Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Harga Bitcoin masih bertengger di kisaran US$ 35.000 pada perdagangan kemarin, Kamis, 9 November 2023 yang menunjukkan tren kenaikan yang melambat. Namun, para analis meyakini bahwa Bitcoin memiliki potensi untuk bergerak ke atas, didukung oleh beberapa faktor, termasuk akumulasi Bitcoin yang konsisten dan lingkungan makroekonomi yang lebih akomodatif.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Trader Tokocrypto Fyqieh Fachrur mengatakan salah satu faktor yang mendukung harga Bitcoin adalah akumulasi Bitcoin yang konsisten oleh investor jangka panjang. Menurut data Glassnode, jumlah Bitcoin yang dimiliki oleh investor jangka panjang terus meningkat dalam beberapa bulan terakhir.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Menurut Fyqieh, pasokan Bitcoin sangat terbatas, dan sebagian besar Bitcoin dimiliki oleh orang-orang yang berencana untuk menyimpannya untuk jangka waktu yang lama. Akibatnya, ada peningkatan yang luar biasa dalam jumlah Bitcoin yang diakumulasi oleh orang-orang ini seiring berjalannya waktu. “Hal ini menyebabkan harga Bitcoin masih kuat," ujar Fyqieh lewat keterangan tertulis dikutip pada Jumat, 10 November 2023.
Dia juga menjelaskan faktor lainnya yang mungkin mendukung harga Bitcoin adalah nada dovish (identik terbang sampai ke titik terginggi) yang disampaikan beberapa pejabat The Fed—lembaga yang bertanggung jawab atas pengawasan, pengaturan, dan pengendalian sistem keuangan di Amerika Serikat. Dovish dalam konteks ini mengacu pada sikap The Fed yang cenderung lebih memilih kebijakan moneter yang akomodatif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Kebijakan ini, kata Fyqieh, biasanya berdampak positif terhadap aset berisiko seperti saham dan kripto karena menurunkan daya tarik investasi pada aset yang dianggap lebih aman seperti obligasi. "Meski ada nada dovish tersebut, Bitcoin tampaknya memilih untuk bergerak sideways atau mendatar, menunjukkan ketidakpastian pasar,” kata dia.
Selain itu, para investor sepertinya memilih untuk bersikap hati-hati menjelang perilisan data inflasi Amerika Serikat dan kabar potensi penutupan (shutdown) pemerintah Negeri Paman Sam itu. Ditambah lagi, ketidakpastian pasar yang tinggi membuat investor ragu untuk mengambil posisi yang agresif.
“Mereka lebih memilih untuk menunggu untuk melihat data dan perkembangan sebelum mengambil keputusan investasi," tutur Fyqieh.
Laporan Indeks Harga Konsumen (CPI) bulan Oktober 2023 akan dirilis pada 14 November 2023. Inflasi secara umum diperkirakan akan terkendali dari bulan ke bulan. Namun, tren yang mendasarinya mungkin masih mengkhawatirkan Federal Reserve menjelang keputusan suku bunga berikutnya yang dijadwalkan pada 13 Desember.
Mengenai isu makroekonomi yang lebih besar, pada 17 November 2023, pemerintah Amerika dihadapkan pada batas waktu untuk menemukan sumber utang baru guna menghindari shut down pemerintah. Sejarah menunjukkan bahwa kemungkinan akan terjadi penambahan utang baru, yang dapat menjadi faktor positif bagi pasar mata uang kripto termasuk Bitcoin.
"Jika pemerintah Amerika memutuskan untuk meningkatkan utang, Bitcoin mungkin akan mengalami kenaikan harga,” kata Fyqieh. “Kedua tanggal, 14 November dengan rilis CPI dan 17 November dengan deadline utang pemerintah Amerika, menjadi momen krusial yang bisa mendefinisikan arah pergerakan Bitcoin dalam waktu dekat.”
Pilihan Editor: Mengenal Crypto, Jenis, dan Cara Kerjanya