Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta- Peneliti LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Chaikal Nuryakin menuturkan, dalam risetnya ditemukan adanya pertumbuhan akses masyarakat terhadap layanan inklusi keuangan. Baik melalui Laku Pandai ataupun layanan keuangan digital. Berdasarkan hasil riset tersebut, tingkat inklusi layanan laku pandai mencapai 43 persen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Akses terhadap laku pandai mendorong pertumbuhan kepemilikian rekening menjadi 25 persen dan layanan keuangan digital sekitar 5 persen,” tutur Chaikal di Hotel Borobudur, Selasa, 10 April 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Chaikal, biaya akses yang lebih rendah menjadi salah satu alasan masyarakat beralih ke laku pandai. Kualitasnya pun, kata Chaikal, lebih baik dibandingkan dengan layanan keuangan non bank dan non formal lainnya,
Chaikal menyarankan, agen laku pandai sebaiknya juga dibekali dengan sarana dan sistem pembukaan rekening yang sederhana. Sehingga pertumbuhan akses layanan iklusi keuangan sejalan dengan pertumbuhan pembukaan rekening baru.
Hambatan yang masih terjadi dalam pertumbuhan inklusi, ujar Chaikal, dikarenakan sebagian responden belum mengetahui adanya layanan tersebut. “Indikasi lainnya ada biaya yang lebih tinggi terutama untuk penarikan,” tutur Chaikal.
Penelitian tersebut dilakukan di 10 provinsi dan 22 kabupaten dan kota, terdapat 1.38 responden, yang terdiri dari 223 pengguna layanan keuangan digital, 448 pengguna laku pandai, dan 357 bukan pengguna kedua layanan tersebut.
Baca berita lainnya tentang Laku Pandai di Tempo.co.