Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Sjafruddin Prawiranegara, Pahlawan Indonesia yang pernah menjabat sebagai Presiden Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Sumatera Barat yang ahli dalam Hukum, Keuangan, dan Agama ini juga pernah memegang jabatan sebagai Menteri Keuangan pada tahun 1949 hingga 1950.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Sjafruddin Prawiranegara, presiden ke-2 yang kerap dilupakan itu adalah orang Indonesia pertama serta satu-satunya orang yang menjadi Presiden De Javasche Bank (DJB) di masa-masa akhir (1951-1953). Selain itu, ia juga menjabat sebagai Gubernur Bank Indonesia (BI) pertama (1953-1958) sebagai hasil dari nasionalisasi DJB.
Sebelumnya, posisi nomor satu di DJB (1828 – 1951) selalu dipegang oleh orang Belanda. Mengutip dari Bi.go.id, ia sangat menonjol karena ketika masa kepemimpinannya ia sangat teguh dalam menjalankan fungsi utama bank sentral sebagai penjaga stabilitas nilai rupiah dan pengelolaan moneter.
Satu bulan pasca kemerdekaan, Sjafruddin mengatakan pemikirannya kepada Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Republik Indonesia M. Hatta (RI) supaya Indonesia mencetak mata uang sendiri untuk menggantikan mata uang Jepang serta uang De Javasche Bank yang masih beredar.
Kemudian pada Oktober 1946 pemerintah mencetak uang yang dinamakan ORI (Oeang Republik Indonesia). Mengutip dari Lib.ui.ac.id, berkat pemikirannya, Syafruddin mendapatkan gelar sebagai Bapak ORI.
Tak hanya itu, Bapak ORI ini juga mencetuskan gagasan 'Gunting Sjafruddin' pada Maret 1950, dimana masyarakat dihimbau untuk menggunting semua uang yang beredar di masyarakat dan memindahkan rekening koran nasabah-nasabah yang ada di bank ke sebuah rekening khusus yang dinamakan Pendaftaran Pinjaman Negara 3 persen.
Gunting Sjafruddin dicetuskan untuk menggunting mata uang NICA dan mata uang de Javasche Bank pecahan 5 gulden ke atas. Mengutip dari Ruangguru.com, kebijakan ini ditujukan untuk menyeimbangkan antara jumlah uang dan barang yang beredar, sehingga tidak akan terjadi inflasi. Kebijakkan Sjafruddin Prawiranegara ini membawa hasil yaitu menguatnya kedudukan rupiah, kestabilan harga barang, dan naiknya pemasukan pemerintah dari Rp 1,871 miliar menjadi Rp 6,990 miliar.
VALMAI ALZENA KARLA
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.