Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Hubungan kodependen mengacu pada pola hubungan yang tak seimbang. American Psychological Association merumuskan kodependensi sebagai keadaan saling bergantung. Seseorang secara psikologis bergantung atau dikendalikan orang lain.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Mengutip Verywell Mind, hubungan kodependen satu orang memikul tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan orang lain dengan menyampingkan kebutuhan atau perasaannya sendiri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Hubungan kodependen terjadi ketika masing-masing pasangan melepaskan tanggung jawab terhadap diri sendiri. Biasanya, satu pihak pasangan bertindak sebagai pengambil, dan yang lain bertugas seperti penjaga.
Ciri efek buruk hubungan kodependen
1. Mengabaikan perasaan sendiri
Mengutip Mind Body Green, dalam hubungan kodependen ada upaya mementingkan perasaan pasangan. Tapi, itu cenderung mengabaikan perasaan, bahkan sering tak memahami perasaan sendiri. Kondisi ini pihak penjaga,
2. Tak merasa nyaman saat bersama
Kondisi ini bisa saja ketika merasa stres di dekat pasangan sering merasa kesal dan frustrasi. Cirinya terasa santai di dekat orang lain daripada bersama pasangan. Tak ada rasa kesenangan dan kasih sayang saat bersama pasangan. Ada kecenderungan merasa kesepian ketika bersama pasangan.
3. Melakukan apa pun untuk persetujuan pasangan
Penilaian diri mungkin terwujud saat mendorong untuk terlihat baik mendapat perhatian dan persetujuan dari pasangan
4. Pertengkaran karena keputusan
Sering bertengkar dan saling menyalahkan atas keputusan tertentu.
5. Hubungan terasa stagnan
Hubungan terasa seperti terjebak dan kebingungan mengembalikan kehidupan yang sewajarnya bersama pasangan. Muncul anggapan menjalin hubungan dengan pasangan yang salah.
Penyebab hubungan kodependen
Mengutip Mind Body Green, kodependensi dihasilkan dari ketakmampuan sepenuhnya mencintai diri sendiri, terlepas dari perhatian orang lain. Pasangan sering menjadi kodependen, karena tak bisa mengenali nilai sendiri tanpa merasa diperhatikan atau dibutuhkan oleh orang lain. Kodependensi disebabkan rasa penolakan diri dan pengabaian.
“Dasarnya, ini karena konsep diri dan batasan yang buruk. Itu termasuk ketakmampuan untuk berpendapat atau mengatakan tidak,” kata konselor Mark Mayfield.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.