Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

gaya-hidup

Diet Tanpa Obat, Demi Ginjal Sehat

Dewi Rina ceritakan perjalannya melakukan diet sehat tanpa obat. Ia berhasil menurunkan berat badan 18 kilogram dalam 2 tahun dengan atur pola makan.

5 Agustus 2024 | 17.20 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pandangan Dewi Rina soal keju sudah berubah. Ia sudah tidak kalap seperti dulu ketika melihat salah satu makanan favoritnya itu terhidang. Diet tanpa obat menjadi jalan ninjanya untuk bisa terus sehat hingga tua nanti. "Aku tuh dulu suka sekali keju, tapi sekarang biasa saja," kata wanita 46 tahun ini kepada Tempo pada 1 Agustus 2024. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dewi Rina mengaku saat ini ia lebih ahli menahan nafsu makannya. Maklum, selama 2 tahun terakhir, ia sengaja menurunkan berat badan dan mengatur pola makannya demi meningkatkan kesehatan di masa tua. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Isu diet dan menurunkan berat badan sempat menjadi perbincangan di tengah masyarakat setelah selebgram Ella Nanda Sari Hasibuan meninggal dunia karena melakukan layanan sedot lemak di sebuah salon kecantikan di Depok pada pertengahan Juli 2024. Sebenarnya ada banyak pilihan bagi masyarakat yang ingin menurunkan berat badan. Solusinya bisa dengan tindakan seperti sedot lemak yang diawasi dokter, atau bahkan diet sehat tanpa obat-obatan.

Dewi Rina menceritakan perjalannya melakukan diet sehat dengan kunci utama mengatur pola makannya. Semua berawal dari rasa kagetnya melihat berat badannya yang nyaris 80 kilogram pada 2022. "2 kilogram lagi aku 80 kilogram. Kaki aku juga sudah sakit. Aku mikir, kalau nggak buru-buru taubat, (berat badan) aku bisa sampai 100 kilogram nih," katanya yang takut bila tidak bisa berjalan bila alami obesitas. 

Intermittent Fasting

Ia pun langsung mengatur pola makannya menggunakan program diet Intermittent fasting. Intermittent fasting (IF) adalah pengaturan pola makan dengan cara berpuasa, yaitu menggunakan jeda waktu untuk bisa mengonsumsi makanan. Umumnya dilakukan dalam waktu 16 jam berpuasa, dan 8 jam untuk mengkonsumsi makanan. 

Jadi ia mencoba mengurangi jumlah jam makan sehingga tidak banyak yang akan dia konsumsi. "Aku hanya boleh makan antara pukul 10.30 pagi hingga 17.00. Selebihnya, aku minum air hangat saja," katanya. 

Dewi Rina mencari tahu berbagai informasi gizi itu di internet. Ia sering membaca berbagai informasi dari para ahli gizi di dunia maya, atau mengikuti para influlencer terpercaya yang sudah berhasil menurunkan berat badan. Pegawai swasta ini pun rajin mencari tahu berbagai makanan dan minuman yang boleh dan sebaiknya dihindari saat ingin menurunkan berat badan. 

Dari hasil riset intensnya, ia berhenti mengkonsumsi gorengan, tidak lagi makan makanan berminyak, sangat menghindari gula, dan stop makan makanan berbahan dasar terigu. "Ternyata berdampak banget," katanya. 

Sebagai gantinya, ia lebih banyak mengkonsumsi karbohidrat kompleks seperti ubi, singkong, jagung. Untuk tambahan serat dan gula, ia lebih banyak konsumsi buah potong. "Buah potong ya, jangan jus. Karena kalau jus sudah banyak gulanya," katanya. 

Buah biasanya ia konsumsi sesaat setelah ia membuka 'jendela' makannya. Untuk mengawali waktu makan, Dewi Rina biasanya akan mengkonsumsi pepaya atau alpukat tanpa gula dan susu. Menurutnya, kedua buah itu cukup ramah di kantong, enak dan juga baik manfaatnya. Lain waktu, ia juga tidak lupa mengkonsumsi protein. Ia masih mengkonsumsi ayam, ikan atau sedikit daging.

Yang menjadi perhatian utamanya saat mengkonsumsi protein adalah soal cara pengolahan proteinnya. "Kalau tidak dibakar, ditumis, kukus atau ditaruh di air fryer. Yang penting tidak digoreng," katanya yang juga tidak lupa makan banyak sayur.  

Ia pun mengaku masih mengkonsumsi santan. Namun kuantitasnya sangat jarang, yaitu 2 pekan sekali. Tak jarang, ia mengubah minyak untuk tumisannya dengan air demi mengurangi konsumsi minyak goreng. 

Dewi Rina memasak semua makanannya sendiri. Sebenarnya ia sempat ditawarkan katering sehat yang harganya minimal Rp 50 ribu perporsi, namun menurutnya, ia bisa menyajikan makanan serupa dengan harga yang lebih murah. Dengan menyiapkan menu pilihannya pun ia bisa lebih leluasa berkreasi. "Diet tidak harus mahal kok," katanya. 

Perubahan pola makan itu, sangat berbeda dengan cara makannya sebelum melakukan diet. Dewi Rina sadar kuantitas dan kualitas makanannya sebelum diet sangat berlebih. Hal itu pula yang ia yakini membuatnya semakin gemuk. 

"Aku makan terus. Setelah makan 3 kali sehari, aku suka ngemil bakso lalu makan siomay, lalu tambah makan donat. Belum lagi tambahan minum kopi susu lengkap dengan gula aren. Aku juga dulu kurang gerak," katanya mengakui kebiasaan buruknya. Intermittent fasting ia yakini membuat intensitas makannya sangat berkurang, lalu ia pun membatasi asupan kalorinya setiap makan. 

Tantangan Diet

Tantangan paling dirasakannya terjadi di tahap awal berdiet. Ia masih sering merasa lapar saat menjalani puasa. Untuk menanganinya, ia pun terus minum air hangat. Menurutnya tidak masalah ketika ia harus berkali-kali buang air kecil karena terlalu banyak minum, karena air putih hangat tidak memiliki kalori. Minum air putih banyak pun membuat laparnya hilang. Rasa lapar ingin craving dirasakannya sekitar 2 pekan pertama saat memulai diet. Namun motivasinya ingin sehat sampai tua, membuatnya bertahan.

Tantangan lain yang sangat berat baginya ketika menjalani diet adalah tidak makan terigu dan tidak jajan. Dewi Rina suka sekali mi instan, kue-kue, hingga roti. Ia mengaku sebenarnya tetap makan makanan kesukaannya itu, namun dengan kuantitas yang sangat kecil. "Aku tetap ada cheating day, 1 hari dalam sepekan. Boleh jajan, tapi jumlah kecil saja. Agar tidak gila," katanya sambal guyon.

Alih alih makan mi instan, ia pun mengubah mi spesialnya itu dengan mi shirataki dengan tambahan banyak sayur, ditambah dengan lauk. 

Mengatur pola makan saja tidak cukup bagi Dewi Rina. Ia juga melakukan olahraga. Dewi Rina lebih banyak jalan kaki minimal 5 kilometer setiap hari, atau berenang. Ia lebih suka berolahraga di luar ruangan sambil menikmati sinar matahari pagi dibanding olahraga dalam ruangan. 

Dukungan Suami

Salah satu yang membuat Dewi Rina bersememangat dalam melakukan diet adalah karena suaminya, Gilang Rahadian ikut melakukan diet serupa. "Agar semangat, dietnya sama pasangan. Kalau sendiri, itu kurang motivasi," katanya.

Hasilnya tidak main-main, dalam 2 tahun diet tanpa obat, Dewi Rina sudah berhasil menurunkan berat badan sebanyak 18 kilogram dari awalnya 78 kilogram. Sedangkan Gilang yang memiliki tinggi 1,64 meter berhasil menurunkan berat badannya sebanyak 24 kilogram menjadi 60 kilogram. "Gilang lebih banyak turunnya karena dia olahraganya kenceng, tambah main sepeda. Cheating-nya juga lebih sedikit dibanding aku," kata Dewi Rina yang saat ini memiliki berat badan 60 kilogram dengan tinggi 1,59 meter. 

Dewi Rina merasa lebih ringan saat bergerak setelah menurunkan berat badannya. Ia pun merasa lebih segar. "Setelah diet, aku juga jadi jarang sakit. Ketika dulu badan itu suka masuk angin, dan sering pilek, sekarang alhamdulillah lebih segar," katanya. 

Diet Tanpa Obat

Kebiasaannya makan dengan defisit kalori masih dijalaninya hingga saat ini. Selama menjalani diet, Dewi Rina pun kerap mendapatkan tawaran untuk mencoba pola diet beragam. Seperti mengkonsumsi obat-obatan pelangsing, atau mengkonsumsi susu protein tinggi. Semua ditolaknya. 

Dewi Rina sangat takut bila ginjalnya rusak bila mengkonsumsi pil-pil pelangsing itu. Ia pun menilai minum susu tinggi protein justru membuatnya tambah gemuk, karena kalori di protein itu juga tinggi. "Ketika kita minum susu protein kan bisa tetep lapar. Jadi aku paling cocok dengan diet intermittent fasting," katanya. 

Konsistensi menjadi kunci Dewi Rina berhasil menurunkan berat badan. Ia pun selalu ingat tujuannya untuk diet, yaitu agar menjadi lebih sehat di masa tua nanti. Namun bagi masyarakat yang ingin diet, ia menyarankan agar lebih banyak riset dan memahami kondisi diri. "Semua informasi gizi dan diet sudah banyak sekali di internet, tapi balik lagi ke kita motivasi dan konsistensinya bagaimana," katanya. 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus