Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Puluhan orang yang merupakan pengguna layanan pinjaman online atau pinjol, Kredivo, dan e-commerce, Bukalapak, diduga menjadi korban penipuan. Mereka mendapatkan tagihan pinjaman secara tiba-tiba dari Kredivo untuk transaksi yang tidak pernah mereka lakukan di Bukalapak alias fiktif.
Para korban pun ramai-ramai mendatangi kantor Kredivo di Rukan Permata Senayan, Jakarta Selatan. Salah satunya bernama Dian, 28 tahun, yang datang pada Kamis selepas makan siang, 2 Desember 2021. Dian merasa ditipu karena tiba-tiba menerima tagihan Rp 5,7 juta di Kredivo atas transaksi fiktif di Bukalapak.
Dian tak sendirian. Empat orang lain datang bersamanya. Di sana, Dian bertemu tim dari Kredivo bernama Mario. Berbagai bukti penipuan dilaporkan kelima korban, tapi tetap belum ada kejelasan soal tindak lanjut atas tagihan yang mereka terima.
“Mas Mario hanya menampung bukti-bukti penipuan dan surat laporan sebagai bahan kajian,” kata Dian saat dihubungi, Selasa, 14 Desember.
Dian pun diberitahu Mario kalau Kredivo akan menjadikan bukti-bukti tersebut sebagai laporan ke polisi. Sebab, Kredivo disebut juga menjadi korban dalam kejadian ini.
Vice President Marketing and Communication PT FinAccel Finance Indonesia alias Kredivo, Indina Andamari, membenarkan kehadiran para korban di kantor perusahaan pada 2 Desember tersebut. “Ada 5 orang yang melaporkan dugaan penyalahgunaan akun yang mengakibatkan adanya transaksi Kredivo di Bukalapak,” kata dia kepada Tempo, Jumat, 17 Desember.
Sampai saat ini, Indina menyebut pihaknya terus berkoordinasi dengan para pelapor dan kepolisian terkait penyelidikan kasus tersebut.
Indina membenarkan Kredivo telah membuat laporan kepada Polda Metro Jaya dengan adanya kejadian ini. “Atas dugaan tindakan penipuan yang mengatasnamakan Kredivo,” kata dia.
Sebelumnya, rentetan penipuan ini berlangsung sekitar Oktober 2021. Dian misalnya, menceritakan awalnya dihubungi oleh nomor asing yang menawarkan penukaran poin Kredivo dengan barang secara gratis. Dian lalu mengikuti petunjuk si penelepon dengan memberikan link tertentu, yang ternyata adalah link pembayaran.
“Tak lama, muncullah tagihan atas transaksi di Bukalapak,” kata Dian. Padahal, Dian tidak pernah membeli barang yang dimuat dalam transaksi tersebut.
Karena ada tagihan, maka Dian pun langsung dihubungi oleh pihak penagih utang via WhatsApp. Dian mengaku harus susah payah menjelaskan kepada di penagih kalau dia tak pernah meminjam uang tersebut untuk berbelanja di Bukalapak. “Aku udah ajak dia ke Polres, tapi tidak mau, malah suruh ke kantor Kredivo untuk menyerahkan bukti-bukti dan surat laporan,” kata Dian.
Walhasil, karyawati perusahaan swasta yang bekerja di daerah Jakarta ini langsung melapor ke Polres Jakarta Pusat pada 15 Oktober dan sudah menyampaikan Berita Acara Pemeriksaan atau BAP. Laporan kepada polisi ini yang juga disampaikan Dian saat mendatangi kantor Kredivo. Kala itu, Dian diberitahu oleh penyidik bahwa nantinya polisi yang akan memanggil pihak Kredivo dan Bukalapak atas laporan tersebut.
Selain Dian, ada korban lain yaitu warga Kota Bekasi, Jawa Barat, bernama Doni, 44 tahun. Cerita bermula pada 24 Oktober lalu, ketika Doni tiba-tiba mendapatkan ditelepon oleh nomor asing WhatsApp Business berlambang Kredivo. Lantaran si penelepon mengetahui nama lengkap dan Nomor Induk Kependudukan atau NIK-nya. “Jadi saya ikuti arahan dia lewat WhatsApp,” kata Doni.
Doni pun mengikuti arahan si penelepon untuk keluar dari aplikasi Kredivo, dan masuk melalui link yang diberikan. Setelah masuk, Doni memasukkan nomor telepon, kode sandi, dan kode referral yang diterimanya. Langkah-langkah tersebut ternyata langsung membuat Doni mendapatkan tagihan atas pinjaman senilai Rp 11,4 juta di akun Kredivonya.
Tagihan tersebut tertera untuk transaksi handphone di Bukalapak, yang bahkan tak pernah dilakukannya. Doni yang kaget lantas menghubungi pihak customer service (CS) Kredivo tapi menemukan keanehan. “Setiap ngobrol langsung terputus, sampai lima kali saya coba,” kata dia.
Doni lalu menghubungi dengan nomor yang berbeda, barulah akhirnya tersambung. Doni juga mengeluhkan kejadian tersebut dengan menghubungi CS Bukalapak. Tapi karena tak kunjung ada kejelasan, Doni melapor ke Polres Metro Bekasi Kota pada 25 Oktober.
Di hari yang sama, Doni datang ke kantor Kredivo di Senayan dan kantor Bukalapak di Ampera Raya, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Tapi sampai sore di hari tersebut, Doni hanya bisa sekadar menyampaikan laporan penipuan saja kepada pihak-pihak yang didatanginya, tanpa ada pembatalan tagihan di Kredivo.
Korban berikutnya adalah warga Jakarta bernama Tri, 35 tahun. Tri masih aktif menggunakan Kredivo, tapi sudah tiga tahun lebih tidak bertransaksi di Bukakalapak. Tri pun menerima panggilan telepon via WhatsApp oleh nomor asing yang memintanya untuk memasukkan kode OTP di link yang dikirimkan untuk mendapatkan barang dari penukaran poin Kredivo.
Tri saat itu percaya kalau orang yang menghubunginya adalah tim dari Kredivo. Lantaran, si penelepon mengetahui nama, tanggal lahir, dan NIK miliknya. Bahkan, orang tersebut mengetahui kalau Tri baru saja meminjam uang di Kredivo untuk menyicil satu unit kulkas pada awal Oktober. “Makanya itu meyakinkan saya,” kata dia.
Tri pun mengikuti semua arahan di penelepon dan diarahkan ke link khusus yang dikirimkan. Di dalamnya, Tri diminta memilik sejumlah barang elektronik yang muncul, dan ia memilih saja gambar televisi. Dari situlah akhirnya Tri merasa ditipu, karena tiba-tiba langsung menerima tagihan di akun Kredivo miliknya sebesar Rp 13 juta atas transaksi di Bukalapak.
Tri menghubungi pihak CS Bukalapak untuk membatalkan transaksi tersebut. Tapi, Tri diberitahu kalau transaksi tersebut tidak dapat dibatalkan atau pembayaran sudah diteruskan kepada pihak penjual. Penjelasan tersebut yang membuat Tri heran karena biasanya ada jeda waktu antara pembayaran transaksi di Bukalapak sebelum diteruskan ke penjual. “Soalnya saudara saya kan juga jualan di Bukalapak,” kata dia.
Masalah lain juga muncul karena tagihan cicilan kulkas Tri di Kredivo jadi berlipat. Tri menyebut cicilan untuk kulkas hanya sebesar Rp 520 ribu di Kredivo. Tapi kini, cicilan tersebut digabung dengan cicilan baru sebesar Rp 1,5 juta per bulan, dari pinjaman sebesar Rp 13 juta tersebut.
Dian, Doni, dan Tri, hanyalah tiga orang yang mengaku ditipu dalam kejadian ini. Mereka bersama puluhan korban tergabung di grup khusus yang mereka bentuk di media sosial. Puluhan korban saling mengadu nasib di dalamnya.
Mulai dari nominal pinjaman yang ditagih, laporan polisi yang juga telah dibuat oleh para korban lain, sampai dugaan kalau mereka bisa dihubungi penipu karena data mereka di Kredivo maupun Bukalapak telah bocor.
Doni menyebut grup ini berisi lebih dari 90 orang tersebut dibentuk karena beberapa di antara mereka saling bertemu saat melapor ke kantor Kredivo, Bukalapak, maupun polisi. Sampai 13 Desember, sudah ada 71 orang yang melaporkan total tagihan yang tiba-tiba mereka terima di dalam grup tersebut.
Doni menyebut rata-rata korban di dalam grup ini sudah melapor ke CS Kredivo dan Bukalapak kurang dari satu jam dari kejadian. "Saya dan teman-teman yang tergabung di WA group sudah mencapai 90 orang, tapi pihak Kredivo tidak mau tahu," kata dia.
