Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Migran Honduras Sarahi yang sedang hamil 8 bulan, menerima perawatan pranatal dari Iris Ariadna Cruz dan Mirel Yolotzin bidan tradisional di gereja Our Lady of the Solitude di Mexico City, Meksiko, 6 November 2024. REUTERS/Gustavo Graf
Migran Venezuela Marliana, yang sedang hamil 6 bulan, menerima perawatan pranatal dari bidan tradisional Leticia Palomino dan Sandra Hernandez di Gereja Our Lady of the Solitude di Mexico City, Meksiko, 11 September 2024. REUTERS/Gustavo Graf
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bayi digambar oleh Mirel Yolotzin, seorang bidan tradisional di perut ibunya migran Venezuela Grizelda, yang sedang hamil 7 bulan, saat mendapatkan perawatan pranatal di gereja Our Lady of the Solitude di Mexico City, Meksiko, 11 September 2024. REUTERS/Gustavo Graf
Migran Ekuador Ariana, yang sedang hamil 8 bulan berbaring di tendanya saat bidan tradisional Mirel Yolotzin memberikan perawatan pranatal di sebuah kamp yang terletak di luar gereja Our Lady of the Solitude, tempat para migran dapat tinggal selama berbulan-bulan sambil menunggu janji suaka melalui aplikasi CBP One Mobile di Mexico City, Meksiko, 25 September 2024. REUTERS/Gustavo Graf
Migran Honduras Sarahi yang sedang hamil 8 bulan, menerima perawatan pranatal dari Iris Ariadna Cruz dan Mirel Yolotzin bidan tradisional di gereja Our Lady of the Solitude di Mexico City, Meksiko, 6 November 2024. REUTERS/Gustavo Graf
Mirel Yolotzin, seorang bidan tradisional menunjukkan foto migran Honduras Sarahi dan bayinya yang baru lahir Isaac yang lahir di AS setelah melintasi perbatasan dengan janji suaka melalui aplikasi CBP One Mobile, di gereja Our Lady of the Solitude di Mexico City, Meksiko, 20 November 2024. REUTERS/Gustavo Graf
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini