Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Seruan boikot terhadap produk emiten consumer goods PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) tengah menggema di media sosial. Ini karena perusahaan itu diduga mendukung Israel.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Analisis dari Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) Reza Priyambada mengatakan performa pergerakan harga saham UNVR sempat cenderung mengalami pelemahan "Ini seiring masifnya pelaku pasar dalam melakukan penjualan," kata Reza pada Tempo, Senin, 13 November 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Sebagai informasi, dinuki dari data RTI Business, saham Unilever Indonesia dibuka di level 3.590 pada perdagangan hari ini. Saat penutupan, UNVR ditutup menurun 1,67 persen ke level 3.530.
Jika dibandingkan perdagangan pada pekan lalu, harga saham UNVR hari ini turun 2,49 persen. Pada 6 November lalu, saham Unilever Indonesia masih di level 3.620.
Lebih lanjut, Reza menyebut masalah boikot ini sedikit banyak mempengaruhi harga saham Unilever Indonesia. Ini karena pelaku pasar khawatir bahwa boikot akan mempengaruhi performa dari kinerja UNVR. "UNVR terendahnya di 3.460, itu batas support yang harus dijaga," tutur Reza.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, mengatakan boikot produk Unilever ini muncul karena konflik geopolitik antara Hamas dan Israel, serta fatwa baru Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Seperti diketahui, MUI telah mengeluarkan Fatwa Nomor 83 Tahun 2023 mengenai Hukum Dukungan terhadap Perjuangan Palestina. Salah satu rekomendasinya adalah menghindari transaksi dan penggunaan produk yang terafiliasi dengan Israel.
"Jadi memang ini bisa saja membuat kinerja penjualannya terganggu, dengan adanya faktor tersebut," kata Nafan kepada Tempo, Senin.
Tapi, Nafan melihat pergerakan saham UNVR relatif dalam keadaan bearish consolidation alias cenderung melemah. Menurut dia, salah satu imbasnya adalah penjualan produk yang relatif stagnan.
"Karena kita melihat persaingannya di bidang industri yang sama juga masih sangat kompetitif," tutur Nafan.
Lebih jauh, Nafan berharap Unilever bisa menunjukkan dukungan untuk perdamaian. Ini untuk meningkatkan kepercayaan, khususnya dari investor Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Dia juga menyarankan Unilever Indonesia berinovasi supaya penjualan produk tidak stagnan.
Tempo telah mengupayakan konfirmasi ke Unilever Indonesia perihal dugaan dukungan ke Israel. Konfirmasi dilakukan dari Ahad kemarin hingga hari ini. Tapi, perseroan belum memberikan tanggapan hingga berita ini ditulis.
Pilihan Editor: Danone Blak-blakan soal Tudingan Dukung Israel