Saat dikonfirmasi, Indina belum merinci berapa banyak total pengguna yang jadi korban penipuan dan melapor ke Kredivo, baik melalui CS maupun datang langsung ke kantor di Senayan. Ia juga tidak merinci apakah sejumlah nomor yang melakukan tagihan pinjaman kepada korban adalah tim penagihan resmi Kredivo.
“Dapat kami informasikan bahwa Kredivo telah melakukan penyelidikan internal terkait kasus tersebut,” kata dia.
Indina juga membantah kebocoran internal atas data pengguna mereka dalam kejadian ini. Menurut dia, Kredivo sangat berkomitmen untuk menjaga kerahasiaan data pengguna dan menjadikan hal tersebut sebagai prioritas nomor satu perusahaan. “Kredivo selalu berupaya memberikan pelayanan terbaik untuk para pengguna dan akan mendampingi korban untuk bersama-sama menyelesaikan masalah ini,” kata dia.
Indina menyebut Kredivo juga secara aktif melakukan sosialisasi dan edukasi kepada para pengguna bahwa pihak Kredivo tidak pernah meminta data sensitif seperti PIN, kode OTP dan jawaban pertanyaan keamanan akun pengguna. Ia menegaskan segala sesuatu yang berkaitan dengan transaksi atau akun Kredivo, selalu dilakukan melalui akun resmi atau nomor telepon resmi Kredivo.
Saat dikonfirmasi, Kabid Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar E Zulpan belum merinci apakah Polda sudah menerima laporan dari Kredivo. Ia hanya membenarkan kalau sudah ada laporan yang masuk ke Polda dari para korban dugaan penipuan ini pada Oktober lalu. "Dalam penyelidikan kasusnya," kata dia, kemarin.
Sementara itu, PT Bukalapak.com Tbk alias Bukalapak juga mengkonfirmasi bahwa mereka telah menerima laporan mengenai kejadian ini dari sejumlah korban. “Kami telah menerima keluhan dari para pengguna Kredivo yang mengalami kasus ini,” kata Media and Communications Bukalapak Fairuza Ahmad Iqbal, kemarin.
Ia tidak merinci berapa banyak pengaduan atau laporan yang masuk dari korban ke Bukalapak. Ia hanya menyampaikan kalau Bukalapak bersedia mendukung proses penyelidikan kasus ini apabila pihak kepolisian membutuhkan sejumlah informasi untuk keperluan investigasi lanjutan.
Fairuza kemudian menyebut para pengguna Kredivo ini mengalami kasus phising. “Kami sangat menyesalkan adanya pihak-pihak tidak bertanggung jawab yang menggunakan kesempatan ini untuk bertransaksi di Bukalapak,” kata dia.
Ia menjelaskan phishing merupakan tindak kejahatan siber yang bertujuan untuk mencuri data dan informasi penting pengguna seperti email, password, dan kode OTP. Caranya dengan mengarahkan pengguna untuk membuka tautan tidak resmi dengan berbagai alasan seperti aktivasi dan promo. Informasi penting tersebut kemudian digunakan oleh pelaku untuk mengakses akun pribadi korban.
Untuk itu, kata Fairuza, Bukalapak senantiasa menghimbau agar pengguna selalu melakukan langkah - langkah pencegahan 4 aman 5 sempurna yang terdapat di akun resmi mereka. Sehingga, pengguna bisa terhindar dari upaya phishing dan tindak kejahatan kriminal lainnya saat bertransaksi online
Ia membagikan tautan twitter berisi video singkat mengenai hal ini. Tautan tersebut bisa diakses di alamat berikut:
https://twitter.com/BukaBantuan/status/1285395988232855552
Salah satu poin penting di dalam langkah-langkah tersebut, kata dia, adalah menjaga kerahasiaan informasi penting seperti kode OTP, password, dan data perbankan dari siapapun. Menurut dia, keamanan dan kenyamanan pengguna selalu menjadi prioritas Bukalapak. “Karena itu, kami juga akan senantiasa meningkatkan sistem pengamanan Bukalapak secara menyeluruh,” ujarnya.
CATATAN REVISI: Berita ini telah diedit pada pukul 09.23, Selasa, 21 Desember 2021, dengan tambahan konfirmasi Polda Metro Jaya dan Bukalapak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca juga: Apakah Ganjil Genap di Jalan Tol Jadi Berlaku Mulai Hari Ini?
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini