Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

2 Cara Mengecek Obesitas, Pemicunya Gaya Hidup Zaman Sekarang

Menentukan orang menderita obesitas atau tidak dapat dilakukan melalui dua cara pemeriksaan. Simak penjelasannya, berikut pemicu obesitas.

5 Maret 2024 | 20.58 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi obesitas. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar Kementerian Kesehatan, kasus obesitas di tanah air terus meningkat dari 15 persen pada 2013 menjadi 25 persen pada 2023. Masyarakat pun diminta mengenali faktor risiko penyebab obesitas dalam rangka peringatan Hari Obesitas Sedunia pada 4 Maret 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Kami mengadakan sejumlah kegiatan memperingati Hari Obesitas Sedunia, salah satunya penyebarluasan informasi tentang obesitas kepada masyarakat," kata Kepala Bidang dan Pengendalian Penyakit P2P di Dinas Kesehatan Kepulauan Riau, Raja Dina Iswanti, di Tanjungpinang, Selasa, 5 Maret 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dina menyebut masih banyak di lingkungan masyarakat, khususnya orang tua, menganggap obesitas itu lucu atau istilah sekarang gemoy. Padahal itu tidak benar sama sekali karena obesitas bukan suatu kondisi yang baik-baik saja.

Menurutnya, obesitas adalah keadaan di mana orang memiliki kelebihan lemak tubuh sehingga dapat berdampak buruk pada kesehatan. Obesitas juga termasuk penyakit seperti demam, yang harus ditata laksana karena ke depan pasti menimbulkan keluhan pada penderita.

"Dengan proporsi tubuh berlebih tentu bisa mengganggu aktivitas sekaligus menurunkan produktivitas. Contohnya, ketika naik tangga terasa nyeri sendi lutut akibat menanggung beban tubuh berlebih," ujar Dina.

Dua cara pemeriksaan
Ia mengatakan untuk menentukan orang menderita obesitas atau tidak dapat dilakukan melalui dua cara pemeriksaan. Pertama, bisa diukur lingkar perut. Untuk standar orang dewasa laki-laki apabila lingkar perut lebih dari 90 centimeter sudah bisa dikatakan obesitas. Sedangkan perempuan kalau lingkar perut lebih dari 80 cm juga sudah termasuk obesitas.

Pemeriksaan kedua yaitu pengukuran indeks massa tubuh atau IMT. Pengukuran dilakukan melalui berat badan berdasarkan kilogram, lalu dibagi tinggi badan kuadrat dalam meter. Bila hasil pembagian di kisaran 18-25 berarti normal. Jika hasil pembagiannya 25-27 gemuk dan lebih dari 27 obesitas.

Adapun faktor obesitas secara medis cukup banyak, antara lain faktor genetik. Dari hasil penelitian, satu orang tua obesitas akan meningkatkan 40-50 persen risiko keturunan obesitas. Kalau dua orang tua obesitas maka 80 persen keturunan juga bisa terkena obesitas.

Kemudian, faktor lingkungan yang saat ini tidak terlalu mendukung aktivitas fisik. Misalnya, minim tempat bagi pejalan kaki atau bersepeda sehingga lebih banyak naik sepeda motor meski dengan jarak relatif dekat. Lingkungan ikut mempengaruhi obesitas. 

Selanjutnya faktor perilaku hidup tak sehat. Contohnya, pola makan dengan gizi tak seimbang. Apalagi kehadiran teknologi pesan antar yang memicu masyarakat banyak memesan makanan siap saji yang belum tentu terjamin kesehatannya.

"Perilaku kurang atau tidur berlebihan hingga stres juga dapat memicu obesitas," ungkap Dina.

Ia menjelaskan kasus obesitas dapat diantisipasi sejak dini dengan cara menerapkan pola hidup sehat, di antaranya tidur cukup. Rata-rata durasi tidur yang baik bagi orang dewasa 8-9 jam per hari. Kemudian, usahakan aktif dalam keseharian dengan menghindari gaya hidup rebahan. Rutin olahraga 150 menit dalam seminggu atau 30 menit per hari, misalnya jalan kaki, bersepeda, hingga berenang.

Selain itu, hindari konsumsi makanan kurang sehat, seperti makanan tinggi gula, garam, kalori. Sebaiknya, makan makanan yang disajikan keluarga di rumah, biasanya lebih sehat dan tentunya memenuhi kaidah nutrisi untuk kesehatan.

"Dampak kesehatan paling ditakutkan dari obesitas ialah mengganggu tekanan darah sehingga bisa memicu penyakit jantung atau berhubungan dengan pembuluh darah," ujarnya.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus