Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Chief Executive Officer Siam Cement Group (SCG) Thammasak Sethaudom berhadapan dengan ketidakpastian global, seperti penurunan industri petrokimia, konflik di Timur Tengah, dan meningkatnya persaingan dengan produk Cina.
SCG mulai merancang ekspansi ke pasar baru untuk beragam bisnis yang sekarang dikelola, seperti semen, bahan bangunan, petrokimia, kemasan, dan energi terbarukan.
Tahun ini, SCG berencana memperluas bisnis ke sektor energi terbarukan di Indonesia.
DUA tahun terakhir bukanlah masa yang mudah bagi Presiden & Chief Executive Officer Siam Cement Group (SCG) Thammasak Sethaudom dalam menjalankan bisnis. Pemimpin perusahaan asal Thailand ini berhadapan dengan ketidakpastian global, seperti penurunan industri petrokimia, konflik di Timur Tengah, dan peningkatan persaingan dengan produk Cina di pasar domestik tempat grup ini beroperasi. Tahun ini, ia masih harus menghadapi tantangan serupa.
Untuk menghadapi tantangan tersebut, ia menyiapkan sejumlah langkah antisipasi. Salah satunya menekan biaya produksi perusahaan. "Kami menetapkan target efisiensi operasional dan optimalisasi modal kerja untuk meningkatkan ketahanan serta fleksibilitas agar dapat cepat beradaptasi dengan perubahan pasar," ujarnya kepada Tempo, Selasa, 25 Februari 2025. SCG sudah mampu mengurangi biaya hingga US$ 183 juta atau setara dengan Rp 2.933 miliar dibanding pada tahun sebelumnya.
Selain itu, perusahaan mulai merancang ekspansi ke pasar baru untuk beragam bisnis yang sekarang dikelola SCG, seperti semen, bahan bangunan, petrokimia, kemasan, dan energi terbarukan. Perusahaan juga tengah mengembangkan produk ramah lingkungan, seperti semen rendah karbon dan polimer ramah lingkungan.
Kepada Tempo, Thammasak, yang memimpin SCG sejak 1 Januari 2024, bercerita mengenai tantangan yang dihadapi hingga rencana ekspansi perusahaan ke depan, termasuk anak usaha SCG yang berdiri di Indonesia. Pria yang punya pengalaman berkarier selama 30 tahun di SCG ini juga berbagi saran kepada calon-calon pemimpin seperti dia. Berikut ini petikan wawancaranya.
Direktur Utama Siam Cement Group (SCG) Thammasak Sethaudom. Dok. Pribadi
Apa tantangan terbesar bisnis SCG pada tahun ini?
Tantangan terbesar kami adalah menavigasi perubahan perekonomian global yang begitu cepat dan beradaptasi dengan tekanan kuat dari industri utama kami. Kondisi global saat ini dan prospek dalam 2-5 tahun ke depan ditandai meningkatnya ketidakpastian.
Kami misalnya, menghadapi ketidakpastian ekonomi di Thailand. Meskipun beberapa pasar regional menunjukkan tanda-tanda pemulihan, pertumbuhan ekonomi Thailand yang lambat masih menjadi tantangan. Kami harus tetap berhati-hati dalam mengelola investasi sambil tetap berfokus pada ekspansi jangka panjang di pasar seperti Vietnam dan Indonesia, di mana anggaran pemerintah terus meningkat.
Selain itu, SCG menghadapi persaingan ketat dari produk Cina, terutama di pasar domestik yang makin sensitif terhadap harga. Untuk mempertahankan pangsa pasar, kami harus berinovasi sambil menjaga efisiensi biaya produksi.
Industri petrokimia sedang mengalami kelebihan pasokan. Bagaimana kondisi bisnis SCG di sektor ini?
Penurunan berkelanjutan dalam pasar petrokimia global dan masalah pasokan berlebih, terutama dengan permintaan yang fluktuatif, akan terus menekan profitabilitas. SCG harus makin mengoptimalkan operasionalnya sambil terus memantau perubahan pasar.
Selain kelebihan pasokan, persaingan harga tetap menjadi tantangan utama di pasar Indonesia. Salah satu unit bisnis kami, PT Berjaya Nawaplastic Indonesia, menghadapi persaingan ketat dalam industri pipa PVC, dengan tekanan harga yang sangat signifikan. Untuk tetap kompetitif, perusahaan terus mengoptimalkan biaya produksi sambil mempertahankan efisiensi dan kualitas.
Lanskap persaingan yang sangat kompetitif ini diperkuat oleh banyaknya pemain, baik yang sudah mapan maupun pendatang baru, yang aktif mendapatkan bagian dalam pangsa pasar. Dinamika ini mendorong bisnis terus berinovasi dan menghadirkan produk berkualitas tinggi dengan harga yang paling ekonomis guna memenuhi permintaan pasar.
Sepanjang 2024, rata-rata permintaan semen dunia cenderung menurun, termasuk di Indonesia. Bagaimana Anda melihat peluang pada tahun ini?
Prospek untuk 2025 lebih optimis, dengan perkiraan peningkatan konsumsi semen sebesar 1-2 persen. Pertumbuhan yang diantisipasi ini didukung oleh beberapa faktor, seperti kebijakan moneter yang lebih longgar, penurunan risiko inflasi, berkurangnya ketidakpastian politik, peningkatan anggaran pemerintah, serta percepatan pertumbuhan ekonomi. Proyeksi ini didukung oleh komitmen pemerintah dalam pembangunan infrastruktur, termasuk program perumahan terjangkau nasional yang bertujuan mendorong pembangunan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
Bagaimana peluang pertumbuhan bisnis SCG Packaging (SCGP)?
Ada potensi menjanjikan. SCG Packaging merespons pertumbuhan permintaan kertas kemasan di kawasan ASEAN seiring dengan meningkatnya tren konsumsi di wilayah tersebut.
Apakah ada rencana untuk ekspansi ke negara baru? Atau mungkin mencoba masuk ke lini bisnis baru?
Tentunya. Kami percaya adaptasi dan ekspansi adalah kunci keberhasilan bisnis. Kami berencana memperluas bisnis ke pasar ekspor baru dengan potensi tinggi, seperti Amerika Utara dan Australia. Kami yakin ekspansi ini akan mendukung manajemen EBITDA yang kuat sekaligus memastikan komitmen berkelanjutan terhadap kepentingan pemegang saham.
Thammasak SethaudomPengalaman Kerja:
Pendidikan:
|
Seperti apa rencana ekspansi di Indonesia?
Kami bangga mengumumkan investasi SCG terbaru melalui SCGP. Kami mengakuisisi 44,48 persen saham di perusahaan kertas PT Fajar Surya Wisesa Tbk. Ekspansi dan investasi ini merupakan bagian dari strategi kami untuk memperkuat pertumbuhan bisnis di ASEAN dengan memanfaatkan fundamental pasar Indonesia yang kuat guna mendorong kolaborasi dalam pengembangan produk serta layanan yang tidak hanya memenuhi kebutuhan, tapi juga meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia.
Selain di industri semen, bahan pengemasan, dan bahan kimia, ada rencana mengembangkan bisnis ke sektor lain di Indonesia?
Tahun ini, kami berencana memperluas bisnis ke sektor energi terbarukan di Indonesia. Setelah ESG Symposium 2024, kami menyadari bahwa Indonesia memiliki potensi energi terbarukan sebesar 13.846 terawatt yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai aktivitas industri. Hingga saat ini, Indonesia baru memanfaatkan 0,3 persen dari total potensi tersebut untuk sektor kelistrikan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kami siap mendukung Indonesia dengan meluncurkan unit bisnis baru, yaitu PT SCG Cleanergy Indonesia atau SCG Cleanergy, sebagai investor dan pengembang energi bersih terdepan yang berfokus pada tenaga surya dan angin. Bersama Rondo Energy, kami mengembangkan Rondo Heat Battery yang mampu mengubah energi surya dan angin yang bersifat intermiten menjadi panas berkelanjutan, konsisten, dan bebas karbon untuk keperluan industri. Kami juga memiliki smart grid technology, sistem energi bersih yang menawarkan solusi energi terbarukan bagi perusahaan yang tidak memiliki sumber daya, teknologi, atau lokasi yang mendukung dalam pemasangan instalasi energi terbarukan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Meskipun belum membuka fasilitas manufaktur, kami berencana mendapatkan bahan baku yang sesuai dengan standar kami serta berkolaborasi dengan mitra untuk mengembangkan bisnis. Dengan demikian, ke depan, kami dapat melakukan produksi langsung di Indonesia.
Berapa kapasitas produksi energi yang ditargetkan?
Dengan SCG Cleanergy, kami menargetkan untuk meningkatkan kapasitas produksi energi bersih hingga sekitar 3.500 megawatt pada 2030.
Isu keberlanjutan makin banyak menjadi perhatian dunia. Bagaimana perusahaan berkontribusi mendukung gerakan ini?
SCG berkomitmen mencapai net zero pada 2050. Kami menargetkan pengurangan emisi gas rumah kaca scope 1 dan 2 sebesar 25 persen pada 2030 serta pengurangan emisi scope 3 sebesar 25 persen pada 2031. Kami menargetkan penurunan konsumsi energi sebesar 13 persen pada 2025 dibanding skenario bisnis seperti biasa dari 2007. Kami berharap langkah ini dapat berkontribusi pada target Indonesia untuk mencapai net zero pada 2060.
Caranya?
SCG telah memelopori inovasi dalam manufaktur berkelanjutan dengan mengurangi ketergantungan pada batu bara dan sumber daya alam. Sistem waste-to-value kami mengubah limbah menjadi bahan bakar dan material alternatif, seperti RDF (refuse-derived fuel), yang mendukung pendekatan ekonomi sirkular. Kami juga mengintegrasikan teknologi energi terbarukan, seperti panel surya dan turbin angin, di berbagai fasilitas kami untuk mengurangi konsumsi listrik. Di Semen Jaya misalnya, volume energi terbarukan untuk produksi mencapai 1.392 kilowatt peak.
Kami juga berinvestasi pada teknologi carbon capture, utilization, and storage (CCUS) untuk menyerap emisi CO₂ serta mengubahnya menjadi bagian dari proses produksi bernilai tambah yang mendukung upaya kami dalam aksi iklim.
Bagaimana dengan produk SCG?
Dalam pengembangan produk, kami telah memperkenalkan alternatif rendah karbon, seperti Bezt Eco-Friendly Cement, yang memanfaatkan slag cement dan abu terbang serta mampu mengurangi 50 kilogram CO₂ per ton. Kami juga mengembangkan green polymer, resin plastik daur ulang yang membantu mengurangi limbah plastik sekaligus meningkatkan kekuatan produk.
Upaya ini merupakan langkah besar menuju masa depan yang berkelanjutan, dengan 53 persen dari total penjualan kami berasal dari produk hijau, mendekati target 67 persen pada 2030.
Dari beragam pengalaman kerja selama ini, apa bagian yang paling menyenangkan saat menjabat CEO sebuah perusahaan dibanding tugas Anda lainnya?
Bagian paling menarik dari menjadi CEO adalah kesempatan untuk mendorong perubahan dalam skala yang lebih besar. Berbeda dengan posisi saya sebelumnya, posisi ini memungkinkan saya membentuk visi jangka panjang perusahaan, secara langsung mempengaruhi strategi keberlanjutan, dan memimpin inisiatif yang transformatif. Sangat memuaskan melihat bagaimana keputusan di tingkat tertinggi dapat berdampak luas, tidak hanya bagi perusahaan, tapi juga bagi komunitas dan industri yang kami jangkau.
Selain itu, saya sangat antusias melihat ide-ide baru dari tim, terutama dari generasi muda. Mereka berkolaborasi untuk menciptakan dan mengembangkan inovasi, baik dalam bentuk produk, layanan, maupun cara kerja, dengan tujuan memperluas kemungkinan bagi organisasi. Pendekatan ini tidak hanya mendorong inovasi, tapi juga memperkuat nilai kemanusiaan dalam perusahaan.
Adakah saran untuk generasi muda yang juga punya mimpi menjadi pemimpin di perusahaan seperti SCG?
Saran saya, jangan pernah berhenti belajar dan selalu siap beradaptasi. Dunia bisnis terus berubah, jadi penting untuk terbuka terhadap ide-ide baru dan solusi inovatif. Selain itu, bangun ketahanan mental karena posisi kepemimpinan pasti memiliki berbagai tantangan. Namun yang paling penting, pimpinlah dengan integritas dan empati. Di SCG, kami percaya bahwa kepemimpinan yang sesungguhnya adalah tentang memberdayakan orang lain dan menciptakan budaya kerja yang mengedepankan keberlanjutan, inovasi, serta kolaborasi. Itulah jenis kepemimpinan yang akan membentuk masa depan. ●
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo