Keturunan Raja Sanggar, Syamsu Rizal atau yang akrab disapa Pak Sanggar berpose saat difoto bersama beberapa peninggalan kerajaan Sanggar di Desa Sanggar, Bima NTB, 24 Maret 2015. Kerajaan Sanggar meruapakan salah satu kerajaan yang berada di Pulau Sumbawa Nusa Tenggara Barat. TEMPO/M IQBAL ICHSAN
Suasana makam raja Kerajaan Sanggar di Desa Sanggar, Bima Nusa Tenggara Barat, 15 Maret 2015. Dikabarkan, letusan gunung Tambora telah melenyapkan tiga kerajaan di Sumbawa yakni, Kerajaan Tambora, Kerajaan Pekat dan Kerajaan Sanggar. TEMPO/M IQBAL ICHSAN
Suasana makam raja Kerajaan Sanggar di Desa Sanggar, Bima Nusa Tenggara Barat, 15 Maret 2015. Menurut warga, Kerajaan Sanggar berhaisl melarikan diri jelang meletusnya Gunung Tambora pada April 1815 sehingga Kerajaan Sanggar salah satu kerajaan yang masih ada hingga kini. TEMPO/M IQBAL ICHSAN
Seorang warga keturunan Sanggar, Suhada menunjukan barang-barang antik masa Kerajaan Sanggar di Desa Sanggar, Bima Nusa Tenggara Barat, 15 Maret 2015. Sanggar kini hanyalah sebuah kecamatan di Kabupaten Bima. Raja Sanggar terakhir, Abdullah Siamsuddin telah menyerahkan kekuasaanya kepada Bima. TEMPO/M IQBAL ICHSAN
Batu Nisan pada salah satu makam Raja Kerajaan Sanggar yang berbentuk stupa di Desa Sanggar, Bima Nusa Tenggara Barat, 15 Maret 2015. Sebelum menjadi kerajaan Islam, Sanggar adalah kerajaan Hindu-Buddha yang berdiri pada abad ke-11. TEMPO/M IQBAL ICHSAN
Anak gunung Tambora, Doro Tabe dengan latar belakang Gunung Tambora difoto dari desa piong, Sanggar, Bima Nusa Tenggara Barat, 15 Maret 2015. Warga keturunan Sanggar mengatakan bahwa Kerajaan Sanggar memiliki sendiri yakni, Kore. Bahasa tersebut mirip dengan bahasa Mon-Khmer di Kamboja. TEMPO/M IQBAL ICHSAN