Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Agar ’Keran’ Kakek Tak Tersumbat

Pembengkakan kelenjar prostat tak lagi cuma bisa diatasi dengan operasi. Gempuran elektromagnetik dapat mengempiskan prostat.

27 Februari 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Obrolan ringan itu mengalir antara pasien dan dokter layak-nya di warung kopi. Sang dokter bercerita tentang rumah makan Padang favoritnya. Si pasien menuturkan olahraga kegemarannya. Sama sekali tak ada atmosfer tegang. Padahal, percakapan itu terjadi di ruang- operasi Rumah Sakit Omni Medical Centre, -Jakarta, Selasa pekan lalu.

Di sana tengah berlangsung operasi- serius. Dokter Johan R. Wibowo, ahli bedah urologi, sedang menangani Syaiful, 78 tahun, pasien yang mengidap pembengkakan jaringan prostat. Pria asal Bukit-tinggi, Sumatera Barat, yang cu-ma dibius lokal itu lalu bercerita betapa ngerinya ketika diberi tahu meng-idap penyakit tersebut.

Soalnya, seorang temannya mengalami- perdarahan hebat dan jadi suka me-ngompol setelah menjalani operasi peng-angkatan kelenjar prostat. Maka, kendati sulit berkemih, ia tetap tak berani mengambil keputusan menjalani ope-rasi. ”Tenang saja, Pak, dengan alat ini risiko perdarahan lebih kecil,” kata dr Johan, membesarkan hati Syaiful. Alat yang ia maksud adalah trans-urethral needle ablation—disingkat TUNA.

Terapi itu sangat sederhana. Tak se-perti dalam operasi yang biasanya dibuat sayatan di perut pasien, dalam terapi ini dr Johan menggunakan sebuah alat serupa senapan berlaras sepanjang 25 senti-meter dengan diameter tak lebih- dari setengah sentimeter. Alat itu dimasukkan ke kelamin, langsung menuju saluran kemihnya.

Alat laras itu bisa maju-mundur se-suai dengan letak tonjolan prostat. Ujung laras berbentuk seperti sungut dan langsung menyala saat mengirimkan- gambar ke monitor: memperlihatkan kondisi beberapa kelenjar prostat di sa-luran kemih yang membesar. Begitu alat ber-ada dalam posisi yang tepat, dr Johan menekan satu tombol. Dua jarum sangat mungil mencoblos benjolan prostat di dua tempat berseberangan.

Monitor kedua menampilkan gambar grafik bergerak. Grafik pertama me-nunjuk-kan derajat panas yang dialirkan oleh jarum. Grafik kedua menunjukkan suhu uretra. TUNA bekerja mengempis-kan tonjolan prostat dengan cara me-ngi-rim-kan gelombang panas elektromagnetik. Untuk mengempiskan tonjolan, jarum mengirimkan panas hingga suhu 110 derajat Celsius. ”Tiap tusukan ha-nya boleh dilakukan selama tiga menit,” ujar dr Johan

Untuk menjaga suhu uretra atau salur-an kemih tetap 40 derajat, setiap beberapa menit asisten dr Johan menyemprotkan air melalui slang yang terhubung dengan peralatan TUNA.

Tepat 30 menit kemudian terapi selesai. Ada sekitar enam tonjolan prostat yang langsung mengempis. Beberapa tonjolan yang besar sempat mengeluarkan asap ketika dipanaskan. ”Pembengkakannya sampai 51 gram, yang normal 20 gram,” kata dr Johan.

Pembengkakan kelenjar prostat ada-lah proses yang tak bisa dihindari. Selain faktor usia, penyebab lain munculnya penyakit ini belum ditemukan.

Dibandingkan dengan dua terapi prostat lain yang sudah dikenal sebelumnya dan bersifat invasif, TUNA lebih sederhana dan makan waktu lebih singkat. Pengerjaannya juga bisa dilaksanakan di poliklinik kecil. Kabarnya, terapi ini pun sudah tersedia di sejumlah rumah sakit besar di Jakarta, termasuk Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.

Masa penyembuhan setelah menjalani terapi pun lebih pendek. Syaiful, misalnya, baru datang ke rumah sakit bebe-rapa jam sebelum terapi dilaksanakan dan ia sudah bisa pulang esok paginya. ”Tiga hari kemudian baru kontrol, melepas kateter yang saya pasang,” kata dr Johan. Pasien TUNA bisa kembali- ber-kemih normal rata-rata delapan minggu setelah menjalani terapi.

Terapi TUNA tergolong baru. Syaiful adalah pasien TUNA ke-87 bagi dr Johan-, yang telah mempraktekkannya sejak Maret 2005. Usia pasien yang ter-muda 46 tahun dan yang tertua 95 tahun-. ”Yang tertua tak bisa menjalani operasi karena punya sakit jantung dan pernah dua kali stroke,” kata dr Johan.

Sejak ditemukan, TUNA menjadi pilih-an pasien yang tak mungkin menjalani operasi besar untuk mengangkat kelenjar prostat yang membengkak. Namun, menjalani satu kali terapi tak ber-arti langsung manjur. Pembengkakan kelenjar masih mungkin terjadi selama tubuh masih menghasilkan hormon.

Angka kekambuhan pembengkakan- kelenjar prostat setelah terapi atau ope-rasi pengangkatan, menurut American Urological Association, adalah 20-25 persen dalam empat tahun. Tapi, terapi TUNA juga bisa diulangi selama tidak ada komplikasi pada pasien yang menyebabkan terapi ini tak bisa dijalankan.

Sayangnya, terapi TUNA masih tergolong mahal. Untuk jarum yang menyatu dengan alat konduktornya saja, mesti dikeluarkan ongkos Rp 7,5 juta. Alat-alat itu hanya bisa dipakai sekali. Untungnya, tak semua pembengkakan kelenjar prostat harus disembuhkan dengan operasi atau terapi penghancuran benjolan prostat. Terapi cuma akan dilakukan jika pasien memang mengalami gangguan berkemih.

Benjolan prostat juga tak menimbulkan masalah selama tumbuhnya tidak ke dalam saluran kemih dan menghalangi arus air seni dari kandung kemih. Ia baru berbahaya bila menyumbat kandung kemih. Dalam jangka panjang, penyakit itu bisa menyebabkan gagal ginjal atau mengompol. ”Setiap pria enggan menderita impotensi atau mengompol,” kata dr Johan.

Utami Widowati


Ketika Pancaran Melemah

Penyakit ini boleh dibilang penyakit pria gaek. Ia datang seiring ber-tambahnya usia. Penyebab yang lain belum terungkap. Pola makan tertentu yang kabarnya ampuh mencegah pembesaran prostat juga belum terbukti secara medis. ”Kecuali pada kasus kanker prostat di mana makanan berlemak memang punya pengaruh,” kata dr Johan.

Para peneliti di American Urological Association mencatat, pada umumnya angka kejadian pembesaran prostat jinak 20 persen terjadi pada pria berusia 41-50 tahun. Kemudian 50 persen pada pria berusia 51-60 tahun, serta 90 persen pada kakek berusia 80 tahun.

Sejumlah gejala yang menandai munculnya pembesaran prostat jinak antara lain: pancaran air seni yang semakin lemah hingga tidak dapat buang air kecil sama sekali, rasa tak puas setelah berkemih, lamanya waktu untuk berkemih, mengejan, kemih terputus-putus atau menetes. Gangguan prostat juga dapat muncul dalam gejala iritasi: lebih sering berkemih, berkemih malam hari lebih dari dua kali, dan sulit menahan buang air kecil.

UW

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus