Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian keuangan bersama bersama Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) meluncurkan Survei Ekonomi OECD Indonesia 2024. Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, menyatakan, hasil survei itu menunjukkan Indonesia mempertahankan daya tahan ekonomi di tengah ketidakpastian global.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bendahara Negara itu memaparkan Indonesia memiliki keinginan kuat untuk jadi negara berpendapatan tinggi. “Indonesia memiliki visi untuk menjadi negara berstatus pendapatan tinggi, lebih inklusif, dan tentu saja memperkuat struktur ekonomi kami,” kata Sri di tengah peluncuran Survei Ekonomi OECD seperti dikutip dari keterangan pers, Selasa, 26 November 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Karena itu beberapa kebijakan yang sudah didopsi sebelumnya bakal diperkuat, terutama lewat hilirisasi industri. “Baik yang terkait dengan kekuatan mineral strategis seperti tembaga dan nikel, maupun sektor lain seperti hasil pertanian yang menjadi prioritas Presiden,” kata mantan Managing Director Bank Dunia tersebut.
Penghiliran atau hilirisasi kerap disebut Presiden Prabowo sebagai salah satu program utamanya untuk mendorong perekonomian. Hilirisasi juga disampaikan dalam pidato pertamanya usai dilantik sebagai Presiden di Gedung DPR pada 20 Oktober 2024 lalu.
Selain itu, peran ekonomi digital Indonesia juga disebut sebagai salah satu pendorong utama pertumbuhan. Hal ini ditunjukkan dari perkembangan perdagangan daring atau E-commerce dan terlihat dari peningkatan jumlah perusahaan startup. Namun menurut Sri, pengembangan infrastruktur fisik, akses teknologi digital serta konektivitas masih jadi tantangan utama. “Karena itu, kami terus berinvestasi di bidang tersebut,” ujarnya.
Survei Ekonomi OECD ini mencakup dua agenda tematik tentang Digitalisasi dan Transisi Hijau. Dalam laporannya, OECD menyampaikan bahwa pertumbuhan Indonesia telah pulih setelah pandemi. Namun masih harus berhati-hati dalam menentukan kebijakan fiskal dan moneter untuk menjaga stabilitas makroekonomi.
Dalam laporan tersebut, OECD memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan akan mencapai 5,2 persen secara tahunan (yoy). Angka tersebut sama dengan target pemerintah dalam asumsi dasar ekonomi makro anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2025.