Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Suku, Nasi Campur Bali di Tempat Nongkrong Pantai Fremantle

Awal Indria, membuka Suku di Pantai Fremantle, lantaran tidak ada satupun restoran Indonesia yang seramai restoran negara Asia lainnya.

4 September 2022 | 21.02 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Restoran Suku di Fremantle. Tempo/Cheta Nilawaty

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Perth -  Pantai Fremantle adalah salah satu tujuan wisata yang wajib dikunjungi di barat Australia. Selain karena sejarahnya sebagai tempat pelabuhan pertama orang Eropa menginjakkan kaki di Australia, Fremantle juga terkenal sebagai salah satu tempat nongkrong dengan berbagai macam restoran.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Salah satu tempat yang wajib dikunjungi adalah restoran Indonesia bernama Suku. Tempat makan asli Indonesia ini menyajikan maskan Bali seperti nasi campur dan bebek bengil. Terletak di area bernama Fomo, di Jalan William Street, Fremantle, restoran ini buka sejak pukul 09.30 pagi hingga pukul 07.00 malam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menu Suku yang paling terkenal adalah Nasi Campur Bali dan Bubur Ketan hitam. Dua menu andalan ini memiliki rasa yang sangat otentik dan lezat. Penggemar dua menu ini tidak hanya pelanggan dari Indonesia, melainkan pula warga asli Australia.

Lahir dan besar di Bali banyak menumbuhkan cinta Indria Zulkarnaen, pemilik Suku,  terhadap makanan Bali yang selalu berlimpah rempah. Ia banyak mengambil inspirasi dari nasi campur, ayam betutu, nasi bungkus warung pojok, dan tempat nasi ayam di Bali.

Nasi Campur Bali di restoran Suku, Fremantle. Tempo/Cheta Nilawaty

"Saya mencoba menginterpretasikan menu menu tersebut di Nasi Bali ini," ujar Indria Zulkarnaen, saat diwawancara Tempo di Pantai Fremantle, 27 Agustus 2022.

Suku dibuka pertama kali pada Maret 2019 berupa food stall di pasar Fremantle. Maksud awal Ria - begitu panggilan Indria, membuka Suku lantaran tidak ada satupun restoran Indonesia yang seramai restoran negara Asia lainnya.

"Awal pindah ke Perth tahun 2012 rindu makanan Indonesia, saya lihat di setiap sudut selalu ada Indian food, Chinese food, Japanese, Mexican dan beberapa makanan khas Asia Tenggara lainnya dan saya merasa kurangnya makanan Indonesia di Perth pada waktu itu," kata Ria.

Tidak mudah bagi Ria memperkenalkan makanan Indonesia kepada warga Australia, kendati sebagian besar dari warga Australia sering mengunjungi Bali. Masih banyak yang kurang paham bahwa makanan Indonesia sangat beragam, banyak pula yang tidak bersedia untuk mencoba pada saat ditawarkan. "Tapi kami selalu coba dan menjelaskan tentang makanan dan budaya Indonesia," ujar Ria.

Bubur Ketan Hitam di restoran Suku, Perth. Tempo/Cheta Nilawaty

Secara formal, Ria tidak memiliki latar belakang dunia kuliner. Namun perempuan kelahiran Bali ini telah bekerja di bidang hospitality atau perhotelan.lebih dari 8 tahun. Ia juga mendapat banyak pengetahuan dari acara masak memasak di televisi, yang diampu beberapa chef seperti Aroma oleh Sisca Soewitomo, Selera Nusantara-Rudy Choirudin, Santapan Nusantara-Enita Sriyani,Allez Cuisine, Gula-gula-Barra Pattiradjawane, chef Tatang, Ala Chef-Farah Quinn, dan Rahasia Dapur kita-Berliana.

Kini Suku menjadi salah satu tempat makan yang digemari tidak hanya oleh warga Indonesia di Perth. Liburan musim panas dan liburan sekolah menjadi waktu utama Suku dikunjungi warga lokal Australia.

"Orang orang di sini sangat supportif, mulai dari bawain kami jajanan setiap minggu, kadang bahan makanan yang ditanam di belakang rumah mereka, ada yang bawain bunga kadang sampai ada yang bawain wine," kata Ria mengenai pelanggannya.Ria berharap omset Suku bisa mencapai Aus$ 1 juta.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus