Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyebut perekonomian dunia masih akan terus bergejolak. Situasi ini bakal berdampak pada negara-negara dunia, termasuk Indonesia. Dalam pasar keuangan misalnya, rupiah terancam melemah akkibat penguatan nilai tukar dolar AS. Perry mengatakkan, dolar AS diramal bergerak dari level 101 menjadi 107.
“Ini mengakibatkan depresiasi nilai tukar seluruh dunia,” ujar Perry dalam acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2024 di Bank Indonesia, Jumat, 29 November 2024, dipantau dari siaran YouTube Bank Indonesia. “Semoga dolar tidak menguat lagi.”
Perry menjelaskan, gejolak perekonomian dunia yang diprediksi dalam beberapa tahun mendatang tidak terlepas dari faktor kemenangan Donald Trump dalam Pilpres Amerika Serikat 2024. Trump yang dikenal dengan kebijakan luar negeri America First saat menjabat Presiden Amerika periode 2017-2021, kata dia, bakal membawa perubahan besar dalam landskap geopolitik dan perekonomian dunia.
Perry berujar, kebijakan Trump bakal memicu tarif tinggi dan perang dagang. Selain itu, memicu ketegangan politik, disrupsi rantai pasok dagang, hingga fragmentasi ekonomi dan keuangan. “Akibatnya, prospek ekonomi global akan meredup pada 2025 dan 2026,” katanya.
Oleh karena itu, Perry mengatakan pemerintah Indonesia perlu mengantisipasi dampak negatif gejolak tersebut. Meskipun, ekonomi Indonesia sebelumnya diklaim bertahan dari rentetan gejolak global hingga pandemi Covid-19.
“Kita perlu antisipasi. Waspadai dengan respons kebijakan yang tepat untuk ketahanan dan kebangkitan ekonomi nasional yang telah susah payah kita bangun,” kata Perry.
Pilihan Editor: Breaking News: Prabowo Umumkan Kenaikan Upah Minimum Provinsi 6,5 Persen untuk 2025
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini