Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Anthony, anak laki-laki 15 tahun itu, tampak nyaman duduk di kursi roda. Tangannya bergerak-gerak. Dia tertawa terbahak-bahak menonton acara televisi Dorce Show. Anak berperawakan tinggi kurus, tampan, dan suka senyum ini juga senang bercanda dengan dua adiknya, Gabriella Anabella, 11 tahun, dan Giovanni, 8 tahun. Ibunya, Lanneke Alexander, 41 tahun, punya mimpi, suatu saat nanti dia bisa melihat putra sulungnya berjalan.
Duduk, tangan bergerak, tertawa atau menangis, dan melakukan gerakan sederhana lainnya, adalah prestasi besar Anthony. Sebelumnya, penderita palsi serebral—gangguan pada otak yang mengakibatkan kekakuan anggota badan—ini lumpuh. Kedua kaki dan tangannya kaku. Leher dan tubuhnya lunglai, seperti tidak memiliki tulang belakang. Kalaupun bergerak, gerakan Anthony sering tak terkontrol.
Namun, berkat metode Glenn Doman yang dikenal Lanneke dari temannya, kini kondisi Anthony sudah jauh lebih baik. Lanny, demikian sang Ibu biasa disapa, berani mencoba terapi ini ketika Anthony berusia empat tahun karena melihat sendiri bagaimana seorang anak penderita palsi serebral, bernama Marco, bisa berjalan, membaca, dan berhitung. Padahal, semula kondisinya tak kalah payah dibanding sang buah hati.
Sayang, Marco yang sudah ”sembuh” meninggal pada usia 10 tahun (1999), karena tersedak ketika makan roti. Anak penderita palsi serebral biasanya makan makanan yang dihaluskan. Andaikan si penderita sudah dalam keadaan sehat optimal dan relatif mandiri, makanannya pun harus dalam potongan kecil, karena otot kerongkongan mereka tidak bisa bergerak dengan baik.
Untungnya Lanny gigih sekaligus sabar mendampingi anaknya mendapat terapi Glenn Doman (lihat infografik: Bergerak... Bergerak...). Anthony dilatih fisioterapi seminggu tiga kali, melakukan beberapa gerakan sederhana. Tapi diakui Lanny, latihan sering tak berjalan maksimal. ”Soalnya saya sering tidak tega,” tuturnya. Setiap hari punggung Anthony diusap-usapnya dengan handuk perasan air panas untuk merangsang saraf.
Praktisi Glenn Doman, Steve Susanto, menjelaskan bahwa metode yang ditemukan Profesor Glenn Doman pada 1940 ini memang memberikan harapan baru bagi penderita palsi serebral dan cedera otak lainnya, seperti autis. Dalam metode ini ada keyakinan bahwa otak yang rusak biasanya cuma sebagian kecil. Jadi masih ada harapan pulih. Cara pengobatan ini pun bisa dilakukan sendiri oleh orang tua di rumah, sehingga tak perlu mengeluarkan banyak biaya.
Dokter Amendi Nasution, spesialis rehabilitasi medis dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, setuju dengan penerapan metode Glenn Doman terhadap penderita palsi serebral. Penderita biasanya menderita kerusakan otak ketika otak belum matang—otak manusia matang pada usia lima tahun. Nah, jika penderita sering mendapat rangsangan di bagian otak yang tidak rusak, kemajuan yang diperoleh, menurut Dokter Amendi, bisa mencapai 90 persen. Selain itu, anak-anak ini juga mendapat terapi okupasi agar bisa melakukan kegiatan sehari-hari sendiri, seperti makan dan mandi.
Metode Glenn Doman sebetulnya sudah lama dikenal di Indonesia. Tapi biasanya metode ini dipakai untuk meningkatkan kecerdasan majemuk (multiple intelligence) pada bayi usia dini. Dan baru belakangan ini metode ini dimanfaatkan untuk mengatasi palsi serebral dan autis. Sekarang metode ini mulai diperkenalkan di Indonesia. Pada Sabtu dua pekan lalu, sebuah seminar mengenai metode ini digelar di Jakarta.
Palsi serebral bisa diketahui pada tahap yang masih dini, tapi sering luput dari perhatian orang tua karena ketidaktahuan. Namun, pada kasus Anthony, Lanny sebenarnya sudah merasakan ”ada yang salah” pada anaknya sejak dia lahir—meskipun dokter yang membantu persalinan menyatakan dia normal dan baik-baik saja. Bulan demi bulan berlalu, Lanny mulai menangkap keganjilan. ”Sampai umur lima bulan, gerakan Anthony sangat terbatas, dia belum bisa mengangkat kepala,” tuturnya. Kala itu ia belum tahu apa penyakit anaknya.
Lanny dan suaminya sempat pergi ke Cina, Singapura, dan Australia, untuk mencari tahu. Akhirnya, Lanny menemukan jawabannya setelah membaca buku. Kemudian diketahui, setelah darah Anthony diperiksa di laboratorium, penyebab kelumpuhan Anthony adalah parasit toksoplasma, yang biasanya dibawa binatang peliharaan seperti kucing. ”Saat hamil tiga bulan, saya sempat mengalami perdarahan,” ujarnya.
Peluang terjadinya palsi serebral di Indonesia cukup besar, yaitu 2-3 per 1.000 kelahiran. Selain terkena infeksi parasit toksoplasma ketika sang ibu hamil, si bayi juga bisa menderita palsi serebral bila ibu hamil mengalami trauma kecelakaan, ada kelainan plasenta, ketagihan narkotik, atau terkena HIV.
Penyebab lain adalah bila bayi lahir dengan kondisi kekurangan oksigen pada otak. Palsi serebral juga masih bisa terjadi pada bayi hingga berusia dua tahun, karena terserang infeksi radang otak, hidrosepalus (pembesaran kepala), kejang (epilepsi), syok karena demam berdarah, atau trauma akibat jatuh.
Pada mulanya Lanny bingung dan takut melihat kondisi anaknya. Bayangkan, pada usia dua tahun, ketika anak-anak lain mulai mengoceh dan memasuki masa lucu-lucunya, Anthony malah lumpuh total. Segala macam terapi pengobatan pun dijajal. Hasilnya nihil! Harapannya mulai timbul ketika dia mengenal metode Glenn Doman ini pada 1996.
Sebenarnya, selain latihan gerak ala Glenn Doman, suntik botoks juga bisa diterapkan untuk mengurai kekakuan otot yang menyerang penderita palsi serebral—tak kurang dari 60 persen mengalami kekakuan otot. Namun, selain harga suntik botoks mahal, sekitar Rp 3 juta sekali suntik, cara ini juga tetap harus dikombinasikan dengan fisioterapi. ”Agar organ tubuh yang kaku bisa berfungsi baik,” kata Dokter Amendi.
Bagi Lanneke, apa pun terapi yang ditawarkan, cinta kasih keluarga adalah hal terpenting. Dia ingin anaknya tidak merasa dikucilkan. Maka dia tak malu mengajak Anthony berjalan-jalan ke tempat umum, ke mal, taman rekreasi, hingga melancong ke negeri orang. Lebih dari 10 tahun Anthony menjalani terapi Glenn Doman, Lanneke tak menyerah. Dia tetap berharap, suatu saat nanti Anthony bisa berjalan.
Nunuy Nurhayati
Bergerak... Bergerak...
Metode Glenn Doman dirancang untuk menciptakan kanal-kanal baru atau synapses pada bagian otak seseorang yang belum terpakai. Caranya dengan melakukan serangkaian gerakan dasar, seperti yang dilakukan manusia sejak lahir, untuk menstimulasi otak. Gerakan yang diajarkan kepada pasien palsi serebral antara lain:
Menggunakan papan luncur Diluncurkan di papan perosotan dengan posisi kepala di bawah. Tujuannya: merangsang kemampuan tubuh melawan gravitasi. Anak dilatih menahan tubuh agar tidak jatuh. Setelah itu, anak diposisikan seperti memanjat perosotan. Di awal terapi, papan miring 45 derajat, makin lama makin landai, karena si anak diharapkan sudah mampu merayap.
Merangkak (creeping) Tujuannya untuk menentang gaya berat. Latihan ini dilakukan 4 x 600 meter per hari.
Merayap (crawling) Bergerak dengan lengan, tungkai, dan perut menempel di lantai, sepanjang 4 x 200 meter per hari.
Kedua latihan ini bertujuan melancarkan aliran darah ke kaki dan tangan serta mempererat sambungan sistem saraf pusat dengan sistem saraf tepi sehingga gerakan tubuh lebih lentur.
Gerakan dengan pola menyilang (patterning) Untuk melakukan gerakan ini, dibutuhkan tiga orang untuk membantu, yaitu untuk menggerakkan kepala, tangan, dan kaki. Gerakan ini dilakukan lembut dan ritmis dengan posisi anak tengkurap. Gerakan dilakukan berlawanan: kepala ditolehkan ke kiri, tangan kiri ditekuk ke atas, kaki kiri diluruskan, tangan kanan diluruskan, dan kaki kanan ditekuk ke atas. Lalu dilakukan sebaliknya. Latihan dilakukan 8 x 5 menit per hari, berguna untuk membuat otak kiri dan kanan kompak dan bisa bersatu padu.
Masking Bernapas dengan menggunakan masker, awalnya 30 kali. Tujuannya: memperbaiki kapasitas vital paru-paru sehingga dapat mengalirkan oksigen ke otak secara maksimal.
Nunuy Nurhayati
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo