibanding pada kuartal II 2024 yang sebesar 4,93 persen. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal III 2024 juga turun dibanding periode yang sama pada tahun lalu yang sebesar 5,05 persen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun Solihin menekankan bahwa penurunan daya beli memberikan pengaruh yang berbeda-beda terhadap setiap jenis retail. Misalnya, banyak retail minimarket yang menjual kebutuhan pokok yang berhasil menghadapi kondisi ini dengan menjual produk yang harganya lebih terjangkau.
Sementara itu, retail jenis toserba (department store) yang menjual kebutuhan sekunder, seperti pakaian, kosmetik, dan furnitur, lebih terpukul akibat penurunan daya beli saat ini. Aprindo memperkirakan transaksi di retail toserba tahun ini turun lebih dari 30 persen.
Angka tersebut sesuai dengan catatan Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI). Ketua Umum APPBI Alphonzus Widjaja mengatakan jumlah transaksi di pusat belanja atau mal turun 20-30 persen pada 2024. Penyebabnya adalah penurunan daya beli masyarakat, khususnya pada kelas menengah. Ia pun memproyeksikan bisnis retail hanya mampu tumbuh kurang dari 5 persen pada tahun ini.
Anjloknya nilai transaksi juga membuat beberapa gerai toserba tutup, terutama di Pulau Jawa. Salah satunya PT Matahari Department Store yang memutuskan menutup 13 toko. Jumlah ini meningkat dibanding rencana awal yang hanya 10 gerai pada 2024. "Saat ini Matahari sedang memantau kinerja 20 gerai yang ada dalam watchlist dan berencana menutup 13 gerai pada tahun ini," demikian pernyataan manajemen dalam siaran pers pada akhir Oktober 2024.
Matahari Department Store di Jakarta. Dok. TEMPO/Tsarina Maharani
Menurut Alphonzus, kondisi ini juga disebabkan oleh perubahan pola belanja. Pasalnya, jumlah kunjungan ke mal tetap tumbuh meskipun tidak signifikan. Namun konsumen mulai mengurangi produk premium dan memilih produk dengan kualitas yang lebih rendah, asalkan harganya terjangkau. Bahkan, ia berpendapat, tak sedikit konsumen yang beralih membeli produk impor ilegal yang harganya jauh lebih rendah.
Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan (Hippindo) pun tak menampik bahwa penurunan konsumsi dan tingginya biaya sewa menjadi penyebab banyaknya gerai retail yang tutup. Namun pelaksana tugas Wakil Ketua Umum Hippindo, Fetty Kwartati, mengimbuhkan, ada faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi penutupan gerai, antara lain biaya logistik dan rantai pasok (supply chain).
Fetty berujar alur rantai pasok yang panjang dan kaku membuat banyak barang di toko kosong. Imbasnya, manajemen unit penyimpanan stok (stock keeping unit/SKU) terganggu dan berdampak negatif pada penjualan. Namun ia optimistis bisnis retail bisa bangkit dengan berbagai inovasi dan kreativitas untuk menyesuaikan dengan kondisi pasar.
Head Costumer Literation and Education Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi menuturkan sektor retail cenderung mengalami pertumbuhan yang lambat pada tahun ini. Per Oktober 2024, sektor retail hanya tumbuh 1,5 persen dibanding pada tahun lalu. Dia menilai faktor kenaikan suku bunga oleh Bank Indonesia menekan pertumbuhan sektor retail karena dapat mengurangi daya beli masyarakat. Ketika suku bunga naik, biaya pinjaman menjadi lebih tinggi sehingga mempengaruhi pengeluaran konsumen.
Dari sisi emiten, cost of fund yang meningkat juga cenderung menekan aktivitas ekspansi serta persaingan dengan e-commerce. "Tapi kinerja emiten retail terbilang masih tangguh dari sisi pendapatan, meski retail department store cenderung melambat," ujar Oktavianus.
Beberapa perusahaan retail mengalami pertumbuhan secara year-on-year, seperti PT MAP Aktif Adiperkasa Tbk (MAPA) yang tumbuh 30 persen, PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) 16 persen, PT Aspirasi Hidup Indonesia Tbk (ACES) 13,37 persen, serta PT Erajaya Swasembada (ERAA) tumbuh 13,5 persen. Sementara itu, emiten Matahari Department Store (LPPF) dan Ramayana Lestari Sentosa (RALS) mengalami penurunan kinerja, masing-masing -1,27 persen dan -1,23 persen dibanding pada tahun lalu.
Menurut Oktavianus, kebijakan pemerintah menaikkan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12 persen pada 2025 dapat memperlambat pertumbuhan sektor retail, terutama jika kebijakan ini diterapkan pada barang-barang yang lebih banyak dikonsumsi masyarakat. Namun ia memperkirakan sektor retail masih berpotensi tumbuh jika didorong oleh kebijakan suku bunga yang lebih longgar dan bonus demografi Indonesia, yakni jumlah konsumen muda yang akan terus meningkat.
Ekonom dari Center of Economic and Law Studies, Nailul Huda, berpandangan, dalam jangka menengah dan panjang, sektor retail bergantung pada kebijakan pemerintah. Kebijakan yang bersifat kontraktif, seperti kenaikan pajak atau kebijakan moneter yang ketat, dapat memperburuk daya beli serta kinerja sektor retail.
Jika pemerintah menurunkan tarif PPN, menurut Nailul, langkah tersebut dapat memberikan stimulus bagi konsumsi dan memperbaiki kinerja sektor retail, terutama dalam mendorong belanja konsumen. Terutama bagi retail di sektor sandang yang sangat bergantung pada daya beli, khususnya kelas menengah.
Merespons kinerja sektor retail yang melambat hingga tutupnya ratusan gerai, Kementerian Perindustrian menyatakan akan mengkaji pemberian insentif khusus untuk sektor ini. Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza mengatakan kebijakan ini menjadi pertimbangan pemerintah karena potensi pengembangan sektor retail masih besar.
Faisol menyebutkan pertumbuhan sektor retail di Tanah Air saat ini terganggu akibat hambatan rantai pasok global. "Makanya kami juga sedang mengkaji apakah bisa diberi insentif tambahan kepada sektor-sektor seperti ini supaya bisa lebih tumbuh pada tahun depan atau beberapa tahun ke depan," ucap Faisol di Jakarta, seperti dikutip Antara, pada Selasa, 17 Desember 2024. Ia mengatakan pihaknya akan berkoordinasi dengan Kementerian Koordinator Perekonomian dan Kementerian Keuangan. ●
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo