Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Aktris sekaligus model asal Israel, Gal Gadot beberapa waktu lalu membagikan kabar tidak menyenangkan mengenai kondisi kesehatannya. Dilansir dari ABC News, pada unggahan di akun Instagramnya, pemeran Wonder Woman ini didiagnosis dengan "gumpalan darah besar" di otaknya saat mengandung 8 bulan.
Gal Gadot sebelumnya mengumumkan kelahiran putri bungsunya pada bulan Maret 2024. Pada bulan Februari, ia mengaku mengalami sakit kepala hebat hingga tidak bisa bangun dari tempat tidur. Setelah pergi ke dokter, aktris 39 tahun ini menjalani MRI dan didiagnosis penggumpalan darah di otak sehingga harus menjalani operasi darurat. Ia mengaku tak mengira hidupnya akan seperti itu dan ingin membagikan pengalamannya agar semua orang yang mengalami hal yang sama tidak berhenti berjuang.
“Dalam sekejap, keluarga saya dan saya dihadapkan pada betapa rapuhnya hidup ini. Itu adalah pengingat yang jelas tentang betapa cepatnya segala sesuatu dapat berubah, dan di tengah tahun yang sulit, yang saya inginkan hanyalah bertahan dan hidup” tulisnya.
Pembekuan Darah di Otak Saat Hamil
Apa yang dialami Gal Gadot disebut dengan istilah trombosis vena serebral (CVT). Dilansir dari Only My Health, CVT merupakan pembekuan darah yang terjadi di area sinus vena otak sehingga menyebabkan aliran darah ke otak menjadi terhambat. Darah yang membeku membentuk gumpalan sehingga darah bisa saja berhenti hingga berakibat peningkatan tekanan pada otak.
Otak pada dasarnya membutuhkan oksigen yang dialirkan oleh darah untuk membantu kinerja sel-sel didalamnya. Ketika darah berhenti mengalir karena penggumpalan, otak akan kehilangan sebagian fungsinya sehingga menyebabkan masalah serius. Orang yang mengalami kondisi seperti ini akan menunjukkan gejala, seperti sakit kepala luar buasa, mual, kejang, hingga pada beberapa kasus terjadi defisit neurologis yang mirip dengan gejala stroke.
Menurut para ahli, wanita lebih rentan mengalami trombosis vena serebral karena perubahan hormonal. Hal ini disebabkan karena efek konsumsi pil hormonal atau kontrasepsi, risiko pasca aborsi, dan melahirkan. Dilansir dari Penn Medicine, ibu hamil memiliki risiko lebih tinggi mengalami pembekuan darah karena beberapa faktor fisiologis dan gaya hidup.
Selama kehamilan, perubahan hormonal meningkatkan kecenderungan darah untuk menggumpal, yang membantu mengurangi kehilangan darah selama persalinan. Selain itu, rahim yang membesar memberikan tekanan pada vena panggul, memperlambat aliran darah dari kaki dan meningkatkan kemungkinan terbentuknya gumpalan darah.
Seperti yang sebelumnya disebutkan, perubahan hormonal menjadi pemicu utama pada ibu hamil. Dilansir dari UNM Health, wanita hamil lebih berisiko mengalami penggumpalan darah karena kadar estrogen yang lebih tinggi. Gumpalan darah pada ibu hamil akan sangat berbahaya jika terjadi di otak. Gumpalan tersebut bisa saja membesar hingga pecah seiring dengan berjalannya waktu. Apabila sampai pecah bisa menyebabkan kematian.
Namun, sebelum kondisi lebih parah bisa diatasi dengan mengenali gejala awal pada ibu hamil. Gejala yang paling umum dialami adalah sakit kepala. Apabila masih ringan biasanya akan diberi antikoagulan berfungsi mengencerkan darah serta mencegah pembentukan bekuan lebih lanjut.
Untuk kondisi yang mengkhawatirkan maka akan dilakukan pemantauan pada aktivitas otak menggunakan venogram dan uji pencitraan untuk mendeteksi adanya gumpalan baru. Dalam beberapa kasus yang parah, harus dilakukan pembedahan untuk menghilangkan gumpalan yang ada dan memperbaiki pembuluh darah yang terkena dampak pembekuan.
Pilihan Editor: Curhat Gal Gadot Soal Konflik Palestina-Israel Menuai Kecaman
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini