Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Mengenang 74 Tahun Lalu PDRI Sempat Berdiri dan Tujuan di Baliknya

Mengenang pemerintahan darurat PDRI pasca penangkapan Soekarno-Hatta oleh Belanda

23 Desember 2022 | 08.21 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Syafruddin Prawiranegara. wikiepdia org

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta -Menjelang matahari terbit di hari Minggu 19 Desember 1949, dengan mendadak, pasukan khusus Belanda menduduki lapangan udara Adisucipto, Maguwoharjo, Sleman, yang menjadi awal PDRI. Selang beberapa jam, Yogyakarta, yang saat itu sebagai ibukota, diduduki Belanda. Belanda dengan segera menawan pimpinan negara Indonesia. Soekarno-Hatta adalah salah satunya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dikutip dari Majalah Tempo edisi Sabtu 21 Desember 1985, penawanan Soekarno-Hatta menyebabkan kevakuman pimpinan negara dan pemerintahan.

Baca : 73 Tahun Lalu Pemimpin PDRI Sjafruddin Prawiranegara Kembalikan Mandat kepada Soekarno-Hatta

Kemudian atas inisiatif Sjafruddin Prawiranegara, berdirilah Pemerintahan Darurat Republik Indonesia atau PDRI. Pembentukan PDRI terjadi di Halaban (Limapuluh Koto), kira-kira 15 km selatan Payakumbuh, Sumatra Barat pada 22 Desember 1948 pukul 3.40 dini hari, dua hari setelah Belanda menguasai ibukota Yogyakarta.

Alasan Pendirian PDRI

Pembentukan PDRI penting untuk negara Indonesia yang baru merdeka. Bagi sebuah negara baru yang belum mendapat pengakuan internasional, ia perlu memenuhi beberapa syarat hukum internasional. Beberapa di antaranya adalah memiliki suatu wilayah, sejumlah penduduk, dan satu pemerintahan. PDRI yang bertujuan untuk mengisi kekosongan pemerintahan menggenapkan syarat yang terakhir.

Sebenarnya, pertimbangan untuk memindahkan pusat pemerintahan di Sumatra sudah dilakukan sebelum Yogyakarta jatuh.

Dikutip dari Majalah Tempo edisi 16 Agustus 1980,  Syafruddin Prawiranegara menyertai Hatta untuk meninjau Sumatra. Jika Belanda menyerang, maka dari sanalah Hatta akan memimpin pemerintahan. Namun, mendadak Hatta harus kembali ke Yogyakarta untuk menghadiri pertemuan dengan Komisi Tiga Negara di Kaliurang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PDRI berdiri di sebuah perkebunan teh. Dari sana, pejabat-pejabat dan staf PDRI bergerak ke Riau. Kemudian, menyusuri Sungai Kampar lalu ke Bangkinang dan kembali ke Sungai Dareh.

Perjalanan masih berlanjut hingga ke Solok, dekat Alahan Panjang. Namun, di Koto Tinggilah markas PDRI. Dari desa-desa itu, PDRI berhubungan dengan Menlu Maramis yang berada di India. Tak hanya itu, hubungan juga dilakukan dengan PBB lewat L.N. Palar.

Sjafruddin Prawiranegara tak hanya menjabat sebagai ketua PDRI, tetapi ia juga menjabat sebagai Menteri Kemakmuran dan Menteri Luar Negeri sementara PDRI. Terdapat beberapa menteri lain yang menjabat di PDRI, yaitu Mr. Tengku Moh. Hasan (Menteri Dalam Negeri Agama), Mr. Lukman Hakim (Kehakiman/Keuangan), Ir. Indra Tjahja (Perhubungan), Ir. Sitompul (PU), Mr. St. Moh. Rasjid (Sosial dan Pemuda), dan A.A. Maramis (Menteri Luar Negeri).

RYZAL CATUR ANANDA SANDHY SURYA
Baca juga : Mengenang Sjafruddin Prawiranegara Presiden RI ke 2 Putra Serang Banten

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus