Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Proyek FAO-IFish Kembangkan Budi Daya Ikan Sidat bersama Koperasi di Cilacap

Selama pandemi Covid-19, usaha budi daya ikan sidat (Anguilla sp) mengalami kerugian besar. Program FAO - IFish kembangan bersama koperasi di Cilacap

26 Desember 2021 | 10.55 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Anggota koperasi Mina Sidat Bersatu memanen Sidat. FAO/Des Syafrizal

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Selama pandemi Covid-19, usaha budi daya ikan sidat (Anguilla sp) mengalami kerugian besar. Hal ini menyebabkan ekspor sidat dari Indonesia ke Jepang tidak berlanjut sampai turunnya permintaan secara drastis. Padahal pasar utama ikan yang dikenal dengan nama unangi ini adalah Jepang. Di Indonesia sendiri, usaha budi daya sidat baik skala besar atau kecil berjatuhan. Dimana harga sidat ukuran konsumsi di pasar tidak sesuai lagi, benihnya juga hampir tidak ada harganya. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Akan tetapi salah satu koperasi di Cilacap mampu bertahan di tengah pandemi dan berhasil mengembangkan usahanya menjadi lebih pesat dari sebelumnya. Mereka adalah salah satu kelompok yang mendapatkan dampingan dari proyek FAO-IFish. Proyek tersebut merupakan bentuk kerja sama antara Kementerian Kelautan dan Perikanan, the Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO) dan Pemda Sukabumi dengan bantuan pendanaan dari the Global Environment Facility (GEF) untuk memperbaiki tingkat kelangsungan hidup unangi yang tengah dalam masa kritis benih ke anakan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

 “Lima bulan pertama COVID-19 adalah masa tersulit bagi kooperasi kami, tidak ada pesanan sama sekali. Kami tidak bisa menjual sidat ke Jepang, banyak restoran dan hotel di Indonesia juga tutup. Sejumlah aset terpaksa kami jual," kata Ruddy Sutomo, pendiri Koperasi Mina Sidat Bersatu di Desa Kaliwungu, Kabupaten Cilacap.  

Demi bisa bertahan dengan tanpa mengurangi kualitas sidat yang dimiliki, Ruddy bersama anggota koperasi lainnya harus melakukan penyesuaian. Ketika pembatasan akibat Covid-19 mulai dikurangi, terbayarkan juga kerja keras dan komitmen kuat mereka yang fokus pada kualitas produk.

Sehingga restoran Jepang kelas atas serta pembeli yang juga berasal dari Jepang kembali meminta sidat yang dipesan secara reguler. Koperasi ini bahkan memperluas bidang usahanya dengan memproduksi sidat siap makan yang sudah bersertifikat BPOM dan halal dari Majelis Ulama Indonesia. 

“Kami sampai kesulitan untuk memenuhi permintaan pembeli, karena saat ini kami tidak punya kapasitas yang cukup untuk memenuhi permintaan mereka,” kata Ruddy, dalam rilis FAO Indonesia.

Plt. DirJen Pengelolaan Ruang Laut KKP, Pamuji Lestari dan Kusdiantoro selaku Plt. Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia, serta Perwakilan FAO untuk Indonesia, Rajendra Aryal melakukan kunjungan ke Cilacap dan ketangguhan para pembudi daya sidat di daerah tersebut menjadi fokus utama mereka.

Para pejabat tersebut mengunjungi Koperasi Mina Sidat Bersatu tempat budi daya sidat yang berlokasi di Kampung Sidat Kaliwungu, Kabupaten Cilacap. Salah satu bagian dari kunjungan tersebut ialah melepaskan liarkan sidat yang sebelumnya telah diberikan tanda untuk ke depannya dapat dipantau. Penyediaan sidat untuk dilepaskan ke alam merupakan bentuk komitmen koperasi pada pelestarian sidat. 

Pamuji Lestari kembali menekankan pentingnya keseimbangan antara produksi dan konservasi sidat. “Sidat adalah salah satu komoditas yang benihnya saat ini hanya bisa diambil dari alam. Agar usaha budi daya sidat bisa terus berlangsung, nilai-nilai konservasi perlu menjadi pertimbangan. Saya menyampaikan apresiasi sebesar-besarnya kepada Bupati Cilacap yang telah mengeluarkan peraturan daerah yang mengharuskan alokasi 2.5 persen dari hasil panen untuk dilepas liarkan kembali ke alam, agar sidat tetap lestari," katanya.

Bupati Kabupaten Cilacap, Tatto Suwarto Pamuji menyebutkan banyak peneliti dan pengusaha budi daya dari Jepang dan daerah lainnya yang telah datang ke Cilacap untuk mempelajari sidat, baik siklus hidupnya juga praktik perikanan terbaiknya. Kampung Sidat Kaliwungu yang merupakan tempat dari Koperasi Mina Sidat Bersatu menjadi salah satu lokasi terbaik mempelajari budi daya sidat. Dimana tempat ini adalah lokasi demonstrasi pertama proyek FAO-IFish yang dimulai pada 2020.  

“Budi daya sidat membutuhkan keselarasan dan keseimbangan antara konservasi dan produksi, dengan landasan teknologi dan ilmu pengetahuan,” papar Kusdiantoro.

“Kami mengapresiasi kemampuan pembudi daya di Kampung Sidat Kaliwungu yang telah berhasil membuat pakan sidat secara mandiri. Kedepannya ahli sidat dari Pusat Riset Perikanan juga akan memberikan dampingan kepada pembudi daya di Cilacap, sebagaimana yang telah kami lakukan dengan proyek FAO-IFish di Kabupaten Sukabumi,” ujarnya. 

Kepada pihak yang telah bekerjasama untuk melestarikan unangi di Kampung Sidat Kaliwungu, Rajendra Aryal turut menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya. “Apresiasi yang tinggi bagi Koperasi Mina Sidat Bersatu, sebuah usaha budi daya skala kecil yang mampu berkembang dan bertahan di masa pandemi dengan produksi sidat kualitas tingginya. Kemampuan Koperasi Mina Sidat Bersatu dalam memformulasi pakan sidat, serta meningkatkan tingkat kelangsungan hidup sidat di fase kritis juga perlu menjadi pembelajaran bagi kita semua. Mari ambil kesempatan presidensi G20 untuk menunjukkan pada dunia perikanan berkelanjutan di Indonesia,” kata Aryal. 

PUSPITA AMANDA SARI

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus