Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Pertamina Hulu Rokan (PHR) mengoptimalkan lapangan minyak tua yang sudah berumur setengah abad di Wilayah Kerja Rokan. Pengoptimalan salah satunya dilakukan di Lapangan Kopar yang ada di bagian tengah WK Rokan. Diakui Executive Vice President (EVP) Upstream Business Pertamina Hulu Rokan (PHR) Edwil Suzandi bisa kembali diproduksi dan berhasil menambah pendapatan produksi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kopar saat ini masih produktif sebagai lapangan produksi tahap primer di area Sumatra Light Oil (SLO) yang berada di wilayah kerja Zona 2 dan Zona 3 PHR, kata Edwil melalui keterangan tertulis yang diterima Tempo pada Rabu, 8 Mei 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Edwil, operasi di area tersebut sempat mengalami penghentian (suspend) tanpa pemboran selama sembilan tahun. Namun, di akhir 2023 penajakan sejumlah pemboran sumur Kopar baru bisa kembali dilakukan. “Hasil proses produksi awal Lapangan Kopar memberikan kontribusi cukup signifikan untuk PHR,” tulis Edwil.
Proses awal pemboran sumur Kopar sempat terdampak banjir akibat tingginya curah hujan yang terjadi di awal 2024. Akibatnya, sungai Rokan dan rawa meluap di daerah lokasi pemboran, termasuk jalan aksesnya. Akibat kondisi tersebut kegiatan operasional terhenti. Evakuasi tim beserta peralatan pemboran juga dilakukan.
Usai masalah banjir tertangani, kegiatan operasional kembali dilanjutkan. Proses produksi atau put on production (POP) sumur pertama yang dilakukan pada 25 April lalu bisa menghasilkan 802 barel minyak per hari (BOPD). "POP sumur kedua menyusul beberapa hari berselang dan memberikan laju alir produksi yang lebih tinggi yaitu 1.445 ribu barel minyak per hari (BOPD). Aktual produksi sumur ini melebihi target produksi,” tutur Edwil.
Minyak dari sumur-sumur baru ini dapat mengisi fasilitas stasiun pengumpul atau gathering station (GS) Petani yang selanjutnya dikirim ke terminal Dumai.
Lapangan Kopar ditemukan pada tahun 1974 dengan kategori small field discovery. Lapangan ini merupakan satu dari sekitar 96 lapangan minyak yang terdata ber ada di Blok Rokan. Sejak Agustus 2021, pengelolaan pengelolaan Blok Rokan telah beralih ke PT Pertamina usai kontrak PT Chevron Pacific Indonesia habis.
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, sebagai blok onshore terbesar Indonesia dengan rata-rata produksi 207,148 barel per hari, tercatat dari sekitar 90-an lapangan minyak, Blok Rokan punya cadangan minyak mencapai 1,5 miliar barel oil equivalent tanpa Enhance Oil Recovery atau EOR.
Kepala Perwakilan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Sumatera Bagian Utara, Rikky Rahmat Firdaus berharap sumber daya sumur tua yang berpotensi produktif dapat diaktifkan kembali apalagi WK Rokan merupakan wilayah kerja penghasil produksi dan lifting minyak terbesar di Indonesia. “Sejak alih kelola dari PT CPI ke PT PHR pada 9 Agustus 2021, produksi rata-rata WK Rokan telah mencapai 161 ribu barel minyak per hari (BOPD), meningkat dari sebelumnya yang berada di angka 158 ribu BOPD”, kata Rikky.
Menurut Rikky keberhasilan produksi migas di Wilayah Kerja Rokan berkat adanya perubahan cara pandang yang tidak hanya mempertahankan produksi tetapi juga ada upaya menaikkan produksi.
Pilihan Editor: Pertamina Hulu Rokan dan Pertamina Drilling Bor Sumur Eksplorasi MNK Kedua di Blok Rokan