Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pencerita makanan Ade Putri Paramadita berbagi pengalaman untuk wisata kuliner di Jakarta. Dari sekian banyak pedagang makanan yang menawarkan kuliner autentik Jakarta, menurutnya terdapat tiga tempat yang berkesan, yaitu Laksa Betawi Assirot, Mie Kangkung Si Jangkung, dan Nasi Ulam Misjaya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Laksa Assirot di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. itu luar biasa enak. Belum makan lauknya, baru kuahnya saja itu bumbunya luar biasa banyak dan sangat kompleks," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kemudian, Mie Kangkung Si Jangkung di Gang Gloria, Glodok, Jakarta Barat. Menurut Ade, keistimewaan mi ini adalah campuran daging ayam yang dibumbui rasa manis. "Dan, ada udangnya juga, kuahnya gurih manis, dan kangkungnya tidak sampai terlalu matang. Jadi masih ada renyahnya, tapi sudah benar-benar matang," ujarnya.
Selain itu, Nasi Ulam Misjaya di depan Kelenteng Toasebio, Glodok, Jakarta Barat. Menurut dia, hal yang istimewa dari Nasi Ulam Misjaya banyak menggunakan lauk. Ia menambahkan yang membuat nasi ulam tersebut semakin sedap adalah perpaduan kacang goreng yang ditumbuk dan bihun. "Segala macam itu membuat jadi nikmat," ucapnya.
Secara singkat, Ade sempat menceritakan bahwa latar belakang resep Nasi Ulam Misjaya dianggap mempengaruhi rasa. "Ada orang Tionghoa mengasih resep untuk tiga orang, tapi yang masih berjualan sampai sekarang Pak Misjaya itu," katanya.
Pada 1960-an, Misjaya, dan dua orang temannya, bekerja dengan seorang Tionghoa pedagang nasi ulam bernama Cek Lam Seng. Namun, saat Cek Lam Seng tak lagi meneruskan usaha kulinernya, resep nasi ulamnya ia wariskan kepada Misjaya dan dua orang temannya itu. Namun sampai saat ini, hanya Misjaya saja yang mempertahankan resep itu dan terus berjualan sampai sekarang.
"Mungkin sejarah mempertahankan resep itu yang membuat nasi ulam Pak Misjaya menjadi nikmat," tuturnya.