Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Penelitian dari divisi kesehatan P&G memperkirakan satu dari 10 orang dewasa di dunia menderita neuropati perifer atau kematian saraf tepi. Jumlah ini lebih besar pada pasien diabetes, yaitu satu dari dua orang mengalami neuropati perifer. Jumlah ini memiliki penambahan signifikan bila tidak terdeteksi sejak awal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Sebanyak 80 persen orang dengan neuropati perifer tidak menyadari memiliki penyakit ini karena tidak terdiagnosa," ujar wakil presiden senior P&G Asia Pasifik, Timur Tengah, dan Africa, Alok Agrawal, di webinar P&G Health Asia Pacific Virtual Media Roundtable dalam memperingati pekan kesadaran neuropati yang jatuh setiap Mei, Jumat, 19 Mei 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jumlah tersebut hampir sama di setiap negara di dunia. Tidak hanya itu, banyak pasien neuropati yang tidak berbuat apapun terhadap kerusakan saraf dan mengalami kerusakan dan kesakitan dalam diam lantaran tidak terdiagnosa.
Menurut spesialis dan kepala divisi anestesiologi, perawatan intensif manajemen nyeri, perawatan paliatif dan manajemen olahraga dari Rumah Sakit Benedictus Tutzing dan Feldafing, Jerman, Profesor Rainer Freynhagen, terdapat lebih dari ratusan jenis neuropati perifer atau yang lebih populer dengan istilah neuropati. Ini adalah penyakit saraf yang paling banyak menyerang orang dewasa secara global. Neuropati utamanya disebabkan oleh kerusakan sistem saraf yang diakibatkan banyak hal, seperti penyalahgunaan alkohol, peradangan, infeksi penyakit tertentu, kekurangan nutrisi, maupun kekurangan vitamin B12.
"Seperti sudah diungkapkan dalam penelitian sebelumnya bahwa neuropati banyak menyerang pasien diabetes. Sekitar 60-70 persen pasien diabetes dipastikan memiliki neuropati diabetes," ujar Freynhagen.
Ia melanjutkan persentase tersebut bagi sebagian orang hanya berupa angka. Tapi bila dikonversi ke jumlah penduduk dunia, terdapat lebih dari 500 juta penduduk dunia hidup dengan neuropati.
Penderita diabetes bertambah
Dari penelitian ini juga terungkap bahwa jumlah penduduk dunia yang menderita diabetes terus meningkat termasuk di Asia Pasifik. Misalnya India, satu dari tujuh penduduk atau sekitar 40 persen menderita diabetes dan berpotensi mengalami neuropati perifer. Sementara di Indonesia jumlah penderita diabetes bertambah menjadi 44 persen. Malaysia juga mengalami kenaikan jumlah penduduk dengan diabetes yang semakin memburuk sekitar 47 persen, Arab Saudi sekitar 65 persen, dan Singapura 33 persen.
Neuropati perifer memiliki beberapa gejala awal antara lain mati rasa (numbness), kesemutan (tingling), rasa terbakar, rasa sakit seperti tertusuk paku di sekitar telapak kaki, dan rasa seperti kesetrum di sekitar siku atau jari tangan. Lebih lanjut, sensasi rasa tersebut akan diikuti rasa sakit yang luar biasa dan mengakibatkan penurunan kualitas hidup penderita diabetes.
"Tidak heran, banyak pasien diabetes yang menderita neuropati periferal akan mengalami gangguan psikologis seperti depresi, sindrom kekhawatiran, hingga kesulitan tidur," ujar Freynhagen.
Pilihan Editor: Perlunya Orang Gemuk Pemilik Faktor Risiko Skrining Diabetes
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.