Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Vivi Alatas
SOAL orang miskin kembali ramai dibicarakan dan menjadi pusat perhatian. Melonjaknya harga beras akhir-akhir ini menyebabkan si miskin makin menderita. Sebelumnya, akhir Januari lalu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam pidato tahunannya menjabarkan berbagai program pengentasan masyarakat miskin. Dua di antaranya adalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (selanjutnya disebut Program Pemberdayaan) dan Program Bantuan Tunai Bersyarat atau Program Keluarga Harapan. Pertanyaannya: betulkah kemiskinan bisa dikurangi oleh kedua program tersebut?
Program Pemberdayaan berkaca pada sukses berbagai program pembangunan berbasis masyarakat (community driven development), seperti Program Pengembangan Kecamatan dan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan. Program berbasis masyarakat terbukti menghasilkan tingkat pengembalian investasi yang tinggi, yakni 38,6-67,6 persen (Torrens, 2005), dan menekan biaya pembangunan. Prasarana yang dibangun dengan pendekatan berbasis komunitas umumnya lebih murah 56 persen dibandingkan dengan proyek serupa yang menggunakan kontraktor swasta.
Ada tiga prinsip yang perlu dipatuhi agar Program Pemberdayaan bisa sukses. Pertama, komunitas harus menjadi aktor utama, bukan sekadar obyek pelengkap. Usul program harus datang dari komunitas dan mereka harus dilibatkan dalam pelaksanaan, pemantauan, serta pemeliharaan prasarana. Program harus disesuaikan dengan apa yang mereka butuhkan agar rasa kepemilikan terhadap program bisa meningkat.
Kedua, ada transparansi alokasi dana dan diseminasi informasi secara luas. Informasi tentang alokasi dana dan aturan pelaksanaan program harus diketahui oleh khalayak ramai agar masyarakat bisa mengontrol penyimpangan.
Ketiga, dana harus langsung dialirkan ke komunitas. Cara paling efisien dalam menanggulangi kebocoron adalah mengurangi jumlah pos yang dilalui aliran dana tersebut, bukan menambah regulasi. Semakin banyak pos—di tingkat nasional, provinsi, kabupaten, kecamatan—semakin tinggi kemungkinan kebocoran terjadi.
Sementara Program Pemberdayaan berkaca pada sukses program community driven development, Program Keluarga Harapan berkaca pada kisah sukses program conditional cash transfer (transfer tunai bersyarat) di Meksiko dan sejumlah negara Amerika Latin serta Turki dan Bangladesh. Program Bantuan Tunai Bersyarat adalah program pemberian bantuan tunai kepada keluarga miskin dengan syarat anak mereka bersekolah dan balita serta ibu hamil memenuhi sejumlah protokol kesehatan. Program ini patut dilakukan di Indonesia karena bisa mengatasi pelbagai problem yang kita hadapi, misalnya soal kesehatan dan pendidikan. Saat ini satu dari empat anak Indonesia di bawah usia lima tahun menderita gizi buruk. Angka kematian ibu di Indonesia tiga kali lebih besar daripada di Vietnam dan enam kali lebih besar daripada di Cina. Empat puluh persen anak miskin yang lulus SD tidak melanjutkan pendidikan ke SMP.
Manfaat program ini sudah terbukti. Di Kolombia, ang-ka kemiskinan turun enam persen. Di Meksiko, Kolombia, dan Nikaragua, partisipasi sekolah meningkat 8, 13, dan 22 persen. Program Opportunidades di Meksiko juga berhasil meningkatkan tingkat imunisasi dan mengurangi kerentanan balita terhadap penyakit.
Untuk menyukseskan program ini, diperlukan koordinasi antardepartemen dan institusi terkait, termasuk antara pemerintah pusat dan daerah. Departemen Pendidikan dan Departemen Kesehatan memiliki peran penting untuk memastikan ketersediaan segala sarana. Di daerah uji coba Program Keluarga Harapan dapat dipastikan akan terjadi kenaikan pengunjung puskesmas dan posyandu. Sekolah-sekolah akan diserbu murid. Kedua departemen itu harus bisa memastikan masyarakat miskin terlayani. Upaya serius perlu dilakukan agar keluarga miskin mendapat uang sebelum tahun ajaran baru, agar mereka tak bermasalah dalam mendaftarkan anak mereka ke sekolah. Di Amerika Latin, umumnya program tunai bersyarat langsung ditangani kantor kepresidenan. Tanpa dukungan politik yang besar, sukar memastikan koordinasi bisa berjalan efektif.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo