Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Semakin berkembangnya zaman, kebutuhan hidup juga kian meningkat dan bervariasi. Namun orang-orang sering terjebak dalam budaya konsumtif dan membeli barang-barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan yang akhirnya berpengaruh pada kemampuan finansial. Lantas, apakah yang menjadi alasan atau penyebab dari kebiasaan orang membeli barang yang tidak diperlukan itu?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir dari laman Psychology Today, seperti yang ditunjukkan oleh Piramida Kebutuhan Maslow, manusia sebenarnya tidak membutuhkan banyak hal untuk bertahan hidup di zaman modern ini. Makanan, tempat tinggal, dan pakaian adalah kebutuhan pokok.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun di luar itu, banyak dari apa yang orang-orang beli sebenarnya tidak diperlukan untuk bertahan hidup. Misalnya, manusia tidak membutuhkan kopi seharga $5, sepuluh atau dua puluh pasang sepatu, televisi, hingga mobil Tesla. Tapi pada kenyataannya, hampir sebagian besar orang-orang terlibat dalam konsumsi barang yang tidak esensial yang menimbulkan pertanyaan mengapa hal ini terjadi.
Hal itu juga tidak terlepas dari informasi yang tersebar di internet, terutama media sosial yang dapat mempengaruhi seseorang untuk melakukan pembelian terhadap suatu barang atau jasa. Berbagai macam iklan, perbandingan dengan orang lain, dan keinginan untuk merasa lebih baik sering membuat seseorang tergoda untuk terus membeli lebih banyak. Padahal, acap kali apa yang dibeli justru tidak memberikan kebahagiaan atau kepuasan jangka panjang.
Karena itu, sangat penting untuk memahami mengapa ada beberapa orang yang cenderung membeli lebih banyak hal dari yang sebenarnya diperlukan. Dengan mengetahui alasan di balik kebiasaan ini, tentu ke depannya akan mempengaruhi cara berpikir terhadap suatu barang sehingga bisa mulai membuat keputusan yang lebih bijak dalam mengelola keuangan dan fokus pada hal-hal yang benar-benar memberi nilai lebih dalam hidup.
Dikutip dari laman Becoming Minimalist, berikut tujuh alasan orang-orang membeli lebih banyak barang yang sebenarnya tidak diperlukan:
1. Berpikir bahwa membeli barang akan menghadirkan rasa aman
Logika individu berjalan seperti ini: jika memiliki beberapa barang material memberikan keamanan (atap, pakaian, transportasi yang andal), memiliki lebih banyak pasti akan memberikan lebih banyak keamanan. Namun setelah memenuhi kebutuhan dasar, keamanan yang sebenarnya didapat dari kepemilikan barang jauh lebih rapuh dari yang orang tersebut kira. Semua barang itu bisa rusak, hilang, atau usang. Dan mereka bisa lenyap lebih cepat dari yang disadari.
2. Mengira membeli barang akan membuat bahagia
Tak ada yang akan mengakui bahwa mereka mencari kebahagiaan dalam barang material—orang-orang hanya hidup seolah-olah mereka melakukannya. Orang-orang membeli rumah yang lebih besar, mobil yang lebih cepat, teknologi yang lebih canggih, dan mode yang lebih trendi dengan harapan akan menjadi lebih bahagia karenanya. Sayangnya, kebahagiaan yang didapat dari kepemilikan barang berlebih seringkali hanya sementara.
3. Lebih mudah terpengaruh iklan
Rata-rata setiap orang melihat 5.000 iklan setiap hari. Setiap iklan menyampaikan pesan yang sama, "hidup Anda akan lebih baik jika Anda membeli produk kami". Karena sering mendengar pesan ini, individu yang melihatnya mulai mempercayainya tanpa sadar. Ini bukan berarti semua iklan buruk, tapi setiap orang perlu sadar bahwa pesan iklan tersebut lebih memiliki pengaruh lebih besar dari yang dipikirkan.
4. Ingin membuat orang lain terkesan
Dalam masyarakat yang kaya, rasa iri sering menjadi pendorong utama. Setelah kebutuhan dasar dapat terpenuhi, konsumsi menjadi cara untuk menunjukkan kekayaan, status, dan kesuksesan tiap individu kepada orang lain.
5. Rasa iri pada orang yang punya lebih banyak
Membandingkan diri dengan orang lain adalah hal yang biasa. Setiap orang melihat apa yang orang lain beli, pakai, dan kendarai. Budaya yang ada pun mendorong perbandingan ini, dan seringkali sebagian orang membeli barang yang tidak ia butuhkan hanya karena teman-teman atau orang di sekitarnya juga melakukannya. Budaya yang fokus pada kelebihan seringkali salah dalam mendefinisikan kesuksesan sejati.
6. Mencoba menutupi kekurangannya
Sebagian orang sering mencari rasa percaya diri lewat pakaian yang digunakan atau mobil yang dikendarai. Orang-orang ini merasa lebih baik setelah membeli barang-barang yang tidak perlu, padahal itu tidak akan membuat dirinya benar-benar bahagia. Hal ini malah membuatnya tidak pernah menghadapi masalah sebenarnya.
7. Lebih egois daripada yang dipikirkan
Mungkin sulit untuk diterima, tapi sebenarnya semua orang memiliki sifat egois dan ingin memiliki lebih banyak. Sepanjang sejarah, orang-orang mencari lebih banyak barang dengan cara yang tidak baik, seperti dengan kekerasan atau kebohongan. Sayangnya, sifat egois ini masih ada sampai sekarang.
Barang-barang berlebih tidak membuat hidup lebih baik. Justru membeli barang yang tidak kita butuhkan membuat orang-orang kehilangan kesempatan untuk merasakan hal-hal yang lebih berharga. Karena itu, sudah seharusnya lebih banyak orang menyadari tenang hal ini dan berhenti melakukan ini